Brisbane, Kompas - Amerika Serikat merencanakan membangun pelabuhan senilai sepertiga miliar dolar Australia di dekat Darwin di wilayah Northern Territory yang dapat digunakan untuk kepentingan Angkatan Lautnya di kawasan Indo-Pasifik.
Australian Broadcasting Corporation (ABC) melaporkan Senin (29/07/2019) rencana itu berpotensi mengganggu hubungan kedua negara dengan China sebab pelabuhan Darwin yang sekarang sudah dikontrak selama 99 tahun oleh Landbridge, sebuah perusahaan China, sejak 2015.
Salinan Rancangan Undang-undang (RUU) kongres Amerika Serikat yang diperoleh ABC menyebutkan negeri itu sudah menyisihkan dana sekitar Rp 2.959 triliun untuk pembangunan “Konstruksi Militer Angkatan Laut” di Darwin. RUU yang diserahkan ke kongres bulan Juni itu menyebutkan bahwa Angkatan Laut boleh membeli properti dan membangun pangkalan militer di luar Amerika Serikat.
Pakar Asia Tenggara dari Universitas Sunshine Coast di Brisbane memperkirakan pelabuhan baru ini dibangun untuk menyaingi pelabuhan yang disewa oleh China. “Saya kira tujuannya kesana. Kalau pelabuhan yang disewa ini nantinya tidak mendapat bisnis maka akan mati dengan sendirinya,” tutur pakar yang enggan disebut namanya ini pada Kompas Senin (29/7/2019).
Kontrak pelabuhan Darwin pada perusahaan China pada 2015 tersebut sempat membuat marah Washington.
Pelabuhan baru ini direncanakan dibangun di kawasan Glyde Point, sekitar 40 kilometer di timur laut dari pelabuhan Darwin yang sekarang, yang juga memiliki fasilitas pertahanan seperti tempat pendaratan serba-guna namun pangkalan yang baru mempunyai kelebihan karena tidak terlalu sibuk dan keberadaannya tidak terlalu menyolok.
Pelabuhan baru ini dirancang untuk mampu mengakomodasi kapal-kapal perang seperti kapal induk helikopter Australia (Landing Helicopter Docks) dan kapal Amerika seperti kapal tempur amfibi serba-guna USS Wasp.
Para ahli pertahanan mengatakan pelabuhan di perairan dalam itu ideal untuk melayani lebih dari 2.000 anggota pasukan Angkatan Laut beserta peralatannya dalam rotasi kunjungan di kawasan utara Australia ini. Sebanyak 6.800 anggota pasukan Angkatan Laut Amerika sudah berlatih bersama Angkatan Bersenjata Australia di Northern Territory sejak 2012.
Minggu lalu Australia dan Amerika Serikat menyatakan keprihatinan mereka atas perjanjian rahasia antara China dan Kamboja untuk membangun fasilitas angkatan laut di Teluk Thailand.
Departemen Pertahanan Australia mengatakan masih terlalu dini untuk memberi keterangan soal rencana militer Amerika Serikat di Northern Territory.
“Masih di godok di kongres dan masih harus disetujui oleh DPR (House). Kami mengharap Departemen Pertahanan Amerika Serikat akan memberikan penjelasan yang lebih detil soal pendanaan, proses, penjadwalan serta persetujuan dari pemerintah Amerika Serikat,” tulis Departemen Pertahanan Australia dalam pernyataannya seperti dikutip ABC.
Namun Departemen Pertahanan Australia mengatakan proposal soal pendanaan yang dikaitkan dengan proyek Inisiatif Sikap Kekuatan Amerika Serikat (United States Force Posture Initiatives atau USFPI) sudah dinegosiasikan dan disetujui oleh pemerintah Australia dan Amerika Serikat.
Minggu lalu, Menteri Pertahanan Linda Reynolds mengumumkan Rotasi Angkatan Laut Amerika di Northern Territory sudah mencapai angka optimal sebesar 2.500 anggota pasukan.
RUU yang sudah berada di kongres Amerika juga menyebut usulan proyek bandara baru untuk Angkatan Laut senilai AS$50 juta dan bandara militer di Tindall senilai AS$70.6 juta.