Pemerintah, melalui Badan Ekonomi Kreatif, mendorong pemuda untuk menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif di desanya masing-masing.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah, melalui Badan Ekonomi Kreatif, mendorong pemuda untuk menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif di desanya masing-masing. Dengan daya dukung komoditas yang ada, seperti kopi misalnya, pemuda tak perlu mencari kerja di kota.
Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Sabartua Tampubolon mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang terkenal akan kualitas kopinya. Jika ekonomi kreatif dikembangkan, daerah itu bisa mandiri dan maju.
”Untuk kreatif tak perlu tinggal di kota. Pemasaran dan penyajian kopi di daerah secara kreatif, misalnya, akan menopang perkembangan desa tersebut,” kata Sabartua di sela-sela pembukaan Fasilitasi Sertifikasi Profesi Barista, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (2/8/2019).
Menurut dia, jika ekonomi kreatif dengan memanfaatkan kopi lokal berkualitas berjalan baik, diharapkan hal itu bakal menahan laju pemuda yang mencari pekerjaan di kota. Meski tak bisa langsung serentak, ia yakin hal itu bisa terlaksana. Hal ini juga bagian dari pemerataan pembangunan.
Untuk kreatif tak perlu tinggal di kota. Pemasaran dan penyajian kopi di daerah secara kreatif, misalnya, akan menopang perkembangan desa tersebut.
Berdasarkan catatan Kompas, salah satu daerah yang sudah menerapkan hal itu ialah Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Pemuda berkolaborasi dengan petani kopi untuk mengembangkan kopi lereng Gunung Kelir. Tempat pengolahan hingga kedai kopi dikembangkan bersama di sana.
Sabartua menambahkan, salah satu upaya menuju hal tersebut dengan menggelar fasilitasi sertifikasi profesi barista di Semarang. ”Kami menggaungkan ekonomi kreatif yang inklusif dan mendorong peningkatan kompetensi para barista dalam menyajikan kopi,” ujarnya.
Anggota Komisi X DPR, Yayuk Basuki, menuturkan, minat pemuda akan segala hal terkait kopi, termasuk menjadi barista, tinggi. Ia siap mendukung pengembangan ekosistem ekonomi kreatif, terutama di daerah pemilihannya, yakni Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Kendal.
”Di wilayah Semarang dan sekitarnya, banyak komoditas kopi. Bahkan, bicara kopi Indonesia, untuk kualitas kopi pilihan, bisa mengalahkan kopi negara lain, seperti Brasil dan Kolombia. Ini perlu terus kita dorong agar terus memiliki nilai tambah, termasuk lewat peningkatan SDM ini,” ujarnya.
Pada Jumat-Sabtu, 2-3 Agustus 2019, sertifikasi profesi barista diikuti 100 peserta dari Semarang dan sekitarnya. Mereka mengikuti serangkaian uji kompetensi seperti menyiapkan dan menghidangkan minuman nonalkohol, mengelola bahan baku, dan mengoperasikan peralatan.
Salah satu peserta sertifikasi profesi barista di Semarang, Solihin (28), mengatakan, sertifikasi dirasa perlu untuk terus mengembangkan keterampilannya menyajikan minuman kopi. Barista pada salah satu hotel di Semarang itu juga berharap kopi Indonesia makin dikenal dunia.
”Saya ingin terus mengenalkan kopi Indonesia kepada wisatawan asing, terlebih kopi asal Jateng. Namun, mimpi saya ke depan ialah membuat kedai sendiri di kampung halaman di Gombong (Kebumen). Siapa tahu bisa mengajak anak-anak muda yang selama ini lebih banyak merantau ke kota,” tutur Solihin.