Yang Muda, Bersemangat, dan Berbudaya
Perhelatan Kemah Budaya Kaum Muda di pelataran Candi Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 21-25 Juli 2019 menetapkan 12 kelompok kaum muda dengan gagasan-gagasan terbaik sebagai juara. Namun lebih dari itu, seluruh peserta berkomitmen menyepakati 10 butir seruan aksi untuk memajukan kebudayaan.
Seruan aksi atau deklarasi itu disampaikan 561 peserta Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2019 dengan penuh semangat di malam terakhir kemah, Rabu (24/7/2019). Kesepuluh butir seruan aksi itu meliputi:
Satu, mewujudkan atau mengimplementasikan inisiatif kaum muda dalam KBKM 2019 dan terus menyelenggarakan kemah budaya kaum muda berbasis STEAM (sains, teknologi, rekayasa, seni, dan matematika) tahunan di cagar budaya dan kawasan budaya yang dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat daerah sampai nasional.
Dua, memperbanyak program residensi budaya kaum muda lintas daerah dan lintas disiplin berbasis kolaborasi kreatif. Tiga, membentuk mekanisme hibah untuk kaum muda yang memajukan kebudayaan.
Empat, mewujudkan program pelibatan kaum muda di bidang inventarisasi dan pengkajian kebudayaan. Lima, memublikasikan obyek pemajuan kebudayaan dengan metode kekinian dan digerakkan oleh kaum muda.
Enam, menghidupkan jejaring kaum muda Nusantara sebagai garda depan upaya pemajuan kebudayaan. Tujuh, menjadikan ruang publik sebagai ruang ekspresi kaum muda guna mendorong keberagaman.
Delapan, mendukung pemanfaatan kebudayaan melalui aplikasi daring yang berdampak luas. Sembilan, membentuk platform kerjasama ekonomi budaya kaum muda lintas disiplin yang berkelanjutan dan mendorong kemandirian. Sepuluh, merombak tata kelola kebudayaan untuk meningkatkan peran aktif kaum muda dalam kerja kebudayaan di daerah.
Dengan seruan-seruan tersebut, anak-anak muda pilihan dari 28 provinsi se-Indonesia itu sepakat untuk memajukan kebudayaan. “Kami siap bekerja dan mengawal realisasi seruan tersebut sehingga dari tangan kita semua akan tercipta ‘Prambanan-Prambanan’ baru sebagai pondasi bagi Indonesia bahagia,” ujar ratusan peserta KBKM 2019 di Plataran Siwa, Bumi Perkemahan Prambanan.
Kami siap bekerja dan mengawal realisasi seruan tersebut sehingga dari tangan kita semua akan tercipta ‘Prambanan-Prambanan’ baru sebagai pondasi bagi Indonesia bahagia
Setelah momen bersejarah Sumpah Pemuda 1928 melandasi pergerakan awal bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, totalitas perjuangan kaum muda mengawal perjalanan bangsa menguat kembali pada masa reformasi. Namun, setelah itu gerakan masif kaum muda secara nasional belum tampak mengemuka kembali.
Diharapkan, KBKM 2019 bisa menjadi awal yang baik bagi kaum muda untuk saling mengenal, memahami, dan kemudian bergerak bersama. Mereka sama-sama memiliki modal besar, yakni kebudayaan yang sangat kaya dan beragam dari berbagai daerah.
“Saya terkesan dengan deklarasi yang dihasilkan, terutama dalam membangun ‘Prambanan-Prambanan’ baru. Pertanyaannya, sekarang bagaimana kita mewujudkan mimpi yang besar itu. Untuk mewujudkan mimpi diperlukan imajinasi. Candi Prambanan di belakang kita ini tak akan berdiri tanpa imajinasi, di zaman yang bahkan belum mengenal teknik arsitektur. Bukan kebetulan kalau kita selenggarakan kemah budaya di tempat terbuka karena langit adalah batas imajinasi,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid di hadapan peserta KBKM 2019.
