GWANGJU, SABTU – Perenang putri Amerika Serikat Katie Ledecky datang ke Kejuaraan Dunia Renang 2019 di Gwangju, Korea Selatan sebagai favorit juara. Koleksi lima medali emas Olimpiade dan 14 medali emas kejuaran dunia, semuanya dari nomor gaya bebas jarak menengah dan jauh yang menjadi spesialisasinya, membuat perenang yang baru berusia 22 tahun ini dijagokan untuk menambah pundi-pundi emasnya.
Namun, Ledecky harus menunggu sampai final nomor terakhir yang diikutinya, yakni 800 meter gaya bebas pada Santu (27/7/2019), untuk memastikan medali emas. Ledecky menderita sakit setelah final gaya bebas 400 m pada hari pertama, membuatnya harus absen pada babak penyisihan nomor gaya bebas 200 m dan final nomor 1.500 m.
Berlomba di final 800 m, pemegang rekor dunia ini memimpin selama tujuh lap, sebelum lomba dikuasai perenang Italia Simona Quadarella untuk delapan lap berikutnya. Pada 50 meter terakhir, Ledecky melejit ke depan dan menyelesaikan lomba dengan waktu 8 menit, 13,58 detik. Quadarella, yang tanpa kehadiran Ledecky merebut medali emas 1.500 m, harus puas dengan medali perak dengan catatan waktu 8:14.99.
Perenang muda Australia, Ariarne Titmus, meraih medali perunggu dengan waktu 8:15.70. Titmus adalah perenang yang mengalahkan Ledecky dan merebut emas nomor 400 m.
Sukses juga diraih perenang putra AS Caeleb Dressel, yang memborong medali emas 50 m dan 100 m gaya kupu-kupu. Dengan tambahan dua emas ini, Dressel telah merebut lima emas di Gwangju. Dua tahun lalu di Budapest, Dressel menyamai rekor perenang legendaris AS Michael Phelps yang dengan meraih tujuh medali pada satu kejuaraan dunia.
Dressel meraih medali emas 50 m kupu-kupu dengan waktu 21,04 detik, di depan Bruno Fratus (Brasil) dan Kristian Gkolomeev (Yunani) yang meraih perak dan perunggu. Sekitar 35 menit kemudian, Dressel kembali ke kolam dan memenangi nomor 100 dengan waktu 49,66 detik.
Kejutan
Perenang remaja Italia berusia 14 tahun, Benedetta Pilato, membuat kejutan dengan mengalahkan pemegang rekor dunia dan juara bertahan Lilly King (Amerika Serikat) pada nomor 50 m gaya dada putri. Pilato menjadi satu-satunya perenang yang mengukir waktu di bawah 30 detik pada babak penyisihan nomor tersebut.
Pilato mencatat waktu 29,98 detik, lebih cepat dari King yang menempati peringkat kedua perenang tercepat dengan waktu 30,18 detik. Waktu terbaik Pilato sebelumnya adalah 30,13 detik, yang dicapainya saat mengikuti kejuaraan Sette Colli Trophy, di Roma, Italia, 22 Juni 2019. Catatan itu membuatnya mempertajam rekor nasional Italia 30,30 detik yang dipegang oleh Arianna Castiglioni.
Setelah itu, Pilato merebut emas nomor 50 m gaya dada putri di Kejuaraan Yunior Eropa 2019 dengan waktu 30,16 detik. Tiga pekan setelah penampilannya di kejuaraan itu, Pilato menjadi perenang tercepat nomor delapan di dunia dengan catatan waktu yang diukirnya di Gwangju. Rekor dunia pada nomor 50 m gaya dada putri masih dipegang King sejak 2017 dengan waktu 29,40 detik.
Di Gwangju, Pilato bersaing dengan perenang top dunia. Selain King, dia juga berlomba dengan Yulia Efimova, perenang putri tercepat ketiga dunia; serta Alia Atkinson (Jamaika), perenang putri tercepat keenam dunia.
Pelatih Pilato, Vito D\'Onghia, yang menyaksikan jalannya perlombaan terlihat tegang. “Saya tegang karena tidak bisa melihat dia dari dekat. Tetapi, selebihnya saya tenang karena tahu Benny – panggilan Benedetta Pilato – menikmati kejuaraan. Ini sudah suatu kemenangan, yaitu melihat komitmen yang dimiliki perenang berusia 14 tahun,” ujarnya, dikutip La Ringhiera.
D\'Onghia menuturkan, tak ada masalah tekait teknis dan kompetisi renang. Namun, membina perenang yang masih sangat muda memberikan tantangan dan tanggung jawab lebih, terutama terkait menjaga tekad dan motivasi. Dia percaya Pilato bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat Italia. “Dia mengatakan sensasi di dalam air positif dan apabila dia bisa tampil tenang, apa pun bisa terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, setelah didiskualifikasi pada nomor 200 meter gaya dada karena dianggap melakukan “non-simultaneous touch” atau tangan tidak bersamaan menyentuh dinding pad apembalikan pertama di babak penyisihan, King mengambil keuntungan dengan tampil maksimal di nomor 50 meter.
“Sejujurnya saya senang tidak harus berlomba di nomor itu. Saya tahu tim AS sudah melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan untuk membatalkan keputusan itu. Jadi, saya berusaha tetap tenang sepanjang hari. Saya hanya harus melupakannya dan beralih ke 50 meter,” kata King.
Doping
Sementara itu, perenang Autralia, Shayna Jack, mengundurkan diri dari kejuaraan setelah dinyatakan positif menggunakan doping. Jack merupakan perenang peraih dua keping perak dan perunggu di Kejuaraan Dunia 2017 di Budapest, Hungaria.
“Dengan sangat sedih dan patah hati saya harus meninggalkan kejuaraan karena tuduhan menggunakan zat terlarang dalam sistem tubuh saya. Saya tidak menggunakan zat ini secara sadar. Berenang sudah menjadi hasrat saya sejak berusia 10 tahun, dan saya tidak akan pernah dengan sengaja menggunakan zat terlarang yang akan membahayakan karier saya,” tulisnya pada Istagram.
Jack menjelaskan, penyelidikan tengah berlangsung untuk mengetahui kapan dan bagaimana zat terlarang tersebut masuk ke dalam tubuhnya. Federasi Renang Australia mendapatkan pengumuman dari Otoritas Anti-Doping Olah Raga Australia (ASADA) tentang hasil tes di luar kompetisi pada 26 Juni. Dengan pengumuman tersebut, Jack ditarik mundur dari pemusatan latihan nasional yang diadakan di Jepang.