Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah berdampak pada kesehatan. Angka penderita infeksi saluran pernapasan akut meningkat sejalan dengan maraknya kebakaran.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah berdampak pada kesehatan. Angka penderita infeksi saluran pernapasan akut meningkat sejalan dengan maraknya kebakaran.
Di Kota Palangkaraya, kebakaran terus meluas dan sulit dikendalikan karena membakar lahan gambut. Seperti di Jalan Mahir-Mahar, kebakaran terjadi hampir sebulan lamanya.
Asap pun menyelimuti kota. Biasanya asap pekat terlihat dan tercium setiap pagi dan malam hari. Namun tak jarang asap menyelimuti permukiman di sore hari.
Dari pantauan Kompas, pada Jumat (2/8/2019) sore, asap dari kebakaran gambut mulai terlihat. Khusunya di wilayah G.Obos dan di perumahan sepanjang Jalan Rajawali. Asap berasal dari kebakaran di Jalan Mahir-Mahar dan hutan di sekitar Universitas Palangkaraya. Aktivitas warga pun terganggu.
Aviliani (38), warga Jalan Rajawali III, Kota Palangkarya mengungkapkan, dua anaknya yang berumur 10 dan 11 tahun mulai batuk dalam seminggu belakangan. Kedua anaknya pun sudah tiga hari tidak pergi sekolah.
"Saya minta izin ke gurunya karena asap tuh tercium sampai dalam kamar. Jadi anak saya kadang susah tidur karena batuk," kata Avi.
"Saya minta ijin ke gurunya karena asap tuh tercium sampai dalam kamar. Jadi anak saya kadang susah tidur karena batuk," kata Avi.
Di Rumah Sakit Umun Daerah (RSUD) Doris Sylvanus, selama bulan Juli terdapat 10 pasien penderita ISPA di rawat inap, salah satu pasien baru berumur 2 tahun. Sedangkan pasien ISPA rawat jalan mencapai 32 orang. Jumlah pasien pada 20 Juli 2019 masih empat pasien meningkat hingga akhir Juli menjadi 10.
"Pasien yang anak-anak itu kondisinya sudah membaik dan sudah bisa pulang," kata Wakil Direktur RSUD Doris Sylvanus Theodorus Sapta Atmadja.
Theodorus menambahkan, pasien ISPA rawat inap di rumah sakit tersebut merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan. Asap memicu penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit paru. "Jadi penyakit yang sedang tidur kambuh lagi karena ada asap itu," kata Theodorus.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya juga menunjukkan peningkatan penderita ISPA meski tidak signifikan. Pada bulan Juni, penderita ISPA di kota itu mencapai 2.032 orang lalu meningkat di bulan Juli 2.511 orang. Data itu dikumpulkan dari seluruh puskesmas dan puskesmas pembantu di Kota Palangkaraya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya Andjar mengungkapkan, belum ada kenaikan yang signifikan dari angka penderita ISPA di Kota Palangkaraya. Menurutnya, penyakit ISPA tidak hanya terjadi karena kabut asap.
"Banyak faktor untuk itu, orang yang bekerja dengan debu seperti di tambang pun bisa kena ISPA," kata Andjar.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya sulit dikendalikan bukan hanya karena lahan gambut, tetapi juga karena kesulitan mencari sumber air. Banyak saluran pembuangan atau got kering.
"Ini ada airnya tapi berlumpur karena sudah kering, mau gak mau kami pakai saja yang penting ada airnya," kata Anto (35) salah satu petugas pemadam dari Damkar Kota Palangkaraya.
Anto dan belasan petugas gabungan dari TNI, Manggala Agni, dan BNPB terlihat kesulitan memadamkan api. Petugas butuh waktu 30-40 menit untuk mendapatkan air.
"Ini (kebakaran) sudah sejak seminggu lalu, kami padamkan esoknya muncul lagi," ujar Anto.
Dari data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Provinsi Kalteng menunjukkan, selama bulan Juli kebakaran sudah terjadi sebanyak 349 kali dengan total luas lahan terbakar seluas 1.124 hektar.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Fahrizal Fitri mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah dengan menggunakan dua helikopter bom air.
Sampai saat ini dua helikopter di Kalteng sudah melakukan 21 kali operasi bom air dengan total sudah melakukan 496 penyiraman air dengan total lama terbang mencapai 53 jam.
“Pemerintah sangat menaruh perhatian dalam masalah kebakaran hutan dan lahan ini, kami memaksimalkan semua daya termasuk bom air,” kata Fahrizal.