Pengawasan Lahan di Sekitar Konsesi Perusahaan Diperketat
›
Pengawasan Lahan di Sekitar...
Iklan
Pengawasan Lahan di Sekitar Konsesi Perusahaan Diperketat
Asia Pulp & Paper Sinar Mas fokus mengawasi daerah di sekitar konsesi dalam radius 5 kilometer untuk mengantisipasi kebakaran masuk ke wilayah konsesinya. Hal itu dilakukan karena Sumsel telah memasuki puncak musim kemarau.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KAYU AGUNG, KOMPAS — Asia Pulp & Paper Sinar Mas fokus mengawasi daerah di sekitar konsesi dalam radius 5 kilometer untuk mengantisipasi kebakaran masuk ke wilayah konsesinya. Hal itu dilakukan karena Sumsel telah memasuki puncak musim kemarau. Sementara tradisi membuka lahan dengan cara membakar masih terjadi.
Kepala Operasi Manajemen Kebakaran Sinar Mas Forestry wilayah Palembang Mares Prabadi, di Pabrik Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, Selasa (30/7/2019), mengatakan, mengacu pada prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan akan menurun pada periode Juli-September. Dengan demikian, lahan akan semakin kering. ”Kondisi ini dapat memicu kebakaran,” katanya.
Untuk itu, sejumlah upaya telah disiapkan agar tidak terjadi kebakaran lahan di kawasan konsesi APP Sinar Mas yang terletak di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Hal serupa juga diterapkan di lahan yang berada di empat provinsi lain, yakni di Riau, Jambi, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
”Secara nasional, Sinar Mas sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp 300 miliar untuk mencegah dan memitigasi kebakaran lahan,” kata Mares.
Mares menuturkan, pihaknya juga sudah memiliki sistem untuk dapat mendeteksi kebakaran lahan sedini mungkin. ”Saat lahan sudah terbakar seluas 0,1 hektar, sistem sudah dapat mendeteksi lokasi kebakaran tersebut dan tim reaksi cepat (TRC) akan segera turun ke lapangan untuk memadamkan api,” katanya.
Sesuai prosedur standar operasi, tim harus sampai ke lokasi kebakaran paling lambat satu jam setelah api terdeteksi. Setelah itu, api harus terkendali dalam waktu empat jam sehingga kebakaran tidak meluas.
Tahun ini, ujar Mares, pihaknya telah menyiagakan 799 personel regu pemadam kebakaran dan 21 tim reaksi cepat yang masing-masing tim terdiri dari tujuh orang. Mereka akan disokong dengan 451 pompa air dan tiga helikopter.
Secara nasional, Sinar Mas sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp 300 miliar untuk mencegah dan memitigasi kebakaran lahan. (Mares Prabadi)
Selain itu, sejumlah peralatan juga telah disiapkan seperti empat kapal pemadam, 89 transportasi air, 135 pos pantau, 23 menara api, dan 35 menara api mini. Menara api digunakan untuk memantau keberadaan titik api. ”Jarak pantau yang dapat terlihat adalah sekitar 7 sampai 10 kilometer,” katanya.
Adapun menara api ditempatkan di perbatasan konsesi dan di tengah kawasan konsesi. Kawasan perbatasan konsesi menjadi prioritas karena kebakaran biasanya terjadi di perbatasan antara konsesi dan permukiman penduduk. Menurut dia, masih ada penduduk yang membuka lahan dengan cara membakar.
Di sisi lain, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Satuan Tugas Penanggulangan Karhutla Sumsel dan 18 perusahaan perkebunan di Ogan Komering Ilir untuk turut berperan dalam penanggulangan kebakaran.
Mares menambahkan, fasilitas penanggulangan kebakaran yang ada di APP Sinar Mas dapat digunakan untuk pemadaman di luar kawasan konsesi. ”Kalau tim satgas membutuhkan bantuan, tentu fasilitas tersebut dapat digunakan untuk menanggulangi kebakaran di luar konsesi,” katanya.
Adapun dari sisi perusahaan, ujar Mares, pihaknya mengizinkan fasilitas pemadam masuk ke wilayah konsesi jika terjadi kebakaran. Dengan cara ini, diharapkan tidak terjadi kebakaran di wilayah Ogan Komering Ilir.
Kepala Sosial dan Pengamanan Sinar Mas Forestry Wilayah Palembang Zulhadi Aziz mengatakan, biasanya kebakaran terjadi di lahan-lahan yang belum tergarap dan masih berupa semak belukar. Kebakaran disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang membakar sekam dan membuka lahan.
Zulhadi menerangkan, hingga saat ini, pihaknya sudah membina 41 desa dalam program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Lewat program itu, dilakukan upaya peningkatan perekonomian masyarakat setempat sehingga warga terlibat mencegah kebakaran lahan di wilayahnya.
Dilakukan upaya peningkatan perekonomian masyarakat setempat sehingga warga terlibat mencegah kebakaran lahan di wilayahnya. (Zulhadi Aziz)
Program yang diberikan beragam, seperti bantuan untuk fermentasi makanan ternak, pemanfaatan sekam dan rumput hasil panen menjadi kompos, dan bantuan sarana dan prasarana pertanian. ”Dengan cara ini diharapkan tidak ada lagi kebakaran di kawasan sekitar konsesi,” katanya.
Masih membakar
Petani Desa Simpang Heran, Kecamatan Air Sugihan, Sugeng Riyanto, mengakui, sampai saat ini masih ada warga yang memulai masa panen dengan cara bakar. Pembakaran dilakukan lantaran rumput di lahan pertanian bisa tumbuh hingga 3 meter.
Namun, ujar Sugeng, secara bertahap petani sudah mulai menyadari bahaya membuka lahan dengan cara membakar seperti mengurangi kesuburan lahan dan kebakaran lahan. Alhasil, mereka menggunakan rumput yang sedianya dibakar untuk pakan ternak atupun salah satu bahan pembuatan pupuk kompos.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, dalam dua hari terakhir titik panas terus meningkat seiring kondisi lahan yang kering. Tercatat jumlah titik panas di Sumsel sejak Juli 204 titik.
Peningkatan titik panas terjadi dalam tiga hari terakhir. Pada Minggu (28/7/2019) hingga Selasa (30/7/2019) terpantau 52 titik panas. Sementara pada pekan lalu Sabtu (20/7/2019) hingga Rabu (24/7/2019) hanya terpantau sembilan titik panas karena saat itu terjadi hujan.
Adapun luas lahan yang terbakar di Sumsel mencapai 140,4 hektar. Daerah yang paling luas terbakar adalah Kabupaten Ogan Ilir seluas 72,15 hektar, Kabupaten Penukal Abab Lemantang Ilir 57,75 hektar, Kabupaten Musi Banyuasin 4 hektar, Kota Lubuklinggau, 0,5 hektar, dan Kabupaten Banyuasin 6 hektar. ”Adapun wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir belum mengalami kebakaran.”
Keterlibatan perusahaan untuk menjaga lahan di kawasan konsesi sangat diperlukan. ”Selain menjaga wilayah konsesinya, perusahaan juga harus menjaga wilayah sekitar konsesi dari ancaman kebakaran,” ujar Ansori.