JAKARTA, KOMPAS –Atlet tunggal putra Jonatan “Jojo” Christie diminta bermain lebih tenang terutama saat unggul dalam perolehan poin. Hal ini penting karena dalam posisi unggul, Jojo sering tidak dapat menyelesaikan laga dengan baik.
Setelah tersingkir pada perempat final Blibli Indonesia Terbuka, Jojo melewati babak pertama Jepang Terbuka 2019. Di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Rabu (24/7/2019), peraih medali emas Asian Games 2018 ini menang atas Suppanyu Avihingsanon (Thailand), 21-15, 23-21.
Dua tunggal putra lainnya, Tommy Sugiarto dan Anthony Sinisuka Ginting, juga melaju ke babak kedua. Tommy menaklukkan Brice Leverdez (Perancis), 26-24, 21-6, sedangkan Anthony mengungguli Lu Guangzu (China), 22-20, 21-16.
Jojo sebenarnya bisa memenangi laga lebih cepat karena pada gim kedua sudah unggul 20-16. Namun, Avihingsanon, yang tidak diunggulkan justru tampil menekan dan merebut lima poin berturut-turut, sehingga berbalik unggul, 20-21. Jojo lalu memperbaiki penampilan dan merebut gim itu.
Peristiwa ini mengingatkan pada penampilannya ketika dikalahkan Chou Tien Chen (Taiwan) di Jakarta, pekan lalu. Unggul 16-14 pada gim kedua, Jojo kehilangan enam poin berturut-turut, dan kalah 18-21. Chou kemudian merebut gim ketiga dan menang 16-21, 21-18, 21-14. Cho lolos ke semifinal dan kemudian menjadi juara.
Jojo mengakui masih punya pekerjaan rumah untuk memperbaiki pola permainan. ”Kalau sudah memimpin dan ada kesempatan menang, saya tidak bisa menyelesaikan dengan baik. Sayang sekali. Ini hal kecil sepele, tetapi dampaknya besar,” kata dia.
Hal ini kembali terjadi pada gim kedua melawan Avihingsanon, saat dia kehilangan tempo dan terkejar perolehan angkanya. Padahal, dia sudah menyiapkan strategi agar tidak kehilangan ritme permainan.
Pelatih tunggal putra, Hendry Saputra Ho, mengatakan, Jojo sering kehilangan fokus untuk tetap bermain sesuai pola saat memimpin perolehan poin. ”Contohnya, dengan bermain reli Jojo lebih untung karena sering dapat poin. Seharusnya dia tetap fokus pada pola itu. Tetapi, dia masih sering kehilangan fokus untuk bermain sesuai pola,” kata Hendry.
Dia pun meminta Jojo agar bermain lebih tenang dan tidak perlu terburu-buru mematikan pukulan lawan. Adapun dalam hal teknik, seperti pukulan servis dan menerima servis, menurut Hendry, anak didiknya tidak mempunyai kendala berarti. “Setelah Indonesia Terbuka, Jojo hanya berlatih untuk menjaga kondisi badan dan otot segar. Hanya ada dua sampai tiga hari berlatih, jadi tidak banyak yang dilakukan,” katanya.
Di babak kedua, Jojo akan bertemu dengan Angus Ng Ka Long dari Hong Kong. Kedua pemain terakhir kali berjumpa di Selandia Baru Open 2019. Ketika itu, Jojo menang 21-12, 21-13. Namun, Angus Ng masih unggul dalam statistic pertemuan, 4-3.
Sementara itu, di nomor ganda putra dua finali Indonesia Terbuka 2019 belum menemui kesulitan dan lolos ke babak kedua. Ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menyingkirkan He Ji Ting/Tan Qiang (China) 21-18, 21-12. Adapun pasangan senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menaklukkan Mark Lamsfuss/Marvin Seidel (Jerman), 21-16, 21-17.
Kevin/Marcus, yang merupakan juara bertahan, menargetkan dapat mempertahankan gelar mereka di Jepang Terbuka. Tetapi, mereka ingin fokus satu demi satu pertandingan dulu.
Ganda putra Indonesia lainnya, Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso juga bisa mengatasi ketegangan melawan peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Goh V Shem/Tan Wee Kiong (Malaysia). Wahyu/Ade menang dengan 24-22, 21-10.
Ade mengatakan, dia berusaha tidak memikirkan tekanan-tekanan saat adu pukulan pada match point seperti yang sering terjadi dalam turnamen sebelumnya. “Saya bermain nekad saja dan focus. Mau bagaimana lagi, harus nekad tapi tetap kontrol mainnya," ujar Ade seusai laga. (DNA)