Adu Perahu Naga dan Sensasi Berjalan di Jembatan Apung
›
Adu Perahu Naga dan Sensasi...
Iklan
Adu Perahu Naga dan Sensasi Berjalan di Jembatan Apung
Kota Tangerang identik dengan Sungai Cisadane. Perahu naga erat kaitannya dengan sejarah dan kebudayaan Tionghoa di Kota Tangerang. Di sungai ini akan berlangsung adu ketangkasan mendayung perahu naga dalam Festival Cisadane.
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU
·3 menit baca
Kota Tangerang identik dengan Sungai Cisadane. Perahu naga erat kaitannya dengan sejarah dan kebudayaan Tionghoa di Kota Tangerang. Di sungai yang membelah kota ini akan berlangsung adu ketangkasan mendayung perahu naga dalam Festival Cisadane di Jalan Benteng Jaya, Kota Tangerang.
Perhelatan tahunan ini kembali digelar sepekan, Jumat (26/7/2019) hingga Jumat (2/8/2019).
Selain lomba dayung perahu naga, ada juga acara hiburan, seperti pergelaran budaya daerah, atraksi hoverboard, jet ski, gelar karya usaha kecil menengah (UKM), serta penampilan band papan atas, Nidji dan Kotak. Ada juga festival pencak silat yang akan diikuti sekitar 18 perguruan se-Jabotabek.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Tangerang Engkos Zarkasyi mengatakan, lomba dayung perahu naga akan digelar untuk tingkat internasional dan nasional. Selain dari Provinsi Banten, peserta juga berasal dari luar negeri, seperti Malaysia, Timor Leste, dan Australia.
Rasakan juga sensasi berdiri di atas jembatan apung dari pinggir hingga ke tengah sungai. Jembatan apung ini dijamin keamanannya karena di sisi kiri dan kanan dilengkapi tiang pembatas. Jembatan ini sudah diujicobakan mengangkut 305 orang dengan beban aman seberat 300 kilogram per meter persegi.
Akan ada 164 stan yang menampilkan pameran pembangunan dan gelar karya UKM. Selain itu, ada 200 pelaku UKM yang akan disediakan gratis stan dalam upaya mempromosikan produk karya lokal Kota Tangerang.
Dalam pembukaan festival, kita dapat menyaksikan tarian kolosal Sangego serta parade 28 perahu hias yang dipadu dengan aksi tiga hoverboard membentuk formasi khusus.
”Festival Cisadane digelar sebagai upaya merawat keberagamaan yang menjadi akar masyarakat Kota Tangerang. Festival ini sejatinya adalah apresiasi terhadap akulturasi kebudayaan di Kota Tangerang,” kata Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah dalam keterangan tertulis, Kamis (25/7/2019).
Festival Cisadane ini sebelumnya diawali dengan perayaan Peh Cun sebagai dasar cikal bakal lahirnya perhelatan tahunan seni dan budaya ini. Perayaan Peh Cun di Tangerang sebelumnya telah digelar pada pertengahan Juni lalu. Acara diisi dengan berbagai ritual, tradisi, dan perlombaan, di antaranya ritual air berkah, sembahyang Twan Yang, mendirikan telur, lomba tangkap bebek, lomba perahu naga, lomba uleg, dan lain-lain.
Festival Cisadane ini, kata Arief, dikemas menjadi acara tahunan yang dikolaborasikan dengan kebudayaan-kebudayaan lain, seperti Betawi, Sunda, dan Jawa yang menjadi akar masyarakat Kota Tangerang.
Menurut Arief, Festival Cisadane ini telah masuk dalam 100 kalender kegiatan Kementerian Pariwisata yang dianjurkan untuk dikunjungi.
Festival besanan
Ingin melihat bagaimana orang Betawi besanan? Festival Besanan Orang Sekampung di Lapangan Flamboyan, Jalan Camat Gabun II, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu dan Minggu ini, pilihannya. Acara digelar pukul 07.00 hingga 23.00.
Lurah Lenteng Agung Bayu Pasca Soengkono mengatakan, acara ini digagas warga RW 008 Kelurahan Lenteng Agung. ”Kami menggelar festival ini bertujuan agar warga khususnya generasi muda dapat mengenal budayanya sendiri. Masyarakat wajib melestarikan budaya lokal, seperti budaya Betawi,” kata Bayu, Kamis.
Festival besanan ini menghadirkan serangkaian tradisi lamaran, ngarak manten, tradisi palang pintu, tari Betawi kolosal, lawak Betawi, atraksi beksi, senam rame-rame, pasar jajanan Betawi, hiburan, dan kegiatan lain. Nantinya akan ada acara seperti mau besanan, bawa keluarga, dan arak-arakan pakai andong ala penganten.
Biasanya ngarak manten ini diiringi dengan lantunan shalawat Dustur, shalawat Yalil, serta tetabuhan rebana biang atau hadrah.
Selain itu, lanjutnya, akan digelar pula bazar usaha mikro, kecil, dan menengah yang menyediakan aneka produk, mulai dari kuliner, mode, hingga aksesori.
Tradisi ngarak manten ini, kata Bayu, sebenarnya sudah dilakukan masyarakat Betawi sejak zaman dulu. Tahun 1960 hingga 1980-an, tradisi tersebut begitu populer.
Ia pun mengundang masyarakat luas untuk hadir dan menyaksikan beragam seni dan budaya Betawi yang digelar selama dua hari itu.
Menurut dia, sebelumnya warganya sudah menggelar Pop Up Market untuk mempromosikan batik kolalen khas Lenteng Agung.