Korsel Terancam Dihapus dari Daftar Perdagangan Khusus Jepang
›
Korsel Terancam Dihapus dari...
Iklan
Korsel Terancam Dihapus dari Daftar Perdagangan Khusus Jepang
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
SEOUL, RABU -- Korea Selatan terancam akan dihapuskan dari daftar negara-negara penerima pembatasan perdagangan minimum dari Jepang. Korsel mengklaim, keputusan ini dapat merusak kerja sama ekonomi dan keamanan yang telah terjalin selama puluhan tahun antara kedua negara.
"Penghapusan Korea Selatan dari \'daftar putih\' bertentangan dengan norma-norma internasional. Kami khawatir tentang dampak negatif serius pada rantai global dan perdagangan bebas," kata Menteri Industri Korsel Sung Yoon-mo dalam sebuah pertemuan, Rabu (24/7/2019).
Isu mengenai rencana Jepang mengeluarkan Korsel dari “daftar putih” tersebut telah mengemuka sejak awal Juli 2019. Kemunculan rencana ini terdengar sejak Jepang mengetatkan ekspor material untuk perangkat elektronik ke Korsel sehingga dapat memengaruhi produksi barang elektronik Korsel.
Sebagai negara dengan perekonomian yang bergantung pada ekspor, Korsel menganggap rencana tersebut akan sangat memengaruhi produksi barang elektronik, terutama cip dan layar. Untuk itu, Pemerintah Korsel meminta Jepang untuk membatalkan rencananya tersebut.
Sung melanjutkan, rencana itu akan mengguncang fondasi kemitraan ekonomi Korsel-Jepang dan kerja sama keamanan Asia Timur Laut. Jepang dan Korsel tercatat telah bekerja sama di kedua bidang tersebut selama lebih dari 60 tahun.
"Ini masalah sangat serius yang mengguncang fondasi kemitraan ekonomi Korea Selatan-Jepang dan kerja sama keamanan Asia Timur Laut yang telah dipertahankan dan dikembangkan selama 60 tahun lebih," katanya.
Revisi “daftar putih” dilaporkan akan selesai pada Rabu ini. Namun, hingga sejauh ini terdapat 27 negara yang berada di dalam daftar tersebut, antara lain Korsel, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat.
Keluarnya suatu negara dari “daftar putih” akan membuat pelaku usaha Jepang perlu mencari lisensi untuk komoditas tertentu yang dapat digunakan dalam pembuatan senjata sebelum mengekspornya ke suatu negara.
Para pejabat di Kementerian Perdagangan Jepang menolak untuk berkomentar mengenai rencana tersebut. Namun, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, hubungan Jepang dan Korsel kini berada dalam kondisi yang sangat parah.
“Kami akan terus mendesak Korea Selatan untuk mengambil tindakan yang tepat berdasarkan sikap kami yang konsisten atas berbagai masalah,” kata Suga.
Jepang sebelumnya telah membatasi ekspor material ke Korsel, seperti fluorinated polyimide, photoresist, dan high purity hydrogen fluoride. Komoditas ini biasanya digunakan sebagai bahan utama produksi barang elektronik Korsel. Menurut Jepang, Korsel kembali menyalurkan komoditas-komoditas tersebut ke Korut yang diketahui memiliki program nuklir.
Kedua negara tersebut juga tengah berseteru mengenai kewajiban pemberian kompensasi oleh perusahaan Jepang kepada pekerja paksa asal Korea Selatan di masa Perang Dunia II. Jepang menilai keputusan Mahkamah Agung Korsel pada 2018 tidak adil karena tidak sesuai kesepakatan pada 1965.
Hubungan kedua negara semakin memburuk mengingat perseteruan Jepang dan Korsel memasuki babak baru sejak kemarin, Selasa (23/7/2019). Korsel mengerahkan kekuatan militer di atas pulau yang menjadi sengketa Korsel dan Jepang untuk mengusir pesawat Rusia yang dianggap melanggar batas udara Korsel.
Minta bantuan
Korsel berulang kali telah menyatakan siap berdialog dengan Jepang untuk menyelesaikan perselisihan yang ada. Tidak hanya itu, Korsel sempat meminta bantuan Amerika Serikat untuk memperbaiki hubungannya dengan Jepang. Korsel dan Jepang merupakan sekutu terbesar AS di kawasan Asia Timur.
“Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan bahwa mereka sedang berseteru terutama mengenai perdagangan. Ia meminta saya untuk terlibat. Jika mereka berdua menginginkannya, saya akan melakukannya,” kata Presiden AS Donald Trump, pekan lalu.
Namun, AS menunjukkan sikap untuk berhati-hati dalam menangani persoalan tersebut. Pejabat Korsel diperkirakan akan kembali membahas perseteruan Korsel Jepang kepada AS melalui Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton yang sedang berkunjung ke Seoul.
Sejumlah kelompok perusahaan industri teknologi, termasuk Apple, mengirim surat terbuka kepada Jepang dan Korsel untuk segera menyelesaikan perseteruan perdagangan pada Selasa (23/7/2019). Apple merupakan salah satu konsumen cip terbesar dari perusahaan teknologi Korsel, yaitu Samsung Elec dan SK Hynix.
“Perubahan yang tidak transparan dan sepihak dalam kebijakan pengendalian ekspor dapat menyebabkan gangguan rantai pasokan, keterlambatan pengiriman, dan pada akhirnya kerusakan jangka panjang bagi perusahaan yang beroperasi di dalam dan di luar perbatasan anda serta para pekerja,” demikian bunyi surat tersebut. (REUTERS/AFP/AP)