Era Baru Pasar Mobil Listrik
Era baru pasar mobil di Indonesia tiba setelah tiga agen pemegang merek secara serentak resmi memasarkan mobil-mobil listrik andalan mereka di Gaikindo Indonesia International Auto Show 2019.
Mobil-mobil ini diluncurkan pada saat regulasi yang memberi insentif bagi kendaraan ramah lingkungan itu tak kunjung dikeluarkan pemerintah. Tiga agen pemegang merek (APM) itu adalah PT BMW Group Indonesia yang meluncurkan BMW i3s, PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) yang memperkenalkan Mercedes-Benz E 300e EQ Power, dan PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) yang mulai memasarkan Mitsubishi Outlander PHEV.
BMW i3s adalah mobil elektrik murni yang digerakkan baterai (battery electric vehicle/BEV), sementara Mercy E 300e dan Outlander PHEV adalah mobil berteknologi plug-in hybrid electric vehicle (PHEV). Artinya, baik E 300e maupun Outlander PHEV masih punya mesin konvensional walau baterai sumber tenaga motor listriknya bisa dicas dengan sumber daya listrik dari luar mobil.
Selain tiga merek itu, ada tiga merek lain yang pada GIIAS 2019 memamerkan mobil-mobil berteknologi EV (electric vehicle). Mereka adalah pabrikan China, DFSK, yang memajang DFSK Glory E3; Nissan memajang Nissan Leaf generasi kedua; dan Toyota membawa semua lini produknya yang berteknologi EV, mulai dari Toyota Prius Hybrid dan Prius PHEV; Toyota C-HR Hybrid, Toyota Camry Hybrid, dan Toyota Alphard Hybrid.
Dampak harga
Kehadiran mobil-mobil listrik ini di pasar cukup mengagetkan mengingat masih minimnya informasi produk EV di kalangan konsumen mobil awam. Juga belum adanya infrastruktur pengecasan secara luas.
Yang terpenting, belum ada regulasi pemerintah yang memberi insentif pada kendaraan beremisi karbon rendah ini, seperti di negara-negara lain. Dampaknya adalah pada harga mobil yang sedemikian fantastis.
BMW i3S yang berkonsep mobil kota, misalnya, dibanderol Rp 1,299 miliar (off the road). Mobil mungil ini lebih mahal dari sedan eksekutif BMW 530i M Sport yang ”hanya” Rp 1,249 miliar off the road.
Simak harga Mercedes-Benz E 300e yang bentuknya sama dengan sedan E-Class versi konvensional. Mercy PHEV pertama di Indonesia ini ditawarkan Rp 1,899 miliar (off the road). Bandingkan dengan Mercedes-Benz E 350, yang dibanderol Rp 1,499 miliar (off the road).
Yang fenomenal adalah harga Outlander PHEV yang mencapai Rp 1,289 miliar (on the road Jakarta). Mobil SUV besar dengan kapasitas lima tempat duduk ini sontak menjadi mobil termahal dalam lini produk Mitsubishi yang dipasarkan di Tanah Air dan jauh di atas harga rata-rata SUV seukuran.
Pihak MMKSI menjelaskan, harga mahal itu tak terhindarkan dengan struktur pajak dan bea masuk yang ada saat ini. Public Relations Department Head PT MBDI Dennis Kadaruskan mengakui tingginya harga ini.
Itu sebabnya, mobil EQ Power pertama yang didatangkan adalah dari seri E-Class, bukan seri lebih rendah, misalnya C-Class. ”Karena saat ini masyarakat yang sudah berkeinginan dan mampu membeli mobil berteknologi ini adalah dari kalangan mereka yang membeli sedan-sedan E-Class,” ujarnya.
Mulai mengenal
Osamu Masuko, Pemimpin Umum Mitsubishi Motors Corporation, mengatakan, pihaknya ingin masyarakat Indonesia menjadi orang-orang pertama yang mengenal dan merasakan Outlander PHEV di Asia Tenggara. ”Kami ingin orang Indonesia tahu pertama soal Outlander PHEV dan kemudian menggunakannya di berbagai bidang,” kata Masuko di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Masuko ingin publik melek seutuhnya akan teknologi dalam mobil listrik seperti Outlander PHEV ini. Mobil itu tak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga bisa menjadi sumber pembangkit listrik dalam keadaan darurat.
Sementara bagi BMW Group Indonesia, BMW i3s adalah mobil berteknologi EV kedua yang dipasarkan di Indonesia setelah BMW i8 diluncurkan pada 2016. Walau demikian, i3s adalah mobil listrik murni pertama yang diluncurkan pabrikan Bavaria itu di Tanah Air.
”Sub-brand BMW i adalah jalan ke depan menuju era baru mobilitas. Kami gembira bisa menjadi pemegang merek pertama yang resmi memasarkan mobil berteknologi BEV sesuai klasifikasi dari pemerintah,” ujar Presiden Direktur BMW Group Indonesia Ramesh Divyanathan.
Ditanya mengapa Mercedes meluncurkan mobil ini sebelum regulasi dan insentif dari pemerintah diberlakukan, Dennis menjawab, ”Mercedes tak pernah menunggu. Dulu saat mobil pertama dibuat Karl Benz dan Gottlieb Daimler, kami juga tak menunggu-nunggu regulasi pemerintah.”
Pelaku industri lain memilih menunggu sedikit lebih lama. Nissan, misalnya, berjanji memasukkan Nissan Leaf ke Indonesia pada 2020.
”Terkait pertanyaan, apakah sebuah pasar sudah siap menerima mobil listrik? Jawabannya adalah, itu hanya akan siap saat para produsen memasarkan mobil-mobil listrik mereka,” ujar Vincent Wijnen, Senior Vice President Nissan Asia and Oceania, kepada Kompas, Kamis (18/7).
Sementara Toyota, yang memelopori pemasaran mobil berteknologi EV dengan Toyota Prius Hybrid sejak 2007, masih percaya diri dengan memasarkan mobil-mobil berteknologi hybrid (hybrid electric vehicle/HEV).
”Sementara ini kami masih fokus di segmen HEV, melanjutkan apa yang sudah dimulai lebih dari sepuluh tahun lalu, sambil bekerja sama dengan pemerintah untuk mewujudkan target 20 persen EV pada 2025. Dan bisa jadi, itu kami lakukan dengan memperkenalkan model PHEV nantinya,” ujar General Manager Eksekutif PT TAM Franciscus Soerjopranoto, Senin (22/7).
Indonesia telah memasuki era baru pemasaran mobil listrik dengan makin banyaknya mobil berteknologi EV di pasaran saat ini. Namun, jika hal ini tak segera diikuti perubahan regulasi lama, tak seorang pun bisa memprediksi sampai kapan mobil ramah lingkungan yang bisa memangkas konsumsi bahan bakar fosil ini akan bertahan di Indonesia.