Hitung Mundur Menuju Olimpiade 2020 Tokyo
Para atlet jalan cepat akan bersaing di trek dengan latar belakang yang indah. Mulai dari Jembatan Seimonishi, aula penerimaan tamu Istana, salah satu sisi tembok kuno, parit dan menara penjaga Istana Kekaisaran, kemudian Istana Kaisar Naruhito.
Tokyo merupakan salah satu kota metropolitan yang mampu menjadi tuan rumah Olimpiade untuk kedua kali setelah 55 tahun lalu. Tepat hari Rabu (24/7/2019), kini tinggal 365 hari lagi menuju upacara resmi pembukaan Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang.
Ketika Olimpiade 1964 berlangsung di Tokyo, ada 82 negara yang berlaga dalam cabang atletik. Tidak ada seorang sprinter putra pun yang mampu berlari di bawah 10 detik pada nomor 100 meter.
Tetapi, nomor lompat tinggi masih dimenangi dengan gaya straddle atau berguling dari sisi kiri atau kanan bagi atlet putra dan gaya scissors atau melompat dengan kaki kiri atau kanan lebih dulu bagi atlet putri. Pada nomor lari pun, hanya 800 meter yang paling jauh bagi atlet putri.
Abebe Bikila dari Etiophia kemudian menjadi atlet pertama yang meraih dua medali emas di nomor maraton Olimpiade. Al Oerter dan Amerika Serikat memenangi medali emas lempar cakram ketiga kali berturut-turut.
Betty Cuthbert asal Australia kemudian meraih gelar 400 meter putri pertama untuk menambah gelar 100 meter dan 200 meter yang diraihnya pada 1956. Untuk melengkapi gelar treble sprint-nya.
Lebih dari setengah abad kemudian, atletik telah berubah dan begitu juga Tokyo, ibu kota ”Negeri Matahari Terbit”, yang sedang mempersiapkan diri. Sekali lagi untuk menyambut atlet terbaik dunia.
Di jantung kota Tokyo, stadion Olimpiade 1964 lalu kini masih menjalani renovasi. Proyek ini ditangani arsitek Jepang, Kengo Kuma, yang terlihat hampir usai semua pekerjaannya.
Stadion ini dibalut hijaunya tanaman serta menampilkan layar kisi kayu yang mengingatkan pada desain kuil tradisional Jepang. Stadion tiga tingkat ini akan menjadi panggung bagi para atlet terbaik dunia untuk menampilkan kemampuan terbaik mereka.
Seperti hampir setiap aspek persiapan untuk Olimpiade 2020, ia akan menampilkan karakteristik tradisi dan regenerasi sekaligus. Tempat pertandingan dibagi menjadi dua zona utama, warisan dan Teluk Tokyo.
Zona warisan akan menjadi panggung utama bagi penampilan para atlet, sedangkan zona Teluk Tokyo mewakili modernisasi Jepang. Zona ini akan menjadi tuan rumah perkampungan atlet, pusat utama media dan pusat siaran internasional berikut tempat olahraganya.
Mengubah tradisi
Jepang akan mengubah tradisi pesta olahraga bagi para atlet terbaik dunia, yakni dengan menempatkan kaldron Olimpiade di tepi perairan, di Jembatan Yume-no-Ohashi, dekat gugur olahraga perkotaan. Jadi, tidak lagi di stadion utamanya.
Stadion Olimpiade 1964 yang awalnya berdiri berbatasan dengan taman dan hutan dari rumah spiritual Tokyo, dekat Kuil Meiji, telah dihancurkan dan dibangun kembali sebagai stadion modern dengan kapasitas 60.000 kursi.
Kipas dengan sistem gerimis juga telah dipasang untuk mendinginkan stadion tertutup hingga 10 derajat celsius dari suhu luar stadion. Dewan Olahraga Jepang berencana untuk melakukan pembukaan resmi stadion ini pada 21 Desember 2019.
Adapun uji coba stadionnya direncanakan bakal berlangsung 5 Mei 2020 guna memastikan bahwa arena dan para petugas Olimpiade sudah siap menyambut atlet dari lebih 200 negara.
Rute maraton juga akan bermula dan berakhir di stadion ini. Setelah melewati penanda kota (landmark), Kaminarimon atau Gerbang Guntur, yang dijaga oleh dewa angin dan guntur. Kemudian, para pelari akan melintasi indahnya pemandangan Istana Kekaisaran yang merupakan kediaman Kaisar Naruhito, Stadion Tokyo, Kuil Zojoji, Menara Tokyo, dan Jembatan Nihonbashi.
Selain itu, masih ada lagi rute yang menyulitkan, yakni bukit yang terus menanjak pada kilometer ke-37 hingga kilometer ke-41. Tidak curam, tetapi terus menanjak tanpa henti hingga 30 meter.
