Pertemuan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Rabu (24/7/2019), dinilai berdampak positif untuk kondisi bangsa. Pertemuan itu menyejukkan dan mengurangi tensi politik yang sempat memanas.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarno Putri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Rabu (24/7/2019), dinilai berdampak positif untuk kondisi bangsa. Pertemuan itu menyejukkan dan mengurangi tensi politik yang sempat memanas.
”Pertemuan ini setidaknya menyejukkan untuk dunia politik, untuk Indonesia, untuk kita semuanya,” kata politisi PDI-P sekaligus Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, seusai menghadiri jamuan makan malam Hari Kesatuan Gerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Ke-47 Nasional di Padang, Sumatera Barat, Rabu (24/7/2019) malam.
Tjahjo melanjutkan, pertemuan antara Megawati dan Prabowo dapat menurunkan tensi politik yang memanas selama masa Pemilihan Presiden 2019. Begitu pula dengan pertemuan antara Prabowo dan Jokowi pada 13 Juli 2019 di Jakarta.
Menurut Tjahjo, kedua ketua umum partai yang berseberangan pilihan dan sikap dalam Pemilu 2019 itu sudah lama bersahabat. Pertemuan tersebut menunjukkan bahwa perbedaan pendapat dan pilihan politik tidak harus memutuskan hubungan persahabatan itu.
”Pertemuan ini sesuatu yang wajar. Meskipun dalam berpartai politik beda sikap dan beda pilihan, sebagai sahabat (keduanya) tetap bersahabat untuk membangun komitmen kebangsaan dan membangun persatuan dan kesatuan,” ujar Tjahjo.
Sementara itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera sekaligus Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, berpendapat, pertemuan antara Megawati dan Prabowo bagus untuk pembangunan bangsa. Menurut dia, pesta demokrasi sudah selesai dan sudah saatnya pihak yang berbeda sikap politik pada Pemilu Presiden 2019 bergandengan tangan.
”Negara kita ingin maju. Banyak pekerjaan rumah dan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Pesta demokrasi sudah selesai. Semua jalur sudah dilalui, sampai ke Mahkamah Konstitusi. Sekarang, mari kita semua bergandengan tangan membangun Indonesia,” katanya.
Irwan menambahkan, kondisi politik di Sumbar sebenarnya sudah sejuk setelah hasil pemilu ditetapkan. Sejauh ini tidak ada masalah terkait hasil Pemilihan Presiden 2019 karena sebagian besar masyarakat Sumbar tidak lagi memikirkan itu.
Selama Pemilihan Presiden 2019, PDI-P dan Partai Gerindra berseberangan sikap politik. Dalam kontestasi, PDI-P mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin, sedangkan Partai Gerindra mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pemilihan presiden dimenangi oleh pasangan Jokowi-Amin.
Negara kita ingin maju. Banyak pekerjaan rumah dan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Pesta demokrasi sudah selesai. Semua jalur sudah dilalui, sampai ke Mahkamah Konstitusi. Sekarang, mari kita semua bergandengan tangan membangun Indonesia.
Adapun Sumbar dan sebagian wilayah Pulau Sumatera lainnya dikenal sebagai kantong suara bagi pasangan Prabowo-Sandi. Bahkan, pasangan Jokowi-Amin kalah telak dan hanya meraup suara sekitar 14 persen. Dalam Pemilihan Presiden 2019, PKS merupakan partai pengusung pasangan Prabowo-Sandi.
Pertemuan
Kemarin, Rabu (24/7/2019), Prabowo menyambangi kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat (Kompas, 25/7/2019). Kedua tokoh tersebut bertemu sambil makan bersama selama sekitar 1,5 jam.
Seusai bertemu Prabowo, Megawati mengatakan, tidak ada koalisi dan oposisi dalam sistem politik Indonesia dan memberi lampu hijau untuk bekerja sama dengan Prabowo dan Gerindra. Megawati mengatakan, demi kepentingan yang lebih besar, dialog antar-elite harus terus dijalin meskipun berbeda sikap politik.
Megawati juga mendorong Prabowo bertemu kembali dengan Jokowi. Megawati menyatakan bersedia menjembatani pertemuan keduanya. Namun, dia menegaskan, keputusan akhir terkait koalisi ada di tangan Jokowi selaku pemegang hak prerogatif.
”Mas Bowo (Prabowo) ingin bertemu dengan Presiden. Kalau memang saya diminta untuk bisa menyampaikan, akan saya sampaikan, ayo sini tak antar. Tetapi, kalau Mas Bowo sebaiknya, menurut saya, ngomong sendiri saja ke Pak Jokowi, pasti akan diterima beliau dengan baik,” katanya.
Sementara itu, Prabowo menyatakan siap mengakhiri perbedaan pendapat politik selama pemilu. Ia juga mengundang Megawati berkunjung ke kediamannya di Hambalang, Bogor.
”Saya kadang berbeda dalam beberapa sikap politik yang tidak prinsipiel. (Tetapi) Perbedaan itu biasa, di ujungnya kita selalu ingin menyambung hubungan yang rukun, membantu mengatasi berbagai masalah kebangsaan,” kata Prabowo.
Oposisi diperlukan
Pertemuan Megawati dan Prabowo selain menyejukkan juga mengindikasikan adanya pendekatan Partai Gerindra ke koalisi pendukung Jokowi-Amin. Namun, Irwan berpendapat, dalam demokrasi semestinya ada checks and balances yang ditandai dengan adanya koalisi dan oposisi.
”Kalau semuanya masuk koalisi, tidak ada checks and balances sehingga kita tidak bisa menjalani demokrasi dengan baik. Tentunya checks and balances dengan pola Indonesia,” ujar Irwan.
Pola Indonesia yang dimaksud oleh Irwan adalah gaya demokrasi presidensial yang ada di Indonesia. Tidak seperti demokrasi parlementer yang selalu bertentangan seperti minyak dan air yang bahkan ruangan dan lokasi duduk anggota parlemennya dipisahkan. Dalam demokrasi presidensial ada kebersamaan dalam membangun pemerintahan.
”Tetapi, tetap tidak perlu kita berbondong-bondong bergabung ke koalisi hanya untuk dapat kekuasaan. Supaya tertib sistem pemerintahan dan tertib sistem demokrasi sehingga kita bisa membangun negara dan daerah kita bersama-sama. Oposisi tidak untuk merusak negara, tetapi membangun negara menjadi lebih baik,” ujar Irwan.