Pendaki Gunung Rinjani Didominasi Wisawatan Mancanegara
›
Pendaki Gunung Rinjani...
Iklan
Pendaki Gunung Rinjani Didominasi Wisawatan Mancanegara
Sejak dibuka pada 14 Juni lalu, aktivitas pendakian Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat kembali ramai.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sejak dibuka pada 14 Juni lalu, aktivitas pendakian Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat kembali ramai. Hingga saat ini, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mencatat sebanyak 4.056 pendaki yang menjajal gunung api dengan tinggi 3.726 meter di atas permukaan laut itu. Dari jumlah pendaki tersebut, wisatawan mancanegara mendominasi.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono di Mataram, Jumat (26/7/2019), mengatakan, jumlah keseluruhan pendaki tersebut dihimpun dari empat jalur pendakian, yaitu jalur Senaru di Lombok Utara, jalur Sembalun dan jalur Timbanuh di Lombok Timur, dan jalur Aik Berik di Lombok Tengah, hingga Kamis (25/7/2019).
Menurut Sudiyono, hingga Kamis, wisatawan mancanegara (wisman) yang mendaki Rinjani mencapai 3.058 orang atau hampir 75 persen. Sementara wisatawan domestik sebanyak 998 orang. Dari empat jalur, Senaru menjadi favorit. Di jalur yang berada sekitar 83 kilometer utara Mataram, ibu Kota NTB itu, wisman mencapai 2.813 orang dan wisatawan domestik 152 orang.
Sementara untuk jalur Sembalun, wisman yang mendaki Rinjani sebanyak 102 orang dan wisatawan domestik 452 orang. Sementara jalur Aik Berik masing-masing wisman 69 orang dan wisatawan domestik 109 orang. Adapun di jalur Timbanuh, wisman mencapai 74 orang dan wisatawan domestik 285 orang.
Sudiyono mengatakan, tingginya jumlah wisman yang mendaki Rinjani kemungkinan karena saat ini sudah mulai masuk high season kujungan wisata ke Lombok. ”Namun, sejak dibuka kembali, pendaki memang banyak yang wisman,” kata Sudiyono.
Menurut Sudiyono, meski meningkat, pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) belum akan menambah kuota harian untuk setiap jalur. Saat ini diberlakukan kuota harian pada empat jalur, yaitu Senaru dan Sembalun masing-masing 150 orang serta Aik Berik dan Timbanuh masing-masing 100 orang.
”Kami melihat perkembangan di lapangan pada dampak ekologis, misalnya sampah atau kerusakan vegetasi yang ada,” kata Sudiyono.
Selain itu, kata Sudiyono, baik wisman maupun wisatawan domestik masih menggunakan sistem pendaftaran daring (online) yang sama, yaitu lewat aplikasi eRinjani. Aplikasi itu bisa dibuka menggunakan perangkat android atau via laman resmi Balai TNGR.
Pendakian juga masih dibatasi hingga area pelawangan. Pendaki dilarang menuju puncak dan Danau Segara Anak. Selain itu, khusus untuk hari Jumat, pendakian lewat jalur Sembalun atas permintaan masyarakat.
Dampak positif
Seperti diberitakan, Direktorat Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai TNGR, Jumat (14/6/2019), membuka kembali pendakian Rinjani. Sebelumnya, pendakian ditutup pascagempa yang mengguncang Lombok pada Juli 2018.
Dibukanya kembali jalur pendakian Rinjani mendapat respons positif dari berbagai pihak. Hal itu karena pascagempa aktivitas wisata di kawasan Rinjani lesu. ”Senang melihat pendakian ramai lagi. Kalau sebelumnya, warga Senaru yang menjadi porter menganggur. Begitu juga dengan penginapan dan rumah makan. Sekarang, mereka sudah bisa tersenyum kembali,” kata Sardi (27), warga Senaru.
Senang melihat pendakian ramai lagi. Kalau sebelumnya, warga Senaru yang menjadi porter menganggur. Begitu juga dengan penginapan dan rumah makan. Sekarang, mereka sudah bisa tersenyum lagi.
Menurut Sardi, tidak hanya porter, penginapan, dan rumah makan, tetapi kunjungan ke kawsan rumah tradisional Senaru juga kembali ramai. ”Sebelumnya sepi. Sekarang, hampir setiap hari ada wisman. Baik yang khusus datang kesini maupun baru selesai mendaki,” kata Sardi.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal sebelumnya mengatakan, pascapenutupan pendakian, masyarakat yang menggantungkan kehidupan dari pendakian Rinjani tidak bisa berbuat apa-apa. Misalnya, porter atau orang yang dibayar untuk membawa barang milik pendaki saat mendaki.
Oleh karena itu, menurut Faozal, dengan dibukanya jalur pendakian Rinjani, sektor pariwisata di sana bisa pulih. Tidak hanya di kawasan Rinjani, tetapi juga di Pulau Lombok dan NTB.
”Saya berharap semua pihak, baik di kawasan Rinjani, Sembalun, maupun Senaru (Lombok Utara), bisa memanfaatkan restu dari pemerintah pusat ini sebaik-baiknya,” kata Faozal.
Camat Sembalun Zaidar Rohman mengatakan, mereka sudah menunggu sangat lama hingga akhirnya pendakian Rinjani dibuka kembali. Pascapenutupan, banyak yang terdampak, khususnya anak-anak muda yang menjadi porter bagi para pendaki.
”Ini adalah tantangan dan menjadi momen bagi masyarakat Sembalun dengan segala yang dimiliki bangkit. Kami akan menjadikan Rinjani sebagai tempat yang nyaman bagi siapa saja,” kata Zaidar.