Apa Pun Caranya, yang Penting Liburan!
Pilihan destinasi wisata kian banyak. Wisata menggunakan koper atau ransel, berbiaya mahal atau hemat, serta di luar negeri atau di dalam negeri, tinggal pilih. Yang suka menyusun jadwal, bisa mengatur perjalanannya sendiri. Sebaliknya, yang sibuk dan tidak mau pusing, bisa memilih jasa biro perjalanan. Apa pun pilihannya, yang penting liburan bisa berakhir menyenangkan.
Saat merencanakan untuk berlibur ke Disneyland sebagai hadiah kelulusan putrinya dari taman kanak-kanak, Yanty Wijaya memutuskan pergi sendiri tanpa memakai jasa biro perjalanan.
”Bawa anak kecil dua orang dan satu orang lanjut usia tidak memungkinkan untuk menggunakan jasa biro perjalanan. Kalau biro perjalanan, jadwalnya sangat padat dan harus tepat waktu,” kata Yanty.
Dua anaknya, masing-masing berusia tiga tahun dan enam tahun, sudah dipastikan sulit tepat waktu. Padahal, bepergian bersama kelompok menggunakan jasa biro perjalanan mesti tepat waktu. Jadwal juga cukup ketat karena mengakomodasi banyak orang. ”Makanya, saya pergi sendiri tidak menggunakan biro perjalanan,” kata Yanty menceritakan pengalamannya yang baru bepergian dari Disneyland di Hong Kong.
Bagi Yanty, bepergian dengan mengatur jadwal sendiri atau menggunakan biro perjalanan merupakan pilihan bagi wisatawan. Akan tetapi, pilihan itu mesti mempertimbangkan negara tujuan dan siapa saja yang akan bepergian. Berlibur dengan anak kecil, misalnya, lebih baik diatur sendiri karena lebih fleksibel. Sebab, anak-anak belum bisa bangun pagi, perlu waktu tertentu untuk makan, dan cepat lelah.
Namun, jika bepergian ke negara yang belum pernah dikunjungi sehingga ingin melihat sebanyak mungkin destinasi wisata, pilihan menggunakan biro perjalanan lebih tepat. Apalagi, jika tidak ingin direpotkan dengan urusan di tujuan yang masih asing.
Dyah gemar melancong dengan keluarganya ke beberapa negara tanpa menggunakan jasa biro perjalanan. Namun, saat bepergian ke Korea, ia justru menggunakan jasa biro perjalanan. ”Saya pergi berdua dengan putri saya yang beranjak remaja. Saya malas menyusun rencana perjalanan seperti yang biasa keluarga kami lakukan,” kata Dyah.
Selain itu, Dyah belum pernah bepergian ke Korea sehingga ingin mengeksplor destinasi wisata sebanyak mungkin. Paket yang dibelinya di biro perjalanan juga mencakup wisata ke Pulau Jeju, yang harus dijangkau dengan penerbangan domestik.
”Kalau hanya mengeksplorasi kota Seoul, bisa pergi sendiri. Akan tetapi, kalau mau pergi yang jauh-jauh, cari hotel lagi di sana, bisa repot,” tambah Dyah. Kendati beban merencanakan perjalanan berkurang, Dyah mengakui bahwa bepergian menggunakan biro perjalanan juga ada kekurangannya.
”Anak saya ingin berlibur ke Korea karena ingin mengejar K-Pop. Ternyata, semua peserta tur harus ikut ke toko ginseng, toko herbal cemara merah, cendera mata, dan kosmestik yang menjadi langganan biro perjalanan. Padahal, toko-toko itu tidak sesuai dengan keinginan anak saya. Sebaliknya, kesempatan untuk ke destinasi yang berkaitan dengan K-Pop hanya sebentar,” ucap Dyah.
Lebih murah
Berwisata menggunakan biro perjalanan membuat Dyah tahu bisa mendapat harga yang lebih murah. Itu karena biro perjalanan telah membeli tiket pesawat dan kamar hotel dengan harga khusus. Hal ini berbeda dengan bepergian sendiri karena wisatawan membeli dengan harga ritel sehingga lebih mahal.
Sebenarnya, ada strategi untuk menekan pengeluaran saat bepergian sendiri, yakni merencanakan perjalanan jauh-jauh hari. Dengan demikian, harga tiket moda transportasi dan hotel akan lebih murah.