Tentu saat perlombaan berlangsung, bukit ini akan dirasa sebagai gunung bagi mereka yang terus bertarung hingga finis.
Minggu emas
Atlet putri akan mengawali pertarungan pada Minggu (2/8/2020) pukul 06.00 waktu setempat. Hari itu pun memiliki julukan ”Minggu Emas” oleh penyelenggara karena ada 26 medali emas yang diperebutkan dari semua cabang olahraga.
Adapun maraton putri, sesuai tuntutan tradisi, akan menjadi acara puncak bagi cabang atletik Olimpiade 2020 Tokyo. Nomor ini juga berlangsung pada Senin (9/8/2020) pukul 06.00 waktu setempat.
Jalan cepat diadakan pada jalur maraton yang melintasi taman di luar Istana Kekaisaran dengan menggunakan putaran sejauh 1 kilometer untuk nomor 20 kilometer dan putaran 2 kilometer untuk nomor 50 kilometer.
Para atlet jalan cepat akan bersaing di trek dengan latar belakang yang indah. Mulai dari Jembatan Seimonishi, aula penerimaan tamu Istana, salah satu sisi tembok kuno, parit dan menara penjaga Istana Kekaisaran, kemudian Istana Kaisar Naruhito.
Khusus jalan cepat 20 kilometer putra—Jepang memiliki peluang besar untuk meraih medali emasnya—akan berlangsung mulai pada 31 Juli 2020 pukul 06.00.
Kemudian, nomor 50 kilometer putra akan dimulai pada 8 Agustus 2020 pukul 05.30. Strategi ini diambil guna melindungi atlet dari panas dan kelembaban terburuk yang tidak diharapkan.
Kondisi ekstrem
Tentu penjadwalan semua acara telah dimodifikasi dengan memperhitungkan kemungkinan kondisi ekstrem meskipun hingga saat ini musim panas ini lebih ringan dan lebih lembab daripada biasanya.
Direktur Kesehatan dan Ilmu Pengetahuan IAAF Stephane Bermon, yang masuk dalam kelompok kerja para ahli untuk Komite Olimpiade Internasional (IOC), telah memberikan saran. Dia mengingatkan tentang langkah yang akan membantu para atlet, penonton, ataupun panitia dalam menghadapi cuaca panas selama Olimpiade 2020 nanti.
Itu sebabnya, panitia telah berencana untuk meningkatkan keteduhan dan ketersediaan stasiun air di sepanjang arena. Panitia juga akan membagikan selebaran untuk memberi nasihat tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan guna mengurangi efek panas dan kelembaban.
Menurut Bermon, strategi aklimatisasi panas menjadi penting untuk menjaga daya tahan semua atlet. IAAF telah menerbitkan saran untuk membantu para atlet mempersiapkan diri bertarung di Tokyo dan Kejuaraan Dunia Atletik IAAF 2019 Doha pada September dan Oktober nanti.
Para pelari elite maraton dan atlet jalan cepat akan memiliki kesempatan ideal untuk menguji strategi menghadapi cuaca panas di Doha. Mereka bisa belajar dalam persiapan mereka menuju Olimpiade 2020 Tokyo. Mereka yang unggul di Doha akan berada di posisi untuk meraih kesuksesan berulang di Tokyo tahun berikutnya.
Seperti dikatakan Presiden IAAF Sebastian Coe, Rabu (24/7/2019), ”Banyak bintang masa depan Olimpiade 2020 akan mulai bersinar ketika Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 Doha yang akan berlangsung dalam dua bulan ke depan. Tokyo sedang mempersiapkan panggung yang indah bagi para atlet, di stadion Olimpiade 1964 yang dibangun kembali, berikut jalan-jalan kotanya yang berpusat di sekitar Istana Kekaisaran.”
Kini, ujarnya, ”Kami lebih bersemangat untuk kembali ke Jepang setelah mengalami antusiasme penggemar lokal untuk atletik selama pelaksanaan Kejuaraan Dunia Estafet IAAF di Yokohama, Mei lalu.”
Memang tidak ada yang bisa meragukan antusiasme penggemar Jepang. Mengingat lebih dari 3,22 juta tiket Olimpiade 2020 telah terjual di dalam negeri.
Olimpiade 2020 Tokyo pun sudah memperoleh sponsor domestik hingga 3 miliar dollar Amerika Serikat (Rp 42 triliun). Tentu hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Itu sebabnya, kita tinggal menunggu dimulainya acara pembukaan pesta para atlet terbaik dunia berkompetisi di Negeri Matahari Terbit pada 24 Juli 2020 nanti. Pasti bakal menarik.