Sebanyak 3.397 pelajar asal Nduga belum bersekolah hingga pembukaan tahun ajaran baru. Kondisi ini terjadi pascainsiden penyerangan 28 pekerja PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
WAMENA, KOMPAS — Sebanyak 3.397 pelajar asal Nduga belum bersekolah hingga pembukaan tahun ajaran baru. Kondisi itu terjadi pascainsiden penyerangan 28 pekerja PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Nduga Namia Gwijangge seusai rapat kerja bersama Kementerian Sosial di Markas Kodim 1702/Jayawijaya, Wamena, Senin (29/7/2019).
Namia mengatakan, 3.397 siswa yang belum bersekolah berasal dari 17 sekolah dasar, 4 sekolah menengah pertama, dan 1 sekolah menengah atas. Mereka berasal dari 11 distrik.
”Para pelajar asal Nduga yang belum bersekolah meliputi 3.108 pelajar SD, 253 pelajar SMP, dan 36 pelajar SMA,” ujar Namia.
Ia menuturkan, Pemkab Nduga masih berupaya agar ribuan anak ini kembali bersekolah pada tahun ajaran baru. Salah satu caranya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya untuk menyiapkan ruangan sekolah bagi para pelajar. Namun, para pelajar menolak dan lebih memilih belajar di sekolah darurat di Gereja Kingmi Weneroma di Wamena.
”Saat ini, kondisi sekolah darurat sudah rusak sehingga para pelajar tidak dapat bersekolah. Mereka hanya berada di rumah,” ungkap Namia.
Saat ini, kondisi sekolah darurat sudah rusak sehingga para pelajar tidak dapat bersekolah. Mereka hanya berada di rumah.
Ia menambahkan, Dinas Pendidikan Nduga akan mengajak para pelajar untuk menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang berada di Wamena.
”Menurut rencana, kami juga akan membangun sekolah darurat di Kenyam, ibu kota Nduga, untuk menampung para pelajar ini,” ucapnya.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat seusai kegiatan rapat kerja terkait dengan masalah pengungsi Nduga di Wamena mengatakan, pihaknya akan membahas data dari Pemkab Nduga dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
”Selain bantuan makanan untuk pengungsi, kami akan membahas terkait dengan banyak pelajar asal Nduga yang belum bersekolah hingga kini,” kata Harry.