JAKARTA, KOMPAS – Pelari putri remaja Erna Nuryanti (17) terus menunjukkan grafik menjanjikan. Sejak masuk pelatnas awal tahun ini, catatan waktu pelari spesialis jarak 100 meter itu semakin tajam. Kehadirannya memberikan harapan untuk sektor lari putri agar kelak bisa mengimbangi prestasi putra yang semakin membaik karena keberadaan pelari potensial Lalu Muhammad Zohri (19).
Erna kembali menunjukkan grafik positifnya kala berlaga dalam ASEAN School Games 2019 di Semarang, Jawa Tengah, 17-25 Juli. Pada final 100 meter putri, pelari asal Jawa Barat itu, mampu meraih emas dengan catatan waktu 12,03 detik.
Hasil tersebut melanjutkan tren positif menyusul pencapaiannya dalam sejumlah kejuaraan sebelumnya. Dalam Kejuaraan Asia Tenggara Atletik Remaja 2019 di Filipina, Maret, ia meraih emas 100 meter putri dengan waktu 12,08 detik. Pada Kejuaraan Asia Atletik Remaja 2019 di Hong Kong, Maret, ia meraih perunggu 100 meter putri dengan waktu 12,08 detik.
Artinya, Erna bisa mempertajam catatan waktunya hingga 0,05 detik dalam empat bulan terakhir. Hasil itu cukup baik untuk atlet yang baru bergabung ke pelatnas pada awal 2019 ini. Bahkan, catatan waktu Erna sekarang hanya terpaut 0,14 detik dari pelari putri terbaik Indonesia pada SEA Games 2017 Malaysia, yakni Tyas Murtiningsih dengan waktu 11,89 detik.
”Erna punya potensi bagus untuk menjadi andalan Indonesia ke depan. Kami akan berusaha terus menjaga potensinya,” ujar pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini di sela latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Pelatnas atletik Indonesia menurunkan empat pelari putri jarak pendek pada ASEAN School Games 2019. Selain Erna, PB PASI menurunkan Diva Aprilian, Daniela Elim Apeilina, dan Raden Roselin Fikananda. Diva turut menyumbang medali, yakni perak di nomor 200 meter dengan waktu 25,33 detik. Tim estafet 4x100 meter putri menyumbang emas dengan waktu 46,83 detik.
Di sektor putra, PB PASI menurunkan dua pelari, yakni Adith Rico Pradana dan Riyan Adi Saputra. Adith Rico menyumbang emas nomor 100 meter dengan waktu 10,73 detik. Dengan dukungan atlet daerah, Adith dan Riyan turut menyumbang emas estafet 4x100 meter dengan waktu 41,13 detik.
Eni mengatakan, selain Erna, catatan waktu para atlet lain cenderung naik-turun. Catatan waktu Diva justru turun. Rekor terbaiknya di 200 meter adalah 25,30 detik ketika tampil di final 200 meter Kejuaraan Asia Atletik Remaja 2019.
Demikian catatan waktu tim estafet putri. Mereka juga mengalami penurunan di mana rekor terbaik tim itu adalah 46,60 detik ketika meraih emas pada Kejuaraan Asia Tenggara Atletik Remaja 2019.
Adith Rico juga turun. Catatan waktu terbaiknya 10,5 detik ketika meraih emas di Kejuaraan Atletik Antar PPLP 2019 di Bangka. ”Kendala atlet muda itu biasanya tidak bisa menjaga konsistensi. Ini yang perlu dibenahi,” kata Eni.
Ultimatum
Grafik kurang baik ditunjukkan oleh atlet remaja di nomor lain, antara lain Liza Putri Ramandha (17) di nomor 100 meter gawang putri dan Ahmad Ambali Sukur (17) di nomor lompat jauh putra. Liza mendapatkan perunggu dengan waktu 14,58 detik, sedangkan Sukur mendapatkan emas dengan lompatan 7,38 meter.
Hasil yang dicapai Liza maupun Sukur jauh di bawah rekor terbaiknya. Catatan waktu terbaik Liza adalah 14,34 detik ketika meraih emas di Kejuaraan Atletik Antar PPLP 2018 di Gorontalo. Adapun rekor terbaik Sukur adalah 7,65 meter ketika meraih emas di ASEAN School Games 2018 di Malaysia yang sekaligus memecahkan rekor nasional remaja.
Pelatih lari gawang PB PASI Fitri ”Ongky” Haryadi menuturkan, hasil yang dicapai Liza sangat buruk. Sebab, pasca ASEAN School Games 2019, ia sudah mulai tampil di kategori yunior. Artinya, ketinggian gawangnya akan meningkat dari 76 sentimeter di level remaja menjadi 84 cm di level yunior maupun senior.
Seharusnya, Liza sudah bisa berlari di bawah 14 detik di level remaja. Agar, ketika tampil di level yunior, dia tidak kesulitan mencapai waktu di bawah 15 detik.
Kalau melihat kondisinya sekarang, Liza diprediksi kesulitan mencapai waktu di bawah 15 detik di level yunior. Grafiknya sangat timpang dibanding capaian Emilia Nova di level yunior. Beberapa tahun lalu, Emilia sudah bisa berlari 13,69 detik di level yunior yang merupakan rekor nasional yunior saat ini.
Untuk itu, Ongky memberi ultimatum kepada Liza agar dia membuktikan bisa lari minimal 15,00 detik di Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Bogor, 1-7 Agustus. Kalau dia tidak bisa mencapai itu, pelatih akan memberi SP1.
”Dia akan saya evaluasi dalam tiga kejuaraan ke depan, termasuk di Kejurnas nanti. Kalau waktunya tidak membaik, terpaksa dia saya coret. Saya harap ini bukan jadi beban melainkan jadi motivasi atlet untuk menjadi lebih baik,” tutur Ongky.