294 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Surabaya Dipulangkan ke Daerah Asal
›
294 Penyandang Masalah...
Iklan
294 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Surabaya Dipulangkan ke Daerah Asal
Pemerintah Kota Surabaya terus memulangkan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ditemukan di Surabaya. Mereka mayoritas berasal dari luar Surabaya.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya terus memulangkan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ditemukan di Surabaya. Mereka mayoritas berasal dari luar Surabaya.
Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo, Selasa (30/7/2019) di Surabaya, mengatakan, sejak Januari hingga Juni 2019, ada 294 penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang sudah dipulangkan ke daerah asalnya.
Mereka dipulangkan setelah dinyatakan sehat oleh dokter yang merawatnya di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih, Surabaya. PMKS yang dipulangkan diantar oleh relawan tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) hingga ke keluarganya.
”Mayoritas berasal dari luar Surabaya. Mereka berasal dari berbagai wilayah, antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, dan Papua,” katanya.
Supomo mengatakan, setiap bulan selalu ada PMKS yang masuk dan keluar dari liponsos. Mereka ditemukan di sejumlah pintu masuk Surabaya, antara lain daerah pelabuhan dan terminal. PMKS tersebut ditangkap petugas satpol PP karena berkeliaran di sejumlah wilayah sehingga mengganggu kenyamanan warga.
Mereka kemudian dirawat dan disembuhkan di Liponsos. Orang dengan gangguan jiwa dirawat di rumah sakit jiwa selama sebulan hingga sembuh. Beberapa di antara mereka diberikan keterampilan agar bisa produktif setelah kembali ke rumah masing-masing.
Hingga saat ini, liponsos yang menjadi tempat merawat PMKS selalu melebihi kapasitas. Dari kapasitas sekitar 900 orang, saat ini jumlah PMKS yang dirawat mencapai 1.073 orang. Bahkan jumlahnya pernah mencapai 1.600 orang pada 2017 hingga 2018.
”Kami bekerja sama dengan dinas kependudukan dan catatan sipil untuk mengetahui alamat asal PMKS melalui data sidik jari apabila mereka lupa alamat rumahnya,” ucap Supomo.
Relawan TKSK, Wiji, mengatakan, PMKS yang rumahnya jauh dari Surabaya diantar menggunakan pesawat. Ada dua petugas TKSK yang mengawal perjalanan dari Surabaya hingga rumah keluarganya. ”Kami mengantisipasi jika mereka kambuh selama di perjalanan agar tidak mengganggu kenyamanan pengguna transportasi umum lainnya,” ujarnya.
Kami bekerja sama dengan dinas kependudukan dan catatan sipil untuk mengetahui alamat asal PMKS melalui data sidik jari apabila mereka lupa alamat rumahnya.
Menurut dia, tidak jarang PMKS yang sudah dipulangkan kembali ke Surabaya. Selain tidak nyaman tinggal di rumah, mereka biasanya dibuang kembali oleh keluarga karena tidak mau merawat. Bahkan, ada PMKS yang sudah dinyatakan meninggal oleh keluarganya karena sudah terlalu lama meninggalkan rumah.