Pada Juni 2019, Forbes menerbitkan daftar Perusahaan Publik Terbesar Dunia 2019. Perusahaan disusun berdasarkan skor komposit yang terdiri dari pendapatan, laba, aset, dan nilai perusahaan.
Dalam daftar 2.000 perusahaan di 61 negara dengan total pendapatan tahunan 40 triliun dollar AS dan aset 186 triliun dollar AS itu, enam perusahaan di antaranya berkantor pusat di Indonesia. Keenam perusahaan itu terdiri dari empat perusahaan BUMN dan dua perusahaan swasta.
Perusahaan BUMN yang masuk daftar Forbes itu adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk di peringkat ke-363, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk di peringkat ke-481, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk di peringkat ke-747, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk di peringkat ke-835.
Adapun dua perusahaan swasta adalah PT Bank Central Asia Tbk (peringkat ke-553) dan PT Gudang Garam Tbk (peringkat ke-1.448).
Saat itu, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan, BCA berharap dapat merepresentasikan perusahaan Indonesia yang konvensional, tetapi digital. BCA juga menegaskan siap berkembang dalam era industri 4.0.
Sementara Deputi Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN Hambra Samal menekankan, perusahaan BUMN memang disiapkan dan diarahkan bersaing secara global. Langkah yang dilakukan BUMN adalah membentuk perusahaan induk sehingga memiliki neraca keuangan yang besar dan efisien.
Pada Juli 2019, PT Pertamina (Persero), perusahaan BUMN, untuk kesekian kalinya masuk daftar Fortune Global 500. Daftar ini berisi 500 perusahaan terbesar di dunia. Secara kumulatif, 500 perusahaan ini membukukan pendapatan 32,7 triliun dollar AS dan laba 2,15 triliun dollar AS pada 2018. Di 34 negara di dunia, 500 perusahaan ini memiliki 69,3 juta pekerja.
Menurut catatan Fortune, Pertamina membukukan pendapatan 57,933 miliar dollar AS pada 2018. Sementara labanya 2,526 miliar dollar AS.
Nama-nama perusahaan BUMN dan swasta yang berbasis di Indonesia itu bersanding dengan perusahaan global dan mendunia. Sebagai contoh, di peringkat pertama Fortune Global 500 adalah perusahaan berbasis di AS, Walmart. Ada juga Microsoft di peringkat ke-60 dan Alibaba Group Holding di peringkat ke-182.
Bagi korporasi, ada berbagai target atau pencapaian yang ingin diraih. Pencapaian itu bukan hanya dari sisi kinerja, melainkan juga dari sisi citra, baik di tingkat regional maupun internasional. Istilah jago kandang tentu ingin ditepis seiring daya saing yang meningkat.
Bukan hal mudah untuk meningkatkan daya saing. Lebih tidak mudah lagi untuk memenangi persaingan di tingkat domestik, regional, dan internasional.
Di tingkat domestik atau lokal, misalnya, perusahaan yang memberikan layanan baik dan mumpuni akan dipilih konsumen. Bahkan, konsumen akan rela mempromosikan perusahaan itu kepada rekan dan kerabatnya sehingga konsumen perusahaan itu akan bertambah.
Ada juga perusahaan yang meningkatkan kapasitas dan daya saingnya dengan mengadopsi industri digital. Langkah ini dipilih seiring perkembangan revolusi industri 4.0. Seorang CEO sebuah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan mengakui bukan perkara mudah mengubah cara pandang dan cara kerja untuk mengikuti perkembangan industri digital. Perusahaan secara ekstrem mesti dilakukan agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan lain.
Mengutip pemimpin sebuah perusahaan, jangan pernah mengendurkan daya saing. Sekali tertinggal, akan kalah. (Dewi Indriastuti)