Tiga Puskesmas di Lombok Jadi Percontohan Puskesmas Hijau
›
Tiga Puskesmas di Lombok Jadi ...
Iklan
Tiga Puskesmas di Lombok Jadi Percontohan Puskesmas Hijau
Sebanyak tiga puskesmas terdampak gempa Lombok Juli-Agustus 2018 di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, ditetapkan sebagai percontohan ”Puskesmas Hijau” yang dalam aktivitasnya menerapkan layanan kesehatan berbasis ramah lingkungan.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sebanyak tiga puskesmas terdampak gempa Lombok Juli-Agustus 2018 di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, ditetapkan sebagai percontohan ”Puskesmas Hijau” yang dalam aktivitasnya menerapkan layanan kesehatan berbasis ramah lingkungan.
”Baru tiga puskesmas yang dipilih karena memiliki kesamaan masalah, seperti pengelolaan limbah, air, dan kondisi bangunannya rusak akibat gempa,” Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhandini Eka Dewi, Rabu (24/7/2019), di Mataram, Lombok.
Puskesmas yang menjadi sasaran awal program Puskesmas Hijau adalah Puskesmas Sambelia, Puskesmas Belanting, dan Puskesmas Sembalun, Lombok Timur, yang bangunannya rusak akibat gempa. Jika program kegiatan berjalan baik di tiga puskesmas, kata Nurhandini, secara bertahap mendorong puskesmas lain dan rumah sakit untuk go green, yaitu menjalankan dan menerapkan pelayanan kesehatan yang lebih ramah lingkungan.
Program Puskesmas Hijau ini sangat penting dalam menunjang fungsi puskesmas sebagai upaya kesehatan perorangan, yang pelaksanaannya membutuhkan kondisi gedung dan lingkungan yang hijau agar para pengunjung merasa nyaman berada di lingkungan puskesmas dan diharapkan mempercepat kesembuhan pasien yang datang.
Ramah lingkungan
Program Puskesmas Hijau digelar atas kerja sama Pemkab Lombok Timur dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dimulai Maret 2019.
”Ini salah satu wujud kegiatan pengabdian FKM UI,” ujar dosen FKM UI, Dumilah Ayuningtyas. Setelah melalui menetapkan aspek prioritas yang ditangani dan aspek keterdampakan gempa, tiga puskesmas itu dicanangkan sebagai pilot project Puskesmas Hijau, 22 Juli lalu.
Menurut Dumilah, Puskesmas Hijau seturut dengan proses rehabilitasi dan rekonstruksi puskesmas pascagempabumi agar penataan fisik dan tata ruang puskesmas diintegrasikan dengan konsep green (reduce, reuse, recycle), sesuai prinsip pelayanan kesehatan tanpa ”bahaya” atau health care without harm yang kini menjadi arus utama gerakan pembangunan kesehatan dunia.
Tiga puskesmas itu dipilih karena memiliki instalasi pengolahan air limbah dan menghadapi kesamaan persoalan limbah, air, dan kondisi bangunan. Untuk membasmi limbah nonmedis, puskesmas melakukannya dengan cara membakarnya.
Untuk limbah medis berupa pipet suntik dan botol impus, puskesmas bekerja sama dengan pihak ketiga. Namun karena letak tiga puskesmas jauh dari Selong, ibu kota Lombok Timur, truk pengangkut sering tidak datang. Puskesmas pun lalu membiayai sendiri pengangkutan ke gudang pihak ketiga.
Persoalan itu mendorong tiga puskesmas itu untuk mengatasinya lewat aksi nyata, seperti menurunkan produksi sampah medis dan nonmedis. Misalnya Kepala Puskesmas Sembalun mengeluarkan prosedur standar operasi terkait pembatasan penggunaan botol plastik air mineral bagi pengunjung di area puskesmas.
Karyawan juga membawa botol untuk minum, memanfaatkan limbah kertas kesalahan cetak, berkas coretan dan presentasi sebagai wadah obat, mengganti kantong plastik dengan kertas untuk wadah obat. Bahkan menetapkan aturan kepada karyawan untuk tidak merokok di area puskesmas, disertai denda Rp 100.000 bagi yang melanggar.
”Program Puskesmas Hijau ini sangat penting dalam menunjang fungsi puskesmas sebagai upaya kesehatan perorangan, yang pelaksanaannya membutuhkan kondisi gedung dan lingkungan yang hijau agar para pengunjung merasa nyaman berada di lingkungan puskesmas dan diharapkan mempercepat kesembuhan pasien yang datang,” ujar Dumilah.