Diuji di Pekan Kebudayaan Nasional
Selama proses KBKM 2019, tim juri telah memilih 12 kelompok terbaik yang tersaring dari empat kategori meliputi: Purwarupa Aplikasi (46 kelompok), Purwarupa Fisik (31 kelompok), Aktivasi Kajian (25 kelompok), dan Aktivasi Kegiatan (31 kelompok). Mereka terpilih dari total 561 peserta yang terbagi dalam 132 kelompok.
Dewan juri kategori Purwarupa Aplikasi yaitu Dani Firmansyah, Mario Nurcahyanto, dan Nazim Machresa memilih tiga kelompok terbaik, meliputi Warawaraproject (nilai 258), Permata (nilai 253), dan Ken Arok (nilai 252). Adapun, pada kategori Purwarupa Fisik, Dewan juri Yurry Razy, Adrian Adioetomo, dan Henny Dwi Vidiarina menetapkan tiga kelompok sebagai juara, yakni Kosikopat (nilai 282), Lasinrang Youth (nilai 280,5), dan Storia Karacitra (nilai 280).
Pada kategori Aktivasi Kajian, dewan juri yang terdiri dari Afrizal Malna, Novi Anoegra Jekti, dan Dian Herdiany memilih tiga kelompok sebagai juara, yaitu Soengai Kita (nilai 271), Kata Kerja (nilai 258), dan Sitasimattaoi (nilai 253). Sementara itu, pada kategori Aktivasi Kegiatan, dewan juri Sutanto, Nungki Kusumastuti, dan Hafiz Rancajale memilih tiga kelompok sebagai juara, yaitu Sanggar Rojolele (nilai 272), Tinung Rimbu (269), dan Garudeya (nilai 264).
Kelompok-kelompok yang terpilih sebagai juara memiliki gagasan-gagasan yang unik. Kelompok Sitasimattaoi dari Mentawai, Sumatera Barat misalnya, mereka melakukan kajian tentang revitalisasi motif titi (tato) khas Mentawai yang sekarang semakin hilang.
“Banyak anak-anak muda Mentawai yang sekarang tak berani menggambar tato di tubuh mereka karena khawatir tak bisa diterima kerja. Kebijakan dan aturan tentang penerimaan kerja semestinya disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat setempat,” kata Heronimus Eko Pitalias Zebua, salah satu anggota Sitasimattaoi.
Sebanyak 12 kelompok pemenang akan diminta Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk tampil di Pekan Kebudayaan Nasional pada Oktober mendatang. Dengan gagasan yang mereka susun saat KBKM, mereka diharapkan bisa mewujudkan inovasi pemajuan kebudayaan yang konkret dan aplikatif. Di sinilah, ide-ide inovasi mereka akan diuji apakah bisa diwujudkan atau tidak.
Sebanyak 12 kelompok pemenang akan diminta Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk tampil di Pekan Kebudayaan Nasional pada Oktober mendatang
Ke depan, kegiatan seperti KBKM akan diselenggarakan di setiap daerah. Tentu, berhasil atau tidaknya rencana ini tergantung pada kesiapan masing-masing daerah dalam mengawal dan memperjuangkannya.
Perwakilan Dewan juri, Nazim Machresa menambahkan, seluruh gagasan yang lahir dari KBKM 2019 diharapkan bisa memberikan solusi atas tantangan-tantangan pemajuan kebudayaan. Tentunya, ide-ide dan gagasan tersebut mesti berkelanjutan dalam menjawab tantangan yang ada. Oleh karena itu, strategi serta garis besar pengembangannya mesti jelas.
Munculnya inovasi-inovasi pemajuan kebudayaan tidak akan terwujud jika hasil-hasil KBKM ini tidak dikawal ke depan. Ide menggalang kekuatan generasi muda menjadi langkah awal yang positif untuk menggerakkan semua elemen masyarakat dalam mendudukkan kembali peran kebudayaan dalam pembangunan bangsa. Inilah saatnya yang muda, bersemangat, dan berbudaya tampil ke depan.