LONDON, JUMAT— Pertarungan yang dihadapi oleh Perdana Menteri Inggris yang baru, Boris Johnson, tidak akan lebih mudah dibandingkan dengan yang dihadapi oleh pendahulunya, Theresa May. Bahkan, sikapnya yang condong memilih hard Brexit, berpisah tanpa kesepakatan, membuat langkahnya kian sulit.
Merujuk pada pidato Johnson di depan parlemen Inggris Kamis lalu bahwa ia tidak ingin mempertahankan backstop pasca-Brexit, dinilai Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney, sebagai sikap yang ”sangat tidak membantu”.
”Pernyataan Perdana Menteri Inggris kemarin di House of Commons sangat tidak membantu proses ini,” kata Coveney, Jumat (26/7/2019), kepada wartawan di Belfast. ”Dia tampaknya telah membuat keputusan yang disengaja untuk mengatur Inggris pada jalur tabrakan dengan Uni Eropa dan dengan Irlandia sehubungan dengan negosiasi Brexit. Saya pikir hanya dia yang bisa menjawab pertanyaan mengapa dia melakukan itu,” kata Coveney.
Backstop merujuk pada penjagaan di perbatasan Irlandia Utara yang menjadi wilayah Inggris dan Republik Irlandia yang merupakan anggota UE. Komitmen Inggris dan UE yang telah disepakati adalah aliran komoditas dari kedua wilayah itu berlangsung secara bebas.
Sikap Coveney senada dengan Kepala Negosiator Brexit UE, Michel Barnier, yang juga menilai tuntutan Johnson itu tidak dapat diterima. Bahkan, isi pidato Johnson, menurut dia, agresif.
”Perdana Menteri Johnson telah menyatakan, jika suatu kesepakatan ingin dicapai, itu dapat dilakukan dengan cara menghilangkan backstop. Hal ini tentu tidak dapat diterima dan tidak dalam mandat Dewan Eropa,” kata Barnier.
Cemas
Di sisi lain, kecemasan terhadap hard Brexit makin menghantui dunia usaha. Ketua Asosiasi Produsen dan Pedagang Motor Mike Hawes telah mengirim surat kepada Johnson terkait hal itu.
”Kami sangat terintegrasi dengan Eropa dan Brexit tanpa kesepakatan akan menghasilkan biaya tarif besar dan gangguan yang akan mengancam produksi, serta semakin merusak kepercayaan investor internasional di Inggris,” kata Hawes dalam surat itu. ”Brexit tanpa kesepakatan menghadirkan ancaman eksistensial bagi industri kami,” katanya.
Beberapa perusahaan mobil besar pun telah memperingatkan tentang pukulan yang akan mereka hadapi, terutama terkait tarif dan birokrasi.
Nilai mata uang poundsterling, Jumat, dikabarkan melemah 0,4 persen terhadap dollar AS menjadi 1,2406 dollar AS per pound. Sebelumnya, pound mencatatkan nilai 1,2522 dollar AS per pound. Pelemahan itu disebutkan karena terbebani oleh pernyataan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker yang mengatakan kepada PM Johnson bahwa kesepakatan yang disetujui oleh May adalah yang terbaik dan satu-satunya perjanjian Brexit.
Juncker mengatakan kepada Johnson, Kamis lalu, bahwa Uni Eropa akan menganalisis ide- ide yang diajukan oleh Inggris asalkan mereka sesuai dengan perjanjian penarikan.
”Presiden Juncker mendengarkan apa yang dikatakan Perdana Menteri Johnson. Namun, ia menegaskan kembali posisi UE bahwa perjanjian penarikan adalah yang terbaik dan satu-satunya perjanjian yang masuk akal sesuai dengan pedoman Dewan Eropa,” kata juru bicara Juncker, Mina Andreeva.