Taktik lain, bisa berburu tiket perjalanan atau akomodasi pada ajang pameran perjalanan. Pada pameran perjalanan yang digelar maskapai penerbangan, biasanya harga tiket pesawat akan lebih murah. Namun, jika pameran digelar biro perjalanan, yang banyak tersedia adalah promosi paket liburan.
Khusus untuk berwisata menggunakan jasa biro perjalanan, pelancong bisa membeli paket wisata secara ritel. Misalnya, hanya membeli paket ke destinasi tertentu saat sudah tiba di negara tujuan. Atau hanya membeli tiket masuk ke destinasi wisata yang sudah dipaketkan dengan makan dan penginapan.
Pelancong juga bisa memanfaatkan berbagai penawaran dari agen perjalanan dalam jaringan, antara lain menyewa mobil, menyewa alat pemancar Wi-Fi, tiket kereta, dan tiket wahana atau atraksi.
Kuncinya, calon pelancong mesti rajin memantau berbagai iklan diskon atau penawaran dari biro perjalanan. Jangan lupa, untuk membandingkan antara penawaran yang satu dan yang lain.
Pada saat bepergian ke Melbourne, Australia, Dyah membeli tiket pesawat pada ajang Garuda Travel Fair. Dengan demikian, ia bisa menghemat ongkos perjalanan karena pada pameran perjalanan yang diselenggarakan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk itu, harga tiket jauh lebih murah.
Penghematan lain yang bisa dilakukan adalah memilih penginapan berupa apartemen yang disewakan bagi wisatawan, bukan hotel. Apartemen itu menyediakan dapur—lengkap dengan peralatan memasak—dan mesin cuci pakaian. Keluarga Dyah pun bisa menikmati liburan dengan lebih hemat karena memasak makanan sendiri dan tidak membawa banyak pakaian karena bisa mencuci baju di apartemen.
Pada saat ingin bepergian ke lokasi yang agak jauh dari pusat kota, misalnya ke Great Ocean Road yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Melbourne, tinggal mencari paket wisatanya di internet. Ada berbagai paket yang bisa dipilih, misalnya seharga Rp 1 juta per orang, sudah termasuk biaya perjalanan, kudapan, dan makan siang.
Di dalam negeri, biro perjalanan juga sudah aktif menawarkan paket perjalanan. Di Belitung, Provinsi Bangka Belitung, misalnya, wisatawan bisa memilih paket yang disediakan biro perjalanan. Ada paket untuk wisatawan dalam kelompok besar, tetapi ada juga untuk kelompok kecil atau keluarga.
Paket untuk keluarga, misalnya, biasanya sudah termasuk mobil beserta pengemudinya. Penyedia paket akan menawarkan tujuan yang akan didatangi. Biro perjalanan biasanya sudah punya koneksi dengan penyedia kapal, misalnya untuk menyeberang ke Pulau Lengkuas.
Dalam berbagai kesempatan, Bank Indonesia menyampaikan, wisata merupakan salah satu sektor yang bisa dioptimalkan untuk meraup devisa. Biaya yang dikeluarkan wisatawan mancanegara di Indonesia dan wisatawan domestik di luar negeri akan dihitung dalam neraca jasa perjalanan. Selanjutnya, jasa perjalanan akan digabung dengan jasa-jasa lain menjadi transaksi berjalan jasa.
Selama ini, transaksi berjalan jasa defisit. Neraca jasa perjalanan yang surplus, jika besarannya terus meningkat, bisa mengurangi defisit transaksi jasa.
Mengutip Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara di Bali, awal Juli lalu, kegiatan wisata juga bisa berdampak positif bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dampak berganda ini diharapkan kian membesar seiring jumlah wisatawan yang semakin banyak.
”Wisatawan didorong untuk membelanjakan uang mereka di lokasi berlibur. Harapannya, wisatawan akan belanja produk UMKM,” kata Mirza.
Luh Wayan Sriadi dan I Ketut Widiadnyana yang mengelola kelompok tenun Putri Mas di Negara, Bali, menyebutkan, cukup banyak wisatawan domestik yang membeli produk tenun hasil karya kelompok mereka. Mereka datang sendiri atau berombongan bersama kelompok.
Memilih berwisata dengan biro tur atau pergi sendiri sama asyiknya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Nikmati saja kelebihannya. Sebaliknya, hadapi juga kekurangannya sebagai konsekuensi dari pilihan kita. Toh, liburan tetap berlangsung. Setelah liburan, badan dan pikiran lebih segar! (IDR)