Pusatkan Agenda pada Manusia
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Buruh Internasional (ILO) menekankan agenda pembangunan yang terpusat pada manusia untuk menghadapi pekerjaan di masa mendatang. Agenda itu diyakini dapat mendorong pertumbuhan, kesetaraan, dan keberlanjutan.
Deputi Direktur Jenderal Organisasi Buruh Internasional (ILO) Greg Vines mengatakan, kemajuan teknologi digital menjadi faktor utama dalam menciptakan pekerjaan baru. Di satu sisi akan ada kelompok tenaga kerja kehilangan pekerjaan. Namun, di sisi lain lahir pekerjaan baru.
Keterampilan saat ini diperkirakan tidak akan cocok dengan kebutuhan pekerjaan pada masa depan. Keterampilan baru terus bermunculan.
Selain faktor kemajuan teknologi digital, Greg menjelaskan, perubahan iklim juga akan memengaruhi pekerjaan di masa depan. Faktor lain adalah perubahan kondisi demografi suatu negara yang diyakini akan memberikan tekanan pada pasar tenaga kerja dan jaminan sosial. Ada negara yang bergerak menuju piramida penduduk tua, tetapi ada pula negara berpiramida penduduk muda.
Meskipun demikian, kemajuan teknologi digital tetap menjadi faktor utama yang mengubah lanskap pekerjaan masa depan. Dalam buku Pekerjaan untuk Masa Depan yang Lebih Cerah, Komisi Global untuk Pekerjaan Masa Depan dan ILO membagi agenda manusia ke dalam tiga pilar. Pilar pertama meningkatkan investasi untuk kemampuan manusia. Adapun pilar kedua adalah menambah investasi pada lembaga kerja dan pilar ketiga adalah mengambil tanggung jawab.
Pilar pertama bertujuan agar manusia tetap berkembang. Salah satu rekomendasi pilar ini adalah hak universal pembelajaran seumur hidup yang memungkinkan orang memperoleh pelatihan keterampilan.
Pilar berinvestasi di lembaga kerja bertujuan memperkuat dan merevitalisasi lembaga kerja, mulai dari perusahaan pemberi kerja hingga pengawas ketenagakerjaan. Contoh rekomendasinya adalah memanfaatkan teknologi untuk pekerjaan layak. Artinya, manusia tetap memegang kendali atas teknologi digital. Kemajuan teknologi menuntut regulasi penggunaan data atau kemampuan algoritma di dunia kerja.
Pilar ketiga berisi permintaan agar semua pihak, termasuk lembaga multilateral, ikut bertanggung jawab menciptakan pekerjaan masa depan yang adil dan setara.
”Tahun 2019 menandakan 69 tahun keanggotaan Indonesia di ILO. Kami melihat demografi Indonesia bergerak ke penduduk muda. Hal yang sangat penting menjadi perhatian Indonesia adalah persoalan penganggur muda atau memastikan angkatan kerja muda terserap industri,” katnya.
Untuk menghadapi pekerjaan masa depan, ILO menyarankan pelatihan keterampilan yang menyasar angkatan kerja usia muda.
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan Bambang Satrio Lelono mengatakan, Kementerian Ketenagakerjaan telah menerapkan pelatihan vokasi dengan pendekatan triple skilling. Hal itu berarti mendorong dan memfasilitasi tenaga kerja di setiap program pelatihan di balai latihan kerja (BLK).
”Pelatihan vokasi dengan pendekatan ini berlaku untuk angkatan kerja tanpa membedakan usia, latar belakang pendidikan, dan ekonomi,” ujar Bambang.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, saat ini ada 21 BLK di bawah naungan Kementerian Ketenagakerjaan dan 284 BLK milik pemerintah provinsi/kabupaten/kota.
Menurut dia, tantangan utama ketenagakerjaan Indonesia adalah ketidaksesuaian keterampilan yang dimiliki pekerja dengan kebutuhan industri.
Dia memperkirakan tingkat ketidaksesuaian sekitar 63 persen.
Selain kompetensi keterampilan, tambah Bambang, pemerintah berusaha agar seluruh angkatan kerja memiliki akses ke jaminan sosial kesehatan dan ketenagakerjaan. Kebijakan ini berlaku juga bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Dikembangkan
Senior Strategic Development Tokopedia Doni N Pranama menceritakan, Tokopedia membiasakan karyawannya memiliki mental selalu ingin maju dan tumbuh. Pendiri Tokopedia percaya, kecerdasan manusia bisa dikembangkan.
”Mental selalu mau maju dan bertumbuh menjadi nadi di Tokopedia. Para pendiri perusahaan membuka kesempatan karyawan agar lebih banyak belajar dan tekun. Kami pun selalu mendorong agar setiap kesempatan diambil,” ujarnya.
Doni mengatakan, visi Tokopedia adalah mendukung pemerataan ekonomi digital. Salah satunya dengan menyediakan fitur laman pemasaran yang mengakomodasi sekitar enam juta wirausaha, baik produsen maupun distributor. Sekitar 70 persen di antara mitra itu adalah wirausaha baru.
Dari para mitra tersebut ada juga wirausaha perempuan. Dia menganggap hal itu positif. Artinya, kehadiran internet dan teknologi digital membantu membuka akses bisnis bagi perempuan.
”Kalau ditanya soal kesetaraan jender dan ketenagakerjaan, teknologi digital membuka kesempatan perempuan terserap industri lebih besar dibandingkan dengan sektor konvensional,” katanya.
Staf Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sekaligus pendiri Kartunet, Dimas P Muharam, mengemukakan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan ketenagakerjaan yang berpihak pada kelompok difabel. Salah satunya kebijakan yang mengharuskan perusahaan menyerap mereka dengan porsi 1 hingga 2 persen terhadap total karyawan.
Meski demikian, masih banyak perusahaan belum mengikuti arahan itu. Salah satu penyebabnya persepsi negatif terhadap kompetensi kaum difabel.
Kartunet adalah laman berita yang mengakomodasi kebutuhan informasi bagi kelompok difabel. Siapa pun bisa menjadi kontributor penulis dan tidak terbatas dari kelompok difabel. Kartunet berdiri pada 2006. (MED)