Pertemuan bersama semua ketua umum parpol anggota koalisi Jokowi-Amin dan juga dengan Jokowi diperlukan guna meredakan riak di internal koalisi.
JAKARTA, KOMPAS Langkah politik Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh pada minggu ini, memberikan sinyal adanya riak di internal koalisi partai politik pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Guna mengatasi situasi yang berpotensi menyulitkan posisi politik Jokowi itu, parpol lain anggota koalisi Jokowi-Amin mendorong segera ada pertemuan bersama dengan Megawati guna menyolidkan koalisi.
Dinamika di internal parpol anggota koalisi Jokowi-Amin, khususnya antara Megawati dan Surya Paloh, sempat disinggung Ketua DPR Bambang Soesatyo yang berasal dari Fraksi Partai Golkar, saat Rapat Paripurna Penutupan Masa Persidangan V Tahun Sidang 2018-2019, Kamis (25/7/2019), di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Saat itu, dalam pidatonya, Bambang membacakan pantun yang berbunyi, ”Walau antara Teuku Umar dan Gondangdia tak sepanjang Anyer dan Jakarta. Walau ada dua pertemuan berbeda, semoga tak memisahkan para pemimpin kita.”
Gondangdia adalah lokasi Kantor DPP Partai Nasdem. Pada 22 Juli lalu, di tempat itu, Surya Paloh menerima kunjungan tiga ketua umum parpol anggota koalisi Jokowi-Amin lainnya, yaitu Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Seusai pertemuan, yang tidak dihadiri wakil dari PDI-P tersebut, dinyatakan bahwa parpol anggota koalisi Jokowi-Amin tak perlu ditambah.
Sementara Teuku Umar adalah nama jalan tempat rumah Megawati. Di tempat itu, pada 24 Juli lalu, Megawati menerima kunjungan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dalam pertemuan tersebut, Megawati memberikan sinyal untuk menjalin kerja sama dengan Prabowo dan Partai Gerindra, yang ketika Pemilu 2019 ada di posisi politik berbeda dengan PDI-P dan parpol lain anggota koalisi Jokowi-Amin.
Pada hari yang sama dengan pertemuan Megawati-Prabowo, Surya Paloh menerima Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Kantor DPP Partai Nasdem. Seusai pertemuan, Surya Paloh memberikan sinyal mendukung langkah politik Anies selanjutnya.
Dinamis
Terkait adanya dinamika di koalisi Jokowi-Amin, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin, Moeldoko, mengingatkan bahwa politik sangat dinamis. Karena itu, harapan, misalnya, agar parpol anggota koalisi Jokowi-Amin tidak berubah, adalah terlalu awal.
Meski demikian, Moeldoko meyakini, soliditas parpol anggota koalisi Jokowi-Amin tetap terjaga. ”Sampai saat ini, kita masih meyakini penuh bahwa koalisi yang terbangun cukup baik, bahkan koalisi itu bisa plus-plus,” tuturnya, menganalogikan kemungkinan adanya penambahan anggota koalisi Jokowi-Amin.
Wakil Sekretaris Jenderal PKB Jazilul Fawaid mengatakan, untuk menyolidkan barisan dan membantah spekulasi yang muncul, lima ketua umum parpol anggota koalisi Jokowi-Amin perlu segera bertemu guna membicarakan masa depan koalisi.
Pertemuan ketua umum empat parpol seperti pada 22 Juli di DPP Partai Nasdem, menurut Jazilul, tidak cukup karena belum melibatkan PDI-P. Ia berharap, Megawati selaku ketua umum partai utama pengusung pemerintahan dapat bertemu dengan parpol lain anggota koalisi.
”Seharusnya dalam waktu dekat ada pertemuan bersama supaya publik melihat koalisi masih sehat dan tidak usah banyak spekulasi bahwa koalisi terbelah,” kata Jazilul.
Harapan senada disampaikan Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani. Tidak hanya dengan Megawati, ia berharap, pertemuan bersama dengan Jokowi selaku pemimpin koalisi juga dapat segera digelar untuk menyamakan pandangan. ”Aturan main di internal koalisi perlu diperbaiki dulu,” tuturnya.
Sementara itu, Partai Nasdem dan PDI-P membantah hubungan di koalisi merenggang. Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga menuturkan, pertemuan yang dilakukan Megawati dan Surya Paloh secara terpisah adalah perihal memanfaatkan momentum politik yang dinamis. ”Tidak perlu menduga sesuatu terlalu jauh. Momentum dalam politik itu tidak bisa dibuat-buat, termasuk momen pertemuan dengan Pak Prabowo. Jangan juga kita melihat karena ada satu pertemuan dan tidak ada PDI-P di situ, kemudian berpikir ada hal lain. Padahal, tidak sama sekali,” ujarnya.
Ia pun mengatakan, akan ada waktu yang tepat untuk mempertemukan Megawati dengan semua ketua umum partai koalisi, termasuk Surya Paloh.
Frekuensi antara PDI-P, Nasdem, dan parpol lain anggota koalisi Jokowi-Amin, menurut Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate, sudah sama. ”Kalaupun mau menambah (Gerindra), kami tidak persoalkan, kami serahkan kepada Pak Jokowi untuk mengambil keputusan. Kami memberikan saran dengan segala pertimbangan yang ada,” tuturnya.
Posisi politik
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, melihat, dinamika politik di antara parpol anggota koalisi Jokowi-Amin bisa menyulitkan posisi politik Jokowi. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, koalisi bisa terbagi ke dalam dua kelompok jika Gerindra memutuskan bergabung.
Kelompok pertama adalah PDI-P dengan Gerindra. Kelompok lainnya terdiri dari Partai Golkar, PKB, Nasdem, dan PPP. Pengelompokan ulang itu bisa mengganggu efektivitas pemerintahan baru Jokowi.
Jokowi tidak bisa terlalu lama membiarkan parpol anggota koalisinya saling bermanuver. ”Jokowi harus menetapkan kabinet seperti apa yang ingin dia bentuk dan memutuskan apakah Gerindra akan masuk ke koalisi atau tidak,” ujar Arya.
Pengambilan keputusan itu, lanjut Arya, tidak bisa ditunda-tunda. Semakin lama keputusan diambil, dinamika di koalisi dapat semakin keras dan liar sehingga sulit dikendalikan. ”Jokowi memiliki kapasitas penuh untuk mengendalikan koalisi dan kabinet,” kata Arya.
(INA/JOL/INK/NIA/AGE)