Pemerintahan Joko Widodo menaruh perhatian besar pada isu elektrifikasi karena isu itu berkaitan dengan keadilan.
Oleh
A Tomy Trinugroho
·3 menit baca
SUMBAWA, KOMPAS -- Pemerintah menaruh perhatian besar pada isu elektrifikasi. Ditargetkan pada akhir tahun ini, rasio elektrifikasi, atau perbandingan jumlah penduduk yang menikmati listrik terhadap total penduduk di Indonesia, bisa mencapai 99,5 persen. Pada Juni 2019, rasio ini adalah 98,8 persen.
Seusai peresmian 16 infrastruktur kelistrikan yang seremonialnya berlangsung di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan, pemerintahan Joko Widodo menaruh perhatian besar pada isu elektrifikasi karena berkaitan dengan keadilan. "Masih ada 500 ribu keluarga di Indonesia yang belum teraliri listrik," tutur Jonan, di Sumbawa, Kamis (25/7/2019).
Menurut dia, hal itu terjadi karena mereka tidak mampu untuk membayar biaya penyambungan listrik. Ada pula 200 ribu keluarga lagi yang kediaman mereka belum teraliri listrik karena wilayah para keluarga ini memang belum terjangkau transmisi. "Jadi, total ada sekitar 700 ribu keluarga belum teraliri listrik," ungkapnya.
Karena itu, peresmian 16 infrastruktur listrik yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat serta Nusa Tenggara Timur tersebut bernilai strategis dalam rangka untuk terus meningkatkan rasio elektrifikasi. "Masak 74 tahun Indonesia mereka, masih ada warga yang belum menikmati listrik?" tutur Jonan dalam pidato peresmian 16 infrastruktur kelistrikan yang tersebar di NTB serta NTT.
Dari 16 infrastruktur itu, lima di antaranya merupakan proyek pembangkit listrik, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Sumbawa (50 MW) dan PLTMG Bima (50 MW) di NTB; PLTMG Maumere (40 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Sita-Borong (2x500 kW), dan Pembangkit Listrik tenaga Surya (PLTS) Maumere-Ropa-Ende (2x1 MWp) di NTT.
Adapun 11 infrastruktur lainnya meliputi Saluran Udara Tegangan Tinggi serta Gardu Induk 70kV. Sebelas infratsruktur ini berada di Provinsi NTB.
Peresmian dipusatkan di lokasi PLTMG Sumbawa, di Desa Labuan Badas, Kecamatan Labuan Badas, Kabupaten Sumbawa. PLTMG Sumbawa merupakan bagian dari program 35.000 Megawatt. Nilai investasi PLTMG Sumbawa adalah Rp 677,2 miliar, dengan kontraktor PT Wijaya Karya Tbk dan MAN energy Solutions SE.
Direktur Jenderal Ketenegalistrikan Rida Mulyana mengatakan, keberadaan PLTMG Sumbawa, PLTMG Bima, PLTMG Maumere, PLTMH Sita-Borong, dan PLTS Maumere-Ropa-Ende, plus infrastrukutr kelistrikan lainnya, menciptakan penghematan Rp 18,1 miliar per bulan. Penghematan terkait antara lain dengan berkurangnya penggunaan BBM.
Menurut dia, ada sekitar 286 ribu KK yang teraliri berkat 16 infrasruktur kelistrikan tersebut. "Hal ini mendorong peningkatan rasio elektrifikasi," ungkapnya.
PLTMG Sumbawa merupakan bagian dari program 35.000 Megawatt.
Di NTB, hingga Juni 2019, rasio elektrifikasi mencapai 97,3 persen. Pengoperasian infrastruktur kelistrikan baru dapat meningkatkan rasio elektrifikasi mencapai 99 persen pada akhir tahun 2019. Selain itu, diharapkan bermunculan bisnis dan industri di Pulau Sumbawa. Adapun di NTT, hingga Juni 2019, rasio elektrifikasi ialah72,52 persen.
Peresmian dihadiri pula oleh Pelaksana Tugas Direktur Utama Pt PLN Djoko R Abumanan, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, dan Bupati Sumbawa Husni Jibril.