Gotong Royong Seni Rupa Ala Yogya
Di Yogyakarta, para seniman mempunyai tradisi unik. Mereka saling mengisi pameran yang diselenggarakan sesama seniman. Seniman Samuel Indratma menyebut ini sebagai kongsi galeri.
Akhir bulan ini, Yogyakarta banjir pameran seni rupa. Beberapa galeri menggelar acara dalam waktu bersamaan dengan jenis karya yang sama.
Hari Senin (22/7/2019), di Plataran Djokopekik, Bantul dibuka pameran “Krama Bingah”, sebuah pameran seni rupa memperingati hari ulang tahun pernikahan ke-50 maestro Djoko Pekik dengan Tini Purwaningsih. Pameran yang berlangsung hingga 21 Agustus nanti ini diisi sejumlah karya seni dari para perupa teman dekat Djoko Pekik.
Hanya selang dua hari, Rabu (24/7/2019), di Bantul juga, tepatnya di Sangkring Art Space juga digelar pameran seni rupa Yogya Annual Art #4 dengan tajuk “Incumbent”. Pameran berlangsung hingga 24 November mendatang.
Sedikit bergeser ke utara, ke arah Gunung Merapi, pada hari yang sama di Bentara Budaya Yogyakarta beberapa seniman yang tergabung dalam kelompok Oerip menyelenggarakan pameran seni rupa dengan tema “Oeroep”. Pameran berlangsung hingga 30 Juli mendatang.
Semua perhelatan seni ini digelar dengan semangat gotong-royong. Satu seniman dengan seniman lainnya tak segan turut serta memeriahkan pameran dengan menyuguhkan karya-karyanya di berbagai galeri tersebut. Inilah keunikan kekerabatan antar seniman di Yogyakarta.
Satu seniman dengan seniman lainnya tak segan turut serta memeriahkan pameran dengan menyuguhkan karya-karyanya di berbagai galeri tersebut
Karena itulah mengapa seniman Samuel Indratma menyebut peristiwa ini sebagai kongsi galeri ala Yogyakarta. “Kalo ada sister city antar negara maka di kota Yogya ada sister gallery. Walaupun tidak tertulis dengan resmi, namun praktiknya sudah diamalkan,” ucapnya.
Antara Sangkring Art Space dengan Plataran Djokopekik memang sering lempar program. Apabila Sangkring membuat perhelatan Yogya Annual Art, maka Djoko Pekik akan diundang sebagai peserta dengan penuh hormat. Demikian pula, apabila Plataran Djokopekik membuat perhelatan Seninjong (acara rutin di Plataran Djokopekik) maka sesama maestro, yaitu pemilik galeri Sangkring Art Space, Putu Sutawijaya, akan mendapatkan kehormatan yang sama.
“Demikianlah, dua lembaga seni dan dua usia yang berbeda saling mendukung satu dengan yang lainnya pada ‘Hari Raya Seni Rupa Yogya’ ini,” tambahnya.
Di Sangkring Art Space, Samuel turut menyumbang satu lukisan besar berjudul “Pemimpin dan Wakilnya”, sementara itu di Plataran Djokopekik ia juga memajang beberapa lukisan. Hal serupa dilakukan Bambang Heras di dua galeri itu.
Perupa Jakarta, Ipong Purnama Sidhi, bahkan turut datang ke Yogyakarta memeriahkan dua pameran seni rupa sekaligus, yaitu Yogya Annual Art #4 di Sangkring Art Space serta pameran “Oeroep” di Bentara Budaya Yogyakarta. Demikianlah, “Hari Raya Seni Rupa” dirayakan secara bersama-sama tanpa harus saling bersaing satu sama lain.
Pesan lugas dan kuat
Selain semangat kegotongroyongannya yang membanggakan, para perupa Yogyakarta juga memiliki kejelian tingkat “dewa” dalam menyentil permasalahan-permasalahan sosial politik pasca pemilihan presiden. Yuswantoro Adi dengan lukisannya berjudul “Inilah Jago Yang Sesungguhnya” memberikan sindiran kuat bahwa tak ada satupun partai politik yang menjadi pemenang dalam kontestasi politik selama ini. Ia menyebut jago yang sesungguhnya justru seekor ayam jago berjengger merah yang begitu gagah berdiri di hadapan lambang-lambang parpol “jago palsu” di belakangnya.
Para perupa Yogyakarta juga memiliki kejelian tingkat “dewa” dalam menyentil permasalahan-permasalahan sosial politik pasca pemilihan presiden
Tamparan keras juga ditonjokkan Alit Ambara dalam karya digital print on canvas miliknya. Karya berjudul “Not So Ordinary Extraordinary Tales ON 24” ini berisi 24 gambar bertema politik yang memuat gambar-gambar dengan pesan-pesan yang lugas dan kuat.
Sebagai contoh, sebuah gambar bergambar simbol negara tertentu di bawahnya dibubuhi tulisan “I Could Buy And Sell You”. Ada pula gambar simbol politisi dengan tulisan It’s The Politics, Stupid, sebuah kata-kata yang sederhana tetapi pedas.
Total ada 100 perupa dengan lebih dari 100 karya turut memeriahkan Yogya Annual Art #4 di Sangkring Art Space. Pameran tahunan ini sengaja digelar secara akbar mulai di halaman luar Sangkring Art Space, lorong Sangkring, galeri dalam Sangkring Art Space, hingga Bale Banjar Sangkring. Seperti pameran-pameran lainnya, pameran ini digelar dengan semangat gotong royong seni rupa ala Yogya, sebuah praktik berkesenian yang tetap mengangkat kearifan lokal.