Kondisi Global dan Politik Dalam Negeri Perlambat Manufaktur
›
Kondisi Global dan Politik...
Iklan
Kondisi Global dan Politik Dalam Negeri Perlambat Manufaktur
Pertumbuhan industri manufaktur skala sedang dan besar pada triwulan-II 2019 melambat. Pelambatan ini disebabkan oleh tekanan dari internasional dan kondisi politik dalam negeri.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan industri manufaktur skala sedang dan besar pada triwulan-II 2019 melambat. Pelambatan ini disebabkan oleh tekanan dari internasional dan kondisi politik dalam negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, angka pertumbuhan industri manufaktur skala sedang dan besar pada triwulan-II 2019 mencapai 3,62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan-II 2017 dan triwulan-II 2018 yang sebesar 3,89 persen dan 4,36 persen.
”Pelambatan pertumbuhan industri manufaktur nasional salah satunya disebabkan perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) yang berdampak melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Akibatnya, permintaan China ke Indonesia berkurang signifikan,” tutur Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani di Jakarta, Jumat (2/7/2019).
Sejalan dengan pelambatan pertumbuhan industri, nilai ekspor industri pengolahan pada sepanjang semester-I 2019 turun 4,59 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 60,14 miliar dollar AS. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China juga turun dari 12,31 miliar dollar AS menjadi 11,4 miliar dollar AS.
Dari sisi domestik, Shinta mengatakan, pelaku industri cenderung mengambil sikap menunggu dan melihat sepanjang triwulan-II 2019. Hal ini disebabkan oleh kondisi politik pasca-Pemilihan Umum 2019.
Menurut Direktur Statistik Industri BPS Marlina Kamil, pelaku usaha dan industri cenderung tidak berekspansi. Hal ini turut menyebabkan pelambatan pertumbuhan industri manufaktur.
Dari sisi jenisnya, angka pertumbuhan industri pakaian jadi menempati posisi tertinggi, yakni sebesar 25,79 persen secara tahunan. Di posisi nomor dua ialah industri kertas dan barang dari kertas dengan angka pertumbuhan sebesar 11,24 persen.
Akan tetapi, industri yang berbasis komoditas mentah cenderung mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan. Kinerja industri barang logam turun 21,46 persen, sedangkan industri karet dan barang dari karet turun 15,3 persen.
Sementara itu, industri manufaktur skala mikro dan kecil tumbuh 5,52 persen secara tahunan pada triwulan-II 2019. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan-II 2017 dan triwulan-II 2018 yang sebesar 2,5 persen dan 4,93 persen.
Pertumbuhan tahunan tertinggi dialami oleh industri komputer, barang elektronik, dan optik. Angkanya mencapai 17,74 persen.
Senada dengan industri skala besar dan menengah, industri skala mikro dan kecil yang berbasis komoditas mentah mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan. Nilai penurunannya sebesar 26,09 persen.