Anak-anak dilibatkan dalam upaya perlindungan dan pencegahan kekerasan terhadap anak. Ini juga merupakan bentuk pemenuhan hak partisipasi anak.
Suasana di ruangan pertemuan Forum Anak Nasional 2019, di sebuah hotel di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (21/7/2019) pagi, tiba-tiba menjadi syahdu. Sekitar 500 anak yang berada dalam ruangan tersebut sontak terdiam saat terdengar puisi diiringi petikan gitar yang dibacakan bait demi bait oleh beberapa anak.
“Aku tak tahu hasrat apa yang ada dalam jiwaku//Aku tak tahu mengapa gaun itu menjadi pilihanku//Yang ku tahu bahwa kau telah menggoreskan luka yang dalam// bagi masa depanku”.
Begitu petikan puisi yang dibacakan anak-anak dari salah satu kelompok yang membahas tentang isu perkawinan anak dalam sesi Forum Anak Nasional (FAN) 2019. Puisi yang ditutup dengan lagu “Harta Berharga” yang lirik lagunya tentang harta dan istana yang berharga adalah keluarga, seakan menjadi pesan kuat bagi anak-anak.
Stop perkawinan anak adalah salah satu dari 12 topik yang dibahas dalam FAN 2019 yang mengusung tema “Satu Dekade FAN: Kita Beda Kita Bersaudara, Bersama Kita Maju”. Adapun 11 topik lainnya adalah perlindungan khusus bagi kelompok anak rentan, cegah tengkes (stunting), anti terorisme, perdagangan orang, revolusi mental, kesehatan mental, berani jujur itu hebat, kesiapsiagaan bencana, mencegah dampak negatif kemajuan teknologi, pengasuhan alternatif, dan pola hidup bersih dan sehat.
FAN 2019 menjadi ajang bagi perwakilan anak-anak dari seluruh provinsi di Tanah Air, untuk bersuara, menyikapi sejumlah isu di sekitar mereka. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sulsel, forum tersebut menjadi ruang bagi, oleh, dan untuk anak-anak.
FAN 2019 menjadi ajang bagi perwakilan anak-anak dari seluruh provinsi di Tanah Air, untuk bersuara, menyikapi sejumlah isu di sekitar mereka
Maka, hampir semua rangkaian acara tersebut sarat dengan ekspresi dan gaya anak-anak, termasuk misalnya saat memilih teman mereka yang akan mewakili mereka tampil. Tidak perlu repot, cukup dengan mata dan mengacungkan tangan sebagai tanda setuju. Anak-anak diberi kesempatan melihat pada sesi “Aku Lihat”, kemudian memberikan pandangannya pada sesi “Aku Tahu”, serta menyusun rencana aksi dalam sesi “Aku Akan”.
Pelopor dan pelapor
Deputi Tumbuh Kembang Anak, KPPPA, Lenny N Rosalin berharap akan semakin banyak anak yang menjadi pelopor dan pelapor. Anak-anak menjadi agen perubahan pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak, serta menjadi pelapor aktif ketika mengalami, melihat, dan merasakan tidak terpenuhinya pemenuhan hak dan perlindungan anak.
Menjadikan anak sebagai pelopor dan pelapor tentu sebuah harapan, di tengah berbagai kondisi kekerasan yang mengancam anak-anak. Hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2018 (SNPHAR 2018), menemukan fakta bahwa dua dari tiga anak pernah mengalami salah satu atau lebih kekerasan sepanjang hidupnya. Bahkan 1 dari 11 anak perempuan dan 1 dari 17 anak laki-laki mengalami kekerasan seksual. Selain itu 1 dari 3 anak laki-laki dan 1 dari 5 anak perempuan pernah mengalami kekerasan fisik, serta 1 dari 2 anak laki-laki dan 3 dari 5 anak perempuan pernah mengalami kekerasan emosional.
Maka, melibatkan anak-anak secara langsung dalam upaya perlindungan dan pencegahan dari berbagai kekerasan, menjadi salah satu solusi. Seperti yang dilakukan Ferdina Sari (17), siswa kelas XII SMA N 1 Sumedang, Jawa Barat, yang bersama teman-temannya sejak 2016 membuat program “Calling Me” untuk menampung curatan hati anak-anak di Sumedang melalui telepon.
“Anak-anak suka malu kalau ketemu langsung. Jadi mereka cukup lewat telepon, tidak perlu sebutkan identitas, tinggal di mana, usia berapa, dan apa masalahnya yang perlu kita dengarkan. Kami hanya dengarkan, jadi tidak harus memberikan solusi, karena sepertinya kalau mereka mencurahkan masalah sepertinya jadi lebih baik,” papar Regina, juga pengurus Forum Anak Sumedang.
Apa yang dilakukan Regina, hanyalah salah satu dari berbagai cara yang dilakukan anak-anak untuk membantu anak-anak lain. Momentum Hari Anak 2019 semoga semakin meningkatkan perlindungan bagi anak-anak Indonesia.