Kualitas Knalpot Purbalingga Didorong Berstandar Industri Otomotif
›
Kualitas Knalpot Purbalingga...
Iklan
Kualitas Knalpot Purbalingga Didorong Berstandar Industri Otomotif
Usaha knalpot rumah tangga di Purbalingga, Jawa Tengah, perlu didorong berstandar industri otomotif untuk menambah daya saing. Tidak hanya memperbaiki kualitas produk, unsur promosi juga harus ditingkatkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Oleh
Megandika Wicaksono
·3 menit baca
Industri Kecil
PURBALINGGA, KOMPAS – Usaha knalpot skala rumah tangga di Purbalingga, Jawa Tengah, perlu didorong berstandar industri otomotif untuk menambah daya saing. Tidak hanya memperbaiki kualitas produk, unsur promosi juga harus ditingkatkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Hal itu terungkap dalam kunjungan Yayasan Darma Bakti Astra di Desa Kembaran Kulon, Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis (25/7/2019). Mereka hendak menjajaki peluang kerjasama dengan industri kecil dan menengah di sana agar knalpot Purbalingga mampu memenuhi kebutuhan industri.
Department Head Planning & Development Yayasan Darma Bakti Astra Edison Monoarfa di, Kamis (25/7/2019), mengatakan, pihaknya mengenal Quality , Cost, Delivery (QCD) dalam proses produksi. Dia berharap hal serupa juga mulai dipahami perajin rumah tangga.
Oleh karena itu, menurutnya, ada beberapa hal harus ditingkatkan para perajin knalpot. Misalnya, penggunaan mesin untuk membuat produk yang sama dan meningkatkan daya saing. "Kalau memakai mesin, otomatis kapasitas pengiriman barangnya juga akan naik. Kami akan berikan pendampingan agar mereka terbiasa bekerja sesuai standar perusahaan besar," kata dia.
Menurut Edison, penggunaan mesin untuk produksi knalpot tidak akan membuat pekerja kehilangan pekerjaan. Dia bahkan menilai, justru pengembangan usaha lewat aplikasi teknologi dapat menambah lapangan pekerjaan.
“Kalau pakai mesin, orangnya bisa dipekerjakan di tempat lain sehingga kapasitas produksi bertambah. Perusahaan lebih cepat bertumbuh, lebih cepat besar, lebih banyak lagi orang yang bisa diserap,” katanya.
Kalau pakai mesin, orangnya bisa dipekerjakan di tempat lain sehingga kapasitas produksi bertambah. Perusahaan lebih cepat bertumbuh, lebih cepat besar, lebih banyak lagi orang yang bisa diserap
Ke depan, Edison mengatakan, perajin knalpot di Purbalingga harus terbiasa dengan standar produksi yang ketat. Hal itu menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas sekaligus kuantitas produksi. Selama ini, menurut dia, perajin belum terbiasa melakukannya karena masih menyasar pasar after market (suku cadang pengganti yang dibuat bukan oleh produsen asli kendaraan) yang standardisasinya berbeda dengan industri.
Penasihat Asosiasi Perajin Knalpot Purbalingga Agung Sudrajat mengatakan, salah satu ciri khas knalpot Purbalingga adalah dibuat manual sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Ada kekhawatiran, jika beralih ke mesin maka banyak perajin kehilangan pekerjaan.
“Kini, ada 250 perajin yang tercatat di asosiasi. Namun, totalnya bisa mencapai 1.000 orang,” katanya.
Kendala
Akan tetapi, problematikanya tak hanya itu. Pemalsuan merek menjadi persoalan mendesak lainnya yang harus diselesaikan. Pada Rabu (24/7), misalnya, polisi menyita 180 buah knalpot dari WG (49), pengepul asal Purbalingga. Dia mengatakan, baru setahun berbisnis knalpot sehingga tidak tahu mana yang asli dan tidak.
Terkait kasus itu, Agung menyampaikan, sudah sering mengingatkan perajin agar tidak memalsukan merek. Mereka bahkan diminta segera mengurus hak paten mereknya sendiri. “Tugas kami adalah mengimbau dan tidak punya wewenang untuk melarang,” tutur Agung.
Supriyanto, pemilik RDS, produsen knalpot Purbalingga mengirimkan produknya tanpa merek sendiri. Merek biasanya dipasang pemesan.
"Sekarang saya pelan-pelan mempromosikan merek saya. Misalnya, dari 20 knalpot, ada 2-5 pakai merek saya," katan dia yang memperkerjakan 60 orang. Produksinya mencapai 1.500 knalpot motor yang dijual Rp 500.000-Rp 800.000 per buah. Selain pasar dalam negeri, knalpotnya merambah Belanda dan Malaysia.
Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purbalingga Agus Purhadi Satya mengatakan, terus mendorong perajin knalpot mengurus hak paten serta mempromosikannya lewat beragam pameran. Hal itu bakal menjadi bekal baik menghadapi persaingan pembuatan knalpot yang semakin ketat. Di tahun 1980-1990 adalah masa keemasan knalpot Purbalingga. Saat ini, pesaing datang dari Tegal.
“Tantangan ke depan, industri knalpot harus dipaksa naik kelas. Perkenalan dengan Astra akan menjadi jembatannya. Nanti ada semacam pilot project, misalnya standar seperti apa yang dikehendaki Astra supaya perajin sejalan dunia industri,” kata Agus.