Inovasi menjadi kunci eksistensi menyesuaikan diri dengan tantangan dan perkembangan zaman. Bukan hal mudah, terlebih bagi industri yang sudah berusia tua dengan praktek bisnis konvensional. PT Pegadaian membuktikan dengan berani berinvestasi dan berkomitmen agar dapat melintas zaman.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Inovasi menjadi kunci eksistensi menyesuaikan diri dengan tantangan dan perkembangan zaman. Bukan hal mudah, terlebih bagi industri yang sudah berusia tua dengan praktek bisnis konvensional. PT Pegadaian membuktikan dengan berani berinvestasi dan berkomitmen agar dapat melintas zaman.
PT Pegadaian, yang telah berusia 118 tahun, menjadi salah satu contoh industri dengan bisnis konvensional yang responsif terhadap zaman. Dari bisnis utama gadai, mereka merambah ke bisnis lain seperti hotel, ekonomi digital, hingga kafe.
Direktur Utama PT Pegadaian Kuswiyoto mengungkapkan, dengan segala inovasi dalam layanan gadai, pihaknya masih tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. Empat tahun terakhir, jumlah nasabah PT Pegadaian terus tumbuh konsisten.
Pada 2015, jumlah nasabah mencapai 7,6 juta orang. Namun, pada Juni 2019, jumlahnya meningkat signifikan menjadi 12,1 juta orang. Bahkan, capaian tersebut melebihi target awal yang hanya mematok 12 juta orang nasabah sepanjang 2019.
Dengan segala inovasi dalam layanan gadai, PT Pegadaian masih tetap mendapat kepercayaan masyarakat. Empat tahun terakhir, jumlah nasabah PT Pegadaian terus tumbuh konsisten.
Kontribusi terhadap pendapatan negara yang diberikan perusahaan juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2018, perusahaan tersebut dapat menyumbangkan pendapatan negara sebesar Rp 2,8 triliun. Jika dirinci, sebesar Rp 1,38 triliun berupa dividen dan Rp 1,44 triliun merupakan pajak.
"Capaian-capaian itu patut disyukuri. Hasil tersebut menunjukkan perusahaan ini masih berpengaruh dan produk kami memang diterima masyarakat,” tuturnya, di sela-sela diskusi media yang digelar PT Pegadaian, di Hotel Pesonna Tugu, Yogyakarta, Jumat (26/7/2019).
Kuswiyoto mengungkapkan, itu semua bisa dicapai dengan menanamkan semangat untuk selalu mau berinovasi. Perusahaan harus mampu membaca dan menyesuaikan perubahan zaman. Terlebih, dalam era disrupsi saat perubahan terjadi begitu cepat dan menyeluruh. Diakuinya, tak mudah bagi perusahaan yang berusia tua mengikuti cepatnya perkembangan itu.
Terkait pengembangan layanan, Direktur Pengembangan Produk dan Pemasaran PT Pegadaian Harianto Widodo menyatakan, salah satu upaya yang dilakukan adalah digitalisasi layanan melalui aplikasi “Pegadaian Digital”. Dari layanan itu, fitur yang diakses berupa booking gadai daring, info harga jual beli emas, simulasi transaksi, pembayaran transaksi Pegadaian, dan lain sebagainya.
“Perilaku masyarakat berubah. Ini menjadi tantangan. Tentu penggunaan teknologi ini merespons munculnya bisnis baru di era industri 4.0. Kami lihat tekfin dengan berbagai bentuknya. Ini menjadi tantangan bagi kami,” kata Harianto.
Harianto menjelaskan, dalam perkembangannya, PT Pegadaian juga tidak berfokus dalam jasa gadai. Terdapat tabungan emas yang mulai dilirik antusias oleh masyarakat. Sebab, emas menjadi barang yang nilai ekonominya relatif stabil. Ini sekaligus mengajarkan masyarakat tentang investasi.
Selain itu, lanjut Harianto, pengembangan juga dilakukan dengan mencari talenta-talenta muda melek digital. Peluang bagi anak muda dibuka seluas-luasnya. Terdapat kantor yang direformasi menjadi menyenangkan untuk bekerja bagi anak muda.
“Ini dilakukan agar kami memiliki produk yang lebih beragam. Kesenjangan teknologi dari sumber daya manusia bisa ditangani,” kata dia.
Peluang bagi anak muda dibuka seluas-luasnya. Terdapat kantor yang direformasi menjadi menyenangkan untuk bekerja bagi anak muda.
PT Pegadaian juga telah mengembangkan sayap bisnis properti berupa jasa perhotelan. Di beberapa kota, Pegadaian mengembangkan hotel dengan nama Pesonna Hotel.
Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian Teguh Wahyono menyatakan, ada sasaran pasar lain yang perlu digarap perusahaan tersebut, yakni segmen milennial. Perusahaan tak bisa terus menerus menyasar nasabah dari kelompok umur lain, mengingat generasi milenial yang akan menjadi penentu masa depan.
Salah satu langkah untuk merangkul kaum milenial, dengan mengembangkan Gade Coffee and Gold, sebuah kafe yang didirikan persis di sebelah kantor-kantor PT Pegadaian. Citra perusahaan yang dekat dengan nasabah berusia tua ingin diubah. Harapannya, kafe itu bisa menarik minat anak muda untuk setidaknya datang dulu ke pegadaian.
“Layanan berupa kemudahan teknologi menjadi tambahan yang nanti bisa menambah minat anak-anak muda menggunakan produk kami,” kata Teguh.
Kuswiyoto tak memungkiri, sebagian besar nasabah PT Pegadaian berusia 35 tahun ke atas. Kebanyakan memang masih belum melek teknologi. Kondisi itu membuat digitalisasi dilakukan bertahap meski tetap menyediakan layanan offline. “Ini untuk menjangkau semua kalangan,” katanya.