Pengusaha Indonesia dan Rusia menandatangani 14 kontrak bisnis dalam Forum Bisnis Indonesia-Rusia di Moskwa, Rusia, Kamis (1/8/2019). Kerja sama ekonomi senilai sekitar 3 juta dollar AS ini antara lain dalam bidang konstruksi, teknologi, dan pariwisata.
Oleh
Yovita Arika dari Moskwa, Rusia
·3 menit baca
MOSKWA, KOMPAS — Pengusaha Indonesia dan Rusia menandatangani 14 kontrak bisnis dalam Forum Bisnis Indonesia-Rusia di Moskwa, Rusia, Kamis (1/8/2019). Kerja sama ekonomi dengan nilai sekitar 3 juta dollar AS ini antara lain dalam bidang konstruksi, teknologi, pariwisata, makanan, dan produk herbal.
Kontrak bisnis tersebut terdiri dari 2 kontrak bisnis pengusaha di Yogyakarta dan Rusia, 8 kontrak bisnis pengusaha di Jawa Tengah dan Rusia, serta 3 kontrak bisnis dengan Kadin pusat dan 1 perusahaan di Jakarta dengan Rusia.
Forum Bisnis ini mengawali Festival Indonesia yang akan diselenggarakan Kedutaan Besar RI Federasi Rusia Merangkap Republik Belarus (KBRI Moskwa) di Taman Krasnaya Presnya di Moskwa, Sabtu-Minggu (2-4 Agustus). Sebanyak 500 pengusaha dari Indonesia dan Rusia mengikuti forum yang diselenggarakan untuk memfasilitasi komunikasi dan jaringan bisnis pengusaha Indonesia dan Rusia ini.
”Nilai itu meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 2,3 juta dollar AS. Kami harap kontrak bisnis itu akan bertambah dalam Festival Indonesia,” kata Duta Besar RI untuk Federasi Rusia Merangkap Republik Belarus Muhamad Wahid Supriyadi.
Supriyadi optimistis kerja sama ekonomi antara perusahaan Indonesia dan Rusia terus meningkat. Salah satu indikatornya mulai terlihat sejumlah perusahaan besar, baik dari Indonesia maupun Rusia, yang ikut serta dalam Forum Bisnis ketiga ini. Forum Bisnis ini merupakan agenda tahunan yang mulai diselenggarakan pada 2017.
Pariwisata
Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Rusia Alexey V Gruzdev dalam sambutannya mengatakan, Indonesia merupakan mitra bisnis Rusia. Kerja sama ini antara lain di bidang infrastruktur, perdagangan, energi, ekonomi digital, dan pariwisata.
”Dengan adanya penerbangan langsung Moskwa-Bali, kerja sama pariwisata akan meningkat,” kata Alexey.
Wakil Menteri Pariwisata Nia Niscaya mengatakan, jumlah wisatawan Rusia ke Indonesia terus meningkat. Pada Januari-Mei 2019, jumlahnya naik sekitar 13,5 persen secara tahunan menjadi sekitar 70.832 wisatawan.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, jumlah wisatawan Rusia ke Indonesia pada 2005 sebanyak 65.705 orang, pada 2016 sebanyak 80.514 orang, meningkat menjadi 110.529 orang pada 2017, dan pada 2018 sebanyak 125.700 orang. Rusia merupakan negara di Eropa Timur dengan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia.
”Oleh karena itu, rute penerbangan Bali-Moskwa menggunakan Rossiya Airlines yang diselenggarakan pada Oktober 2018 hingga Mei 2019 akan dilanjutkan lagi tahun ini,” kata Nia.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang hadir sebagai pembicara dalam forum tersebut menawarkan kemudahan investasi di daerah masing-masing. Sultan, misalnya, menawarkan kemudahan izin usaha karena sebagai daerah istimewa, semua izin cukup ditangani daerah.
Ganjar dan Irwan menawarkan sejumlah destinasi wisata unggulan di daerah masing-masing untuk dikunjungi wisatawan Rusia ataupun dikembangkan oleh investor dari Rusia. Di Jateng antara lain ada Borobudur, sedangkan di Sumbar ada Kepulauan Mentawai.
”Kami menawarkan peluang investasi untuk di bidang energi terbarukan. Ada lebih dari 15 lokasi potensi energi geotermal di Sumatera Barat, ada pula potensi hidropower, ada ratusan sungai di Sumatera Barat. Kami juga memiliki potensi industri minyak atsiri,” ujar Irwan.
Secara terpisah, di sela-sela Forum Bisnis tersebut, Alexander Popov, Ketua Komisi Kerja Sama Ekonomi dengan Indonesia Kadin Moskwa, mengatakan, potensi kerja sama ekonomi Indonesia dan Rusia sangat besar. Salah satu yang sudah disepakati dan saat ini sedang berjalan adalah pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur. Namun, informasi antara kedua belah pihak yang masih kurang membuat potensi tersebut belum dapat dioptimalkan.
”Contohnya, kita menargetkan untuk menaikkan kerja sama ekonomi menjadi 5 miliar dollar AS per tahun belum juga tercapai. Mungkin karena belum lengkap informasi produk yang bisa dikerjasamakan. Kami juga berharap investor dari Indonesia datang dan berinvestasi di Rusia,” kata Alexander.