Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai mendistribusikan bantuan air bersih kepada masyarakat yang mengalami krisis air akibat musim kemarau.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai mendistribusikan bantuan air bersih kepada masyarakat yang mengalami krisis air akibat musim kemarau. Bantuan air diberikan karena sumber air masyarakat menyusut.
Pengiriman perdana bantuan air dilakukan Senin (29/7/2019) ke dua desa di wilayah selatan Kabupaten Malang, yakni Sumberagung dan Ringinsari di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Ada ratusan keluarga di kedua desa itu yang mengalami kesulitan air.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bagyo Setiono, Selasa (30/7/2019), mengatakan, tiap-tiap desa mendapatkan bantuan 15.000 liter air yang dikirimkan dua-tiga hari sekali. Sejauh ini baru ada tiga desa yang mengajukan bantuan air bersih. Satu desa lainnya ada di Kecamatan Donomulyo.
”Di Sumberagung, misalnya, ada 200 keluarga di RT 012-RT 015 dan RT 021 yang kesulitan air akibat debit mata air dan sumur warga menyusut. Mata air terdekat berjarak 1 kilometer dengan debit 1 liter per menit. Sementara air sumur tinggal 10-15 liter per hari yang bisa diambil,” ujarnya.
BPBD Kabupaten Malang memperkirakan kemarau tahun ini tidak separah tahun lalu. Apabila tahun lalu bantuan air sudah diberikan pada awal Juni, tahun ini baru diberikan pada akhir Juli.
Berdasarkan pemetaan BPBD Kabupaten Malang, ada 18 desa di sembilan kecamatan yang rawan krisis air bersih saat kemarau. Sembilan kecamatan yang dimaksud antara lain Pagak, Donomulyo, Sumberpucung, Jabung, dan Sumbermanjing Wetan.
Pengedropan air dilakukan dengan melibatkan elemen lain, seperti Palang Merah Indonesia, perusahaan air minum daerah, dan perusahaan swasta yang berada satu wilayah dengan desa yang mengalami krisis air.
Sukijo (60), salah seorang warga Desa Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, mengatakan, dirinya harus membeli air dari truk tangki untuk memenuhi kebutuhan air selama kemarau. Harga air dalam satu truk tangki air dengan volume 5.000 liter adalah Rp 120.000, sedangkan 6.000 liter harganya Rp 150.000.
”Sudah empat kali saya beli air selama kemarau tahun ini. Pertama beli sebelum puasa. Yang terakhir hari ini,” ujarnya. Sukijo memilih membeli air disebabkan sudah capek mengambil dari sumber air yang berjarak 4 kilometer. Biasanya dia mengambil air menggunakan jeriken yang dinaikkan di sepeda motor.
Sudah empat kali saya beli air selama kemarau tahun ini. Pertama beli sebelum puasa. Yang terakhir hari ini. (Sukijo)
Satu tangki air berkapasitas 5.000 liter habis dalam waktu 25 hari untuk berbagai keperluan mulai dari memasak hingga mencuci pakaian. ”Kalau musim hujan, sebagian kebutuhan air dipenuhi oleh air hujan,” ujar Sukijo yang mengaku hujan sudah lama tidak turun di wilayah setempat.