Taman Wisata Tangkuban Parahu Ditutup hingga Abu Vulkanis Dibersihkan
›
Taman Wisata Tangkuban Parahu ...
Iklan
Taman Wisata Tangkuban Parahu Ditutup hingga Abu Vulkanis Dibersihkan
Kawasan Tangkuban Parahu tertutup untuk wisatawan hingga tiga hari ke depan. Periode waktu itu dilakukan untuk memantau kondisi gunung dan membersihkan kawasan wisata dari guyuran abu vulkanik.
Oleh
Machradin Wahyudi Ritonga
·3 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS-Kawasan Tangkuban Parahu tertutup untuk wisatawan hingga tiga hari ke depan, Sejak Sabtu (27/7/2019). Periode waktu itu dilakukan untuk memantau kondisi gunung dan membersihkan kawasan wisata dari guyuran abu vulkanik.
Hingga Sabtu malam, aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Subang dan Bandung Barat, Jawa Barat, terus menurun. Tremor yang tercatat di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu berkisar antara amplitudo 1,5-2 milimeter.
Tremor ini jauh lebih kecil jika dibandingkan saat erupsi, sehari sebelumnya, yang melebihi 50 milimeter. Namun, kondisi tersebut tetap diwaspadai petugas karena masih terdapat aktivitas vulkanik.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Tangkuban Parahu Hendri Deratama menjelaskan, petugas masih mewaspadai adanya getaran susulan karena gunung masih mengeluarkan energi vulkanis. Hal itu terlihat dari amplitudo tremor yang masih dinamis. Normalnya, amplitudo tremor yang tercatat itu tidak mencapai 0,5 milimeter atau hanya seperti garis lurus jika terlihat dari seimograf. Status gunung masih Aktif Normal.
"Amplitudo telah berkurang sejak jam 04.00, setelah semalam masih tercatat sebesar 20 milimeter. Kami masih memantau perkembangan aktivitasnya dan masih belum menentukan perubahan statusnya. Tetapi warga memang dihimbau untuk tidak terlalu dekat dengan bibir kawah dengan radius 500 meter," ujarnya.
Selain itu, Hendri menjelaskan, ketebalan abu vulkanik hingga lebih dari 1 sentimeter di sekitar kawah masih menutupi warung-warung di sekitar kawah. Lahan parkir pun tertutupi abu hingga lebih dari 5 sentimeter. Menurut Hendri, sebelum dibuka, seharusnya kondisi lokasi wisata Tangkuban Parahu bebas dari abu vulkanik karena berbahaya bagi kesehatan.
Akibat kondisi tersebut, obyek wisata Gunung Tangkuban Parahu pun ditutup selama tiga hari terhitung dari Sabtu. Bahkan, kawasan ini ditutup hingga area wisata Jayagiri yang berjarak 800 meter. Meski di kawasan tersebut tidak terdapat debu vulkanis, tidak ada kios pedagang yang terbuka. Beberapa petugas tampak berjaga di sekitar area parkir.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi menyatakan, keputusan ini dilakukan demi keselamatan dan kesehatan pengunjung. "Semua aktivitas diberhentikan tiga hari, termasuk di Jayagiri. Karena debu yang tebal ini sudah luar biasa, jadi kami bersihkan terlebih dahulu," ujarnya.
Semua aktivitas diberhentikan tiga hari, termasuk di Jayagiri. Karena debu yang tebal ini sudah luar biasa, jadi kami bersihkan terlebih dahulu
Direktur PT Graha Rani Putera Persada, pengelola Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Putra Kaban menuturkan, akan membuka kembali taman wisata setelah kondisi lokasi wisata kembali normal. Sejak Sabtu siang, sejumlah petugas terlihat menuju kawah untuk membersihkan debu vulkanik yang ada di lokasi.
"Kami usahakan membersihkan lokasi yang terdampak secepatnya. Saya berpegang kepada rekomendasi Badan Geologi dengan patokan 500 meter dari kawah dengan status yang masih normal. Jadi di luar itu akan kami bersihkan sehingga dipastikan bisa dikunjungi kembali," tuturnya.
Permukiman
Erupsi yang terjadi Sabtu (26/7) ini memang menciptakan kolom abu setinggi 200 meter dan terlihat hingga puluhan kilometer dari gunung, seperti dari Kota Bandung bagian utara, Lembang dan sebagian Subang. Namun, sebaran debu vulkanis tidak mencapai permukiman warga meski dari pengamatan kolom abu bergerak ke arah utara.
Kampung Panaruban, Desa Cicadas, kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, yang berada sejauh kurang lebih 7 kilometer sebelah utara tidak mendapatkan kiriman abu vulkanik dari erupsi Gunung Tangkubanparahu ini.
Menurut Gunawan (18), warga Kampung Panaruban, awan erupsi bergerak tegak lurus ke atas dan abu vulkanik tidak terasa sampai ke kampungnya. Daun-daun yang ada di kampung tersebut pun tidak tertutup abu vulkanik.
"Saya malah berpikir itu (erupsi) kebakaran hutan. Saat melihat video di media sosial, saya baru sadar kalau itu erupsi. Kami belum mendapatkan arahan untuk mengungsi," tuturnya.