Jika jerat dan tergerusnya habitat harimau ini tidak ditangani serius, nasibnya akan serupa dengan harimau bali dan harimau jawa yang sudah punah.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
DHARMASRAYA, KOMPAS — Bonita dan Atan Bintan, dua harimau sumatera, dilepasliarkan ke habitatnya. Dua raja hutan ini pernah berkonflik dengan manusia. Selain menyempitnya habitat, jerat merupakan salah satu ancaman bagi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno, Senin (29/7/2019), di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, mengatakan, pihaknya menemukan 1.700 jerat selama tujuh tahun terakhir. Jerat itu tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan pesisir selatan.
Paling berbahaya, ujar Wiratno, adalah jerat sling. Apabila terkena tulang satwa liar, tulang itu harus dipotong. Gajah bernama Erin di Way Kambas, Lampung, juga terkena jerat ini. Belalai gajah betina itu buntung.
Saat ini, lanjutnya, jumlah harimau sumatera berkisar 600 ekor yang tersebar di 23 kantong habitat. Lebih dari 50 persen populasi berada di luar kawasan konservasi. Apabila jerat dan tergerusnya habitat harimau ini tidak ditangani serius, nasibnya akan serupa dengan harimau bali dan harimau jawa yang sudah punah.
”Saya nyatakan perang melawan jerat. Keberhasilan untuk menjaga alam ini butuh upaya kolektif, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta,” katanya.
Ia menjelaskan, Bonita dan Atan Bintan akan dilepaskan di hutan Riau dengan habitat sama. Pakan di hutan itu pun dipastikan tercukupi dan lokasinya jauh dari pemukiman warga dan wilayah industri.
Bonita tiba di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya pada April 2018. Harimau betina berusia delapan tahun ini dievakuasi tim gabungan dari area perkebunan sawit Blok 79 Afdeling IV, Kebun Eboni, PT Tabung Haji Indo Plantations, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Diduga kuat Bonita sudah menewaskan dua warga di Kabupaten Indragiri Hilir, tepatnya di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran.
Sementara Atan Bintang ditemukan terjebak di kolong rumah toko di Pasar Pulau Burung, Kecamatan Pulau Burung, Indragiri Hilir, 15 November 2018. Pada Senin siang, Kompas menyaksikan Atan Bintang dibius tim dokter. Kepala harimau jantan berusia empat tahun itu dibebat dengan handuk.
Manajer Operasional Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya Saruedi Simamora mengemukakan, rehabilitasi secara umum bertujuan agar dua harimau itu tidak berkesimpulan bahwa manusia adalah mangsanya. Tim yang memberikan makan tidak boleh terlalu sering berhadapan dengan si raja hutan itu.
Membantu pemerintah
Pendiri Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Hashim Djojohadikusumo, mengutarakan, pusat rehabilitasi yang berada di areal PT Tidar Kencana Agung bertujuan membantu pemerintah dalam mengonservasi satwa liar.
”Melestarikan satwa liar adalah bentuk keimanan. Dengan demikian, kita ikut melestarikan ciptaan Tuhan,” katanya.
Sebelumnya, Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya sudah melepasliarkan dua harimau, yakni Sopi Rantang dan Bujang Ribut. Sementara Leony dan Inung Rio, dua harimau yang juga direhab di kawasan ini, tidak terselamatkan. Leony dan Inung Rio terkena pneumonia.