Unsoed Kolaborasi dengan Eijkman Meneliti Otitis Media
›
Unsoed Kolaborasi dengan...
Iklan
Unsoed Kolaborasi dengan Eijkman Meneliti Otitis Media
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, menjalin kerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, menjalin kerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kolaborasi yang dicanangkan selama tiga tahun itu untuk meneliti resistensi antibiotik penderita otitis media dan infeksi saluran pernapasan atas.
Tujuan dari kerja sama untuk membangun kapasitas sumber daya manusia lebih banyak. ”Kami mendapatkan data mengenai infeksi saluran pernapasan atas, khususnya terkait Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Kasus itu hampir tidak ada dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut kami, itu terjadi karena laboratorium belum memiliki pengalaman dan kemampuan yang cukup untuk mendeteksi itu,” kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio.
Amin mengatakan hal itu seusai penandatanganan kerja sama di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (31/7/2019).
Amin menyampaikan, penyakit otitis media merupakan infeksi telinga tengah dan biasanya banyak diderita oleh anak-anak. Penyakit ini berpotensi menyebabkan ketulian jika tidak diobati secara tuntas. Dengan demikian, anak kurang bisa menangkap pelajaran dengan baik. Akibat lebih jauh, anak tidak bisa mencapai prestasi yang optimal. Hal itu terkait dengan produktivitas anak saat dewasa.
Menurut Amin, fokus penelitian dan kerja sama saat ini adalah penerapan pada pasien. ”Kalau nanti hasil sudah ada, bisa dijadikan pedoman para dokter. Kalau ada infeksi telinga tengah atau saluran napas, kita harus pakai antibiotik yang mana,” kata Amin.
Peneliti Utama dari Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Daniel Joko Wahyono, menyampaikan, pada kerja sama kali ini, tim akan memeriksa 3.400 anak di 12 sekolah dasar berusia 7-12 tahun di Kabupaten Banyumas.
”Kerja sama sebelumnya ada 631 siswa dan yang ditemukan kasus OMA (otitis media akut) ada 26 anak atau 4,12 persen. Dari 26 siswa yang ditindaklanjuti itu, ada yang positif Streptococcus pneumoniae sebanyak 9 anak atau 34 persen,” kata Daniel.
Daniel mengatakan, otitis media dalam bahasa setempat dikenal dengan penyakit congek. ”Ciri-cirinya biasanya flu, batuk-pilek lama dan tidak sembuh-sembuh. Dampak paling buruk kalau infeksi tidak tertangani adalah kalau radang, bisa bengkak dan gendang telinga bisa pecah. Itu bisa tuli karena gendang telinga pecah,” kata Daniel.
Kerja sama sebelumnya ada 631 siswa dan yang ditemukan kasus OMA (otitis media akut) ada 26 anak atau 4,12 persen.
Pengambilan sampel anak-anak yang diperiksa, kata Daniel, lebih banyak dilakukan di daerah pinggiran atau perdesaan karena terkait pola hidup yang sehat serta faktor ekonomi masyarakat dan kesadaran segera mengobati anak jika sakit dinilai masih kurang.
Dekan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Imam Widhiono MZ menyampaikan, kerja sama ini diharapkan semakin meningkatkan kualitas pengajar, peneliti, serta mahasiswa di Universitas Jenderal Soedirman dan juga sekaligus bermanfaat bagi masyarakat.
”Kami berharap kerja sama ini terus dapat ditingkatkan, bisa melibatkan lebih banyak, dan memberi makna serta manfaat pengembangan kesehatan bangsa Indonesia. Mulai dari hal yang kecil bisa memberikan manfaat yang luar biasa,” kata Imam.