Pelaku usaha siap mengantisipasi tantangan dalam menggarap pasar global. Meski demikian, pasar domestik juga tetap dijaga dan tidak ditinggalkan. Apalagi, perekonomian Indonesia banyak ditopang konsumsi domestik.
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha siap mengantisipasi tantangan dalam menggarap pasar global. Meski demikian, pasar domestik juga tetap dijaga dan tidak ditinggalkan. Apalagi, perekonomian Indonesia banyak ditopang konsumsi domestik.
”IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi secara global turun. Akan tetapi, tidak berarti otomatis pertumbuhan di semua negara turun,” kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian Johnny Darmawan di Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Ia menyampaikan hal itu saat dimintai tanggapan tentang revisi Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini, dari 3,3 persen menjadi 3,2 persen.
Johnny menambahkan, banyak negara terkena dampak perang dagang Amerika Serikat-China. Kendati ketegangan AS-China mereda, dampaknya terhadap perekonomian dunia, terutama dari sisi kinerja ekspor, telah terjadi.
”Pelaku industri mesti selalu siap mencermati proyeksi IMF atau Bank Dunia, termasuk misalnya mencari negara tujuan ekspor baru,” ujarnya.
Chairman The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim mengatakan, Indonesia akan terkena dampak langsung ataupun tidak langsung dari kondisi perekonomian global.
Kian genting
IMF memperingatkan negara-negara untuk bersiap menghadapi kondisi ekonomi yang kian genting. Pelambatan pertumbuhan perdagangan global dan rencana Brexit tanpa kesepakatan menekan prospek pertumbuhan ekonomi.
”Perekonomian global lesu dan genting, yang seharusnya tidak seperti ini,” kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath di Santiago, Chile.
Gopinath mengatakan, perbaikan ekonomi yang semula diperkirakan terjadi pada 2020 akan menghadapi tantangan.
Deputi Direktur Departemen Riset IMF,Gian Maria Milesi-Ferretti memaparkan, pertumbuhan volume perdagangan global pada semester I-2019 turun menjadi 0,5 persen atau terendah sejak 2012.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dampak pelambatan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan terhadap perekonomian domestik diupayakan diperkecil.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan, sektor jasa keuangan pada semester I-2019 dalam kondisi terjaga dan stabil. Meski demikian, perlu pelonggaran di sektor moneter untuk menghadapi kondisi global yang masih diwarnai ketidakpastian.
OJK menyebutkan, per Juni 2019, dana pihak ketiga perbankan tumbuh 7,42 persen secara tahunan. Adapun kredit tumbuh 9,92 persen.
”Seluruh dunia akan memberikan ruang yang lebih luas bagi peningkatan usaha karena secara global memang proyeksinya turun,” kata Wimboh.