Selama empat bulan moda raya terpadu (MRT) beroperasi, jumlah penumpang terus meningkat. Pada Juni-Juli, peningkatan jumlah penumpang MRT mencapai 15,9 persen hingga rata-rata 94.824 orang per hari.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama empat bulan moda raya terpadu (MRT) beroperasi, jumlah penumpang terus meningkat. Pada Juni-Juli, peningkatan jumlah penumpang MRT mencapai 15,9 persen hingga rata-rata 94.824 orang per hari.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar, Kamis (25/7/2019), menuturkan, kenaikan jumlah penumpang pada bulan Juni ke Juli 2019 sebesar 15,9 persen. Pada bulan Juni, rata-rata penumpang mencapai 81.816 orang. Adapun pada bulan Juli, jumlah penumpang sudah berada di angka 94.824 orang per hari.
Peningkatan jumlah penumpang itu di antaranya dipengaruhi oleh program retensi atau promo diskon yang diberikan berbagai mitra MRT. Contohnya adalah program diskon di mal sepanjang koridor MRT fase 1, seperti Plaza Blok M, Whiz Point Square, dan Ngopi Series. Selain itu, MRT juga membuat program akuisisi yang menyasar segmen tertentu, seperti pelajar. Program akuisisi yang sudah berjalan itu, di antaranya, adalah wisata edukasi jelajah Jakarta dengan destinasi kantor ASEAN.
”Ini sudah melebihi target kami tahun ini, yaitu 65.000 penumpang per hari. Sekarang, target akan ditingkatkan menjadi 100.000 penumpang per hari karena kenaikan per bulan yang signifikan,” ujar William kepada wartawan.
Ini sudah melebihi target kami tahun ini, yaitu 65.000 penumpang per hari. Sekarang, target akan ditingkatkan menjadi 100.000 penumpang per hari karena kenaikan per bulan yang signifikan.
Selain program spesial yang ditawarkan PT MRT Jakarta, performa MRT juga dievaluasi bagus pada empat bulan terakhir. Target ketepatan waktu kedatangan, pencapaian tempuh, dan pencapaian berhenti di stasiun berhasil dicapai 100 persen.
”Dengan demikian, ridership orang naik dari Lebak Bulus makin banyak. Kawasan ini harus ditata, seperti dengan penyediaan lokasi park and ride di South Quarter dan Tripatra yang siap dalam waktu dekat,” lanjut William.
Terkait dengan program integrasi antarmoda, saat ini integrasi dengan Transjakarta sudah berjalan. Ada 22 rute integrasi antara MRT dan Transjakarta dengan titik transit utama Stasiun Lebak Bulus-Fatmawati, Stasiun Blok M-ASEAN, dan Stasiun Dukuh Atas-Bundaran Hotel Indonesia.
Mulai 1 Agustus juga akan dibuka rute Lebak Bulus-Universitas Indonesia. Bus Transjakarta jurusan tersebut akan berputar mengelilingi fakultas di kawasan Kampus UI.
MRT timur-barat
Untuk perkembangan MRT fase II, menurut rencana proyek tersebut akan ditenderkan pada tahun ini. Masa kerja proyek lanjutan dari Bundaran HI-Jakarta Kota itu masih sesuai jadwal, yaitu rampung pada 2024.
”Pembangunan MRT fase II membutuhkan dana Rp 22,5 triliun. Saat ini, kami masih menyiapkan feasibility study (FS) serta keputusan untuk tambahan depo belum ada,” ujar William.
Sembari fase II dikerjakan, PT MRT juga sudah mulai mencanangkan MRT timur-barat dengan rute Kalideres-Ujung Menteng. Rute sepanjang 31 kilometer itu akan melewati 22 stasiun di area Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Pembangunan MRT timur-barat itu diperkirakan akan menelan dana hingga Rp 53 triliun. Pengerjaan dan pencanangan fase II dan timur-barat diharapkan berjalan secara paralel.
”MRT timur-barat akan dibagi ke dalam dua fase, yaitu fase I (Inner Barat) Kalideres-Cempaka Baru sepanjang 20,1 kilometer dan fase II 11,6 kilometer Cempaka Baru-Ujung Menteng,” katanya.
MRT timur-barat akan dibagi ke dalam dua fase, yaitu fase I (Inner Barat) Kalideres-Cempaka Baru sepanjang 20,1 kilometer dan fase II 11,6 kilometer Cempaka Baru-Ujung Menteng.
MRT timur-barat sudah dikaji oleh konsultan profesional, yaitu Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI). JUTPI melihat bagaimana pola perjalanan masyarakat Jabodetabek selama 15-20 tahun ke depan. Dari situlah keluar rekomendasi jalur baik untuk pengembangan angkutan massal berbasis rel, seperti MRT dan LRT, maupun yang berbasis jalan, seperti BRT, yang harus ada di Jakarta.
”Dari kajian JUTPI, muncul rekomendasi jalur timur-barat sepanjang 87 kilometer yang menghubungkan Cikarang-Balaraja. Nantinya MRT juga akan memiliki rute utara-selatan, timur-barat, loop line, dan diagonal line,” tutur William.
Untuk mekanisme pendanaan jalur timur-barat ini, menurut dia, PT MRT Jakarta tidak bisa mengandalkan dana pinjaman pemerintah. MRT mulai mencari sumber pendanaan dari pemerintah, pinjaman luar negeri, pihak swasta, ataupun kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Skema-skema itu sedang dijajaki dengan beberapa potensi donor, yaitu JICA, ADB, Asian Infrastructure Investment Bank, dan lain-lain.
PT MRT berharap proyek MRT timur-barat dapat direalisasikan menjelang akhir tahun depan. Sebab, MRT fase I dan II sudah mendapatkan dukungan penuh dari Presiden. Presiden bahkan sudah mengatakan bahwa fase III MRT akan dimulai.
Secara administrasi, PT MRT juga berharap fase III dapat dimasukkan ke proyek strategis nasional Bappenas. Dengan demikian, MRT Jakarta sebagai BUMD dapat menerima pinjaman langsung dari donor.
”Kami berharap fase III dapat dicanangkan tahun depan. Kami mohon dukungan semua pihak, bersama-sama akselerasi kita dorong bersama supaya tahun depan kalau bisa tiga line diluncurkan,” ujar William.