Gunung Kerinci, yang terletak di Kabupaten Kerinci, Jambi, perbatasan Provinsi Jambi dengan Sumatera Barat, Rabu, (31/7/2019) pukul 12.48 mengeluarkan kolom abu setinggi 800 meter. Arah abu ke timur laut dan timur mengarah ke Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar.
Oleh
YOLA SASTRA, IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
SOLOK SELATAN, KOMPAS, Gunung Kerinci, yang terletak di Kabupaten Kerinci, Jambi, perbatasan Provinsi Jambi dengan Sumatera Barat, Rabu, (31/7/2019) pukul 12.48 mengeluarkan kolom abu yang teramati setinggi 800 meter. Gunung setinggi sekitar 4.605 meter di atas permukaan laut itu teramati mengeluarkan kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas sedang. Arah abu condong ke timur laut dan timur mengarah ke Kabupaten Pesisir Selatan di Sumatera Barat.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kasbani dalam siaran persnya mengatakan meskipun demikian, saat ini status Gunung Kerinci berada pada status level II atau waspada.
PVMBG mengeluarkan rekomendasi yakni masyarakat di sekitar Gunung Kerinci berikut pengunjung atau wisatawan dilarang mendaki kawah yang berada di puncak gunung. Aktivitas warga juga dilarang di dalam radius tiga kilometer dari kawah aktif.
Selain itu, pihaknya juga merekomendasikan pesawat tidak melewati jalur penerbangan di sekitar Gunung Kerinci karena gunung masih memiliki potensi mengeluarkan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan.
Sejak 2007
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan mengatakan erupsi abu Gunung Kerinci terjadi setiap tahun sejak 2007. Rata rata kejadian per tahun bisa sekitar 4 kejadian dan berlangsung singkat dengan ketinggian 400 - 800 m di atas puncak.
"Secara umum erupsi Gunung Kerinci masih erupsi biasa sejak 12 tahun lalu. Erupsi berupa abu, berlangsung singkat, dan tidak besar. Berdampak kecil ke pemukiman karena jarak terdekat sekitar 9 km dari permukiman," kata Hendra.
Secara umum erupsi Gunung Kerinci masih erupsi biasa sejak 12 tahun lalu. (Hendra Gunawan)
Gunung tertinggi di Pulau Sumatera itu sudah berstatus level II sejak tahun 2007. Masyarakat tetap diimbau menjaga jarak aman dalam radius 3 km dari puncak.
Setelah erupsi terjadi aktivitas masyarakat di kaki Gunung Kerinci berjalan normal. Petani tetap berkebun tanpa merasa terganggu aktivitasnya oleh erupsi.
Petani kopi di wilayah Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Ferdi mengatakan tetap merawat tanamannya di kebun. Status Gunung Kerinci yang masih tetap selama bertahun-tahun membuat masyarakat terbiasa. “Kami menganggap semburan abu seperti ini masih aman,” katanya.
Kepala Seksi Pengelolaan Kawasan Strategis dan Destinasi Kepariwisataan, Dinas Pariwisata Kabupaten Solok Selatan Aig Widenko mengatakan secara visual Gunung Kerinci terlihat mengeluarkan debu, tetapi debu mengarah Kabupaten Pesisir Selatan.
Pihaknya belum mendapatkan laporan adanya korban dari erupsi itu. Namun situasi diperkirakan aman karena permukiman warga jauh dari puncak. Jaraknya sekitar 12-13 kilometer dari puncak.
Terkait jaur pendakian dari Solok Selatan, sejauh ini pihaknya belum mendapat informasi perihal penutupan jalur pendakian. "Kami belum dapat konfirmasi apakah boleh naik ataupun turun via jalur Solok Selatan," kata Aig. "Beberapa hari ini belum ada yang naik dari jalur Solok Selatan," kata Aig.
Menurut General Affairs PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Internasional Minangkabau Fendrick Sondra sejauh ini penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau masih lancar. "Rute penerbangan tidak melewati Gunung Kerinci," kata Fendrick.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Solok Selatan Sonni Patrisia mengatakan Gunung Kerinci saat ini diselimuti abu. Namun situasi di Solok Selatan aman. "Kalau statusnya meningkat, akan kami ambil tindakan lebih lanjut," kata Sonni.