Pesawat Cessna Didatangkan ke Palembang untuk Pantau Titik Api
›
Pesawat Cessna Didatangkan ke ...
Iklan
Pesawat Cessna Didatangkan ke Palembang untuk Pantau Titik Api
BNPB memberangkatkan sebuah pesawat Cessna Grand Caravan PK-RJV dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Palembang, Rabu (31/7/2019). Pesawat akan digunakan untuk patroli kebakaran lahan dan hutan di Sumsel menggantikan helikopter agar efisien.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Badan Nasional Penanggulangan Bencana memberangkatkan sebuah Pesawat Cessna Grand Caravan PK-RJV dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Palembang, Rabu (31/7/2019). Pesawat akan digunakan untuk patroli kebakaran lahan dan hutan di Sumsel hingga Oktober, menggantikan helikopter yang selama ini digunakan agar efisien.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iriansyah mengatakan pesawat ini akan digunakan untuk memantau keberadaan titik api di wilayah Sumsel. Pesawat ini menambah tiga helikopter waterbombing yang sudah didatangkan sebelumnya.
Keunggulan pesawat ini adalah memiliki wilayah jelajah yang lebih luas dibanding helikopter. Sebelumnya, BPBD Sumsel menggunakan helikopter jenis Bolkow untuk melakukan patroli setiap hari.
Iriansyah menerangkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengganti armada patroli dari helikopter ke pesawat sebagai bentuk efisiensi operasional. “Penggunaan pesawat lebih murah dibanding menggunakan helikopter,” katanya.
Penggunaan pesawat lebih murah dibanding menggunakan helikopter. (Iriansyah)
Pesawat ini menjadi langkah awal bagi petugas untuk melakukan tindakan di lapangan. “ Dari pemantauan itu, dapat diputuskan apakah pemadaman dapat dilakukan melalui darat ataupun udara,” katanya.
Pesawat akan beroperasi setiap hari untuk memantau kondisi lahan di Sumsel. Saat ini, potensi titik panas semakin tinggi seiring semakin panasnya lahan. Namun demikian, hingga saat ini kebakaran lahan di Sumatera Selatan masih terkendali karena luas lahan yang terbakar kurang dari 200 hektar.
BPBD Sumsel mencatat lahan yang terbakar di Sumsel mencapai 140,4 hektar. Daerah yang paling luas terbakar ada di Kabupaten Ogan Ilir seluas 72,15 hektar, Kabupaten Penukal Abab Lemantang Ilir seluas 57,75 hektar, Kabupaten Musi Banyuasin seluas 4 hektar, Kota Lubuklinggau seluas 0,5 hektar, dan Kabupaten Banyuasin seluas 6 hektar.
Iriansyah menuturkan, tahun ini pemerintah lebih menekankan pencegahan daripada pemadaman. “Karena pemadaman membutuhkan dana yang lebih besar dibanding pencegahan,” katanya.
Oleh karena itu, langkah pencegahan sudah dilakukan dengan melibatkan perusahaan perkebunan dan warga desa. Pemerintah kabupaten/kota juga sangat diharapkan untuk menjaga wilayahnya dari kebakaran.
Semua perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan di Sumsel juga sudah bersepakat untuk berkerjasama memadamkan api apabila ditemukan adanya kebakaran di dekat kawasan konsesi mereka.
Selain itu, sejumlah upaya terus dilakukan agar masyarakat tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar. “Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membuka lahan selain membakar,” kata Iriansyah.
Tim gabungan sebanyak 1.512 personel juga telah disebar ke 90 desa rawan karhutla di Sumsel. Mereka akan bertugas sampai Oktober 2019. “Keberadaan petugas dapat mempengaruhi psikologi warga setempat agar tidak membakar lahan,” kata Iriansyah.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menerangkan, kebakaran lahan di Sumsel masih terkendali. Titik panas di tahun 2019 belum melebihi 500 titip panas.
Selain itu, belum ada kabut asap masuk ke wilayah Palembang kalaupun ada kabut itu merupakan radiasi. Herman mengatakan, pihaknya akan menfokuskan pada pencegahan, terutama untuk penanganan secara dini. Untuk itu pemantauan langsung di lapangan terus dilakukan.