Atan Bintang terkulai di kandang besi berukuran sekitar 3 x 4 meter, Senin (29/7/2019). Kepalanya dibebat dengan handuk. Ia sedang menjalani proses pembiusan. Di kandang yang bersebelahan dengan Atan Bintang, Bonita sudah terlebih dahulu dibius dan berada di dalam kerangkeng besi. Setelah kalung Global Positioning System terpasang di leher, dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ini siap kembali ke habitatnya, di sebuah hutan di Provinsi Riau yang masih dirahasiakan demi menjaga keselamatan harimau dari para pemburu.
Kurang lebih selama satu tahun, duo harimau ini direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PR-HSD), Sumatera Barat. Lokasi rehabilitasi dengan luas sekitar 3 hektare ini berada dalam kawasan PT Tidar Kerinci Agung (TKA), sekitar 3 jam perjalanan dari Bandar Udara Muaro Bungo, Jambi.
Pelepasliaran kembali Atan Bintang dan Bonita dimulai pada Senin lalu dari PR-HSD Dharmasraya. Hingga Selasa (30/7) malam, tim masih belum sampai ke lokasi calon habitat kedua harimau itu. Tim berangkat menuju calon lokasi habitat kedua harimau tersebut menggunakan jalan darat. Setiap jam tim berhenti untuk membasahi penutup kandang agar suhunya tak terlalu panas.
"Di atasnya kami tutup selimut. Dua jam sekali tim harus berhenti untuk membasahi selimut agar suhu di dalam kandang terkontrol," ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KSDAE KLHK) Wiratno.
Berdasarkan data PR-HSD, Atan Bintang ditemukan terjebak di di bawah kolong rumah toko (ruko) di Pasar Pulau Burung, Kecamatan Pulau Burung, Indragiri Hilir, 15 November 2018. Sementara Bonita dievakuasi tim gabungan dari area perkebunan sawit blok 79 Afdiling IV kebun Eboni PT Tabung Haji Indo Plantations, di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir. Diduga kuat, Bonita menewaskan 2 orang warga di Kabupaten Indragiri Hilir, tepatnya di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran.
Bertepatan dengan peringatan Hari Harimau Sedunia, PR-HSD melepasliarkan dua harimau itu. Manajer Operasional PR-HSD Saruedi Simamora menyatakan, mereka sudah siap kembali ke habitat. Rehabilitasi secara umum bertujuan agar dua harimau itu tidak berkesimpulan bahwa manusia adalah mangsanya. Tim yang memberi makan tidak boleh terlalu sering berhadapan dengan si raja hutan itu.
Dalam kegiatan pelepasliaran itu, hadir antara lain penggagas Yayasan Arsari Djojohadikusumo yang membawahi PR-HSD, Hashim Djojohadikusumo, Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, dan Wiratno.
Wiratno menjelaskan, Atan Bintang dan Bonita dilepaskan di hutan Riau dengan habitat sama dengan asal harimau itu. Pakan di hutan itu dipastikan tercukupi. Titik pelepasliaran juga jauh dari pemukiman warga dan wilayah industri.
Lokasi calon habitat baru bagi Atan Bintang dan Bonita sengaja dirahasiakan untuk mengantisipasi adanya perburuan. "\'Walau pun daearah itu sudah dinyatakan bersih dari jerat, kemungkinan pakan juga cukup, serta relatif aman dari perburuan, tetapi kami tdak boleh menyampaikannya ke publik karena harus hati-hati. Yang pasti harimau tersebut kami taruh di kawasan konservasi, tidak disampaikan ke publik relatif kita hati-hati," kata Wiratno.
Saat ini, lanjutnya, jumlah harimau sumatera berjumlah 603 ekor, yang tersebar di 23 kantong habitat. Lebih dari 50 persen populasi berada di luar kawasan konservasi. Jika jerat dan tergerusnya habitat harimau ini tidak ditangani serius, nasibnya akan serupa dengan harimau bali dan harimau jawa yang sudah punah.
Selama tujuh tahun terakhir, Wiratno dan tim menemukan 3.285 jerat harimau di seluruh Pulau Sumatera. Jerat itu tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasiobal Kerinci Seblat, dan Pesisir Selatan (Sumatera Barat).
Yang paling berbahaya, kata Wiratno, adalah jerat sling. Jika terkena tulang satwa liar, hanya amputasi obatnya. Gajah bernama Erin di Way Kambas, Lampung, salah satu contoh kasus. Belalai gajah betina itu buntung.
"Saya nyatakan perang melawan jerat. Keberhasilan untuk menjaga satwa liar ini butuh upaya kolektif, baik dari pemerintah, masyarakat dan swasta," katanya.
Hashim Djojohadikusumo menambahkan, PR-HSD bertujuan untuk untuk membantu pemerintah dalam hal mengonservasi satwa liar. "Melestarikan satwa liar adalah bentuk keimanan. Dengan demikian, kita ikut melestarikan ciptaan Tuhan," katanya.
Sebelumnya, PR-HSD sudah melepasliarkan dua harimau, yakni Sopi Rantang dan Bujang Ribut. Sementara Leony dan Inung Rio, dua harimau yang juga direhabilitasi di kawasan ini tidak terselamatkan. Leony dan Inung Rio terkena pneumonia.
Hubungan kultural
Dihubungi terpisah, Budayawan Minangkabau Syuhendri menjelaskan, terdapat hubungan kultural antara manusia dan harimau di wilayah Sumatera. Hubungan itu diselubungi mitos.
Di Ranah Minang, misalnya, sebagian masyarakat menyebut harimau dengan istilah “Inyiak”. Ada semacam aturan tak tertulis yang harus diikuti antara harimau dan manusia. Harimau diakui sebagai penjaga hutan. Dengan sendirinya, ada semacam “meminta izin” ketika ingin memasuki hitam.
Sebaliknya, harimau pun juga tidak boleh melewati batas teritorial peradaban manusia. Jika melanggar, nasibnya berujung dengan kematian. Ada pula istilah cindaku, semacam gabungan antara harimau dan manusia. Jika melompat, dia menjadi harimau,” kata Syuhendri.
Namun yang namanya mitos, tak semua orang bakal percaya. “Bisa jadi, motif dari lahirnya mitos-mitos itu bertujuan agar satwa liar itu tidak diburu,” katanya.
Wiratno menambahkan, sangat mungkin hubungan kultural antara harimau dan warga itu dipugar kembali dan disosialisasikan. Tujuannya, agar Inyiak itu tidak lagi dianggap musuh oleh masyarakat.
Tetapi sosialisasi itu tak mangkus untuk mengurungkan niat para pemburu. Tak ada Inyiak dalam kamus mereka. “(Pemburu) mereka itu sekelompok mafia yang hanya mementingkan nilai ekonomi dari berburu harimau. Kami akan bongkar otak di belakang bisnis itu,” kata Wiratno.
Di tempat lain, ketika merilis All India Tiger Estimation 2018, Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan India merupakan habitat teraman bagi harimau di dunia. Saat ini, terdapat sekitar 3.000 ekor harimau di negeri itu.
“Kami berkomitmen untuk mengambil semua langkah yang mungkin dan mendukung semua upaya untuk melindungi harimau,” ujarnya.