Penawaran ”Cloud” Berkembang, Keamanan Data Jadi Kekhawatiran
›
Penawaran ”Cloud” Berkembang, ...
Iklan
Penawaran ”Cloud” Berkembang, Keamanan Data Jadi Kekhawatiran
Isu keamanan utama pada pemanfaatan sistem komputasi awan adalah kehilangan dan kebocoran data. Isu keamanan berikutnya adalah privasi dan kerahasiaan data.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Isu keamanan utama pada pemanfaatan sistem komputasi awan adalah kehilangan dan kebocoran data. Isu keamanan berikutnya adalah privasi dan kerahasiaan data.
Kedua isu itu masih jadi kekhawatiran utama pebisnis, menurut temuan survei komunitas keamanan informasi Cybersecurity Insider berjudulCloud Security Survey 2019 yang dikutip pada Senin (22/7/2019). Survei menyasar 400.000 anggota komunitas yang menjabat sebagai manajer senior keamanan teknologi informasi dan operasional teknologi informasi di perusahaan global multisektor industri. Survei dilakukan secara daring dan diolah pada Maret 2019.
Sekitar 64 persen dari total responden menyebut, kekhawatiran masih berkutat pada kehilangan dan kebocoran data. Sekitar 62 persen dari total responden menyebut kekhawatiran privasi dan kerahasiaan data.
Sekitar 64 persen responden mengkhawatirkan kehilangan dan kebocoran data.
Kekhawatiran itu berseberangan dengan kondisi bisnis penyedia layanan sistem komputasi awan terkemuka, seperti Amazon Web Services, Alibaba Cloud, Microsoft Azure, dan Google Cloud, yang tumbuh pesat setahun terakhir.
Ketua Umum Asosiasi Big Data dan Artificial Intelligence Indonesia (ABDI) Rudi Rusdiah mengatakan, hampir semua penyedia layanan raksasa akan berinvestasi di Indonesia. Mereka akan membangun infrastruktur pusat data yang dipakai untuk layanan komputasi awan, seperti Alibaba Cloud dan Amazon Web Service.
Sebanyak 70 persen saham kepemilikan bisnis layanan pusat data PT XL Axiata Tbk telah diakuisisi oleh Princeton Digital Group dan Warburg Pincus. Pengumuman akuisisi disebarluaskan pada tanggal 3 Juli 2019.
Sebagian besar responden Cloud Security Survey 2019 mengatakan, kekhawatiran terhadap keamanan data beralasan. Sebab, insiden pelanggaran data profil, seperti kehilangan dan penyalahgunaan privasi, cenderung naik. Pelanggaran itu masuk dalam daftar 10 risiko keamanan yang dirilis oleh Open Web Application Security Project sejak tahun 2004 sampai 2017.
Kekhawatiran akan kehilangan dan kebocoran serta privasi dan kerahasiaan data berpotensi menghambat adopsi komputasi awan. Meski demikian, laporan Cloud Security Survey 2019 mengatakan, dua isu keamanan itu tidak hadir sebagai variabel hambatan adopsi satu-satunya dan berdiri tunggal. Ada variabel lain yang terkait.
Sekitar 28 persen responden menyebutkan variabel ketersediaan anggaran, kepegawaian, dan kepatuhan memantau kerentanan baru dalam layanan sistem komputasi awan.
Untuk kerentanan baru dalam layanan sistem komputasi awan, para profesional keamanan teknologi informasi dapat mengantisipasi masalah dengan selalu patuh pada standar perangkat lunak, misalnya HIPAA, PCI DSS, dan Regulasi Umum Perlindungan Data (GDPR).
Namun, 43 persen responden setuju bahwa selalu mematuhi standar perangkat lunak tidak mudah dan akan selalu jadi tantangan.