JAKARTA, KOMPAS -- Tumpahan minyak dari kebocoran anjungan YY pemboran sumur YYA-1 PHE ONWJ atau Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java telah mencapai lautan Kepulauan Seribu. Para pihak terkait bersinergi untuk penanggulangannya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membentuk tim bersama PT Pertamina (Persero) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menangani tumpahan minyak dari PHE ONJW yang telah mencapai Kepulauan Seribu.
"Seluruh jajaran telah melakukan antisipasi awal saat tumpahan minyak sampai di wilayah Kepulauan Seribu, salah satunya membersihkan tumpahan minyak," tutur Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad melalui siaran pers yang diterima, Jumat (2/8/2019).
Dalam penanggulangan tumpahan minyak, Oil Spill Combat Team atau OSCT Indonesia digandeng oleh Pertamina. Chairman OSCT Indonesia Bayu Satya mengatakan, Pertamina dan pihaknya tengah merundingkan penanggulangan untuk wilayah Kepulauan Seribu.
Sejauh ini, OSCT telah berperan dalam penanggulangan tumpahan minyak di lautan Karawang, Jawa Barat, dan di sejumlah titik garis pantainya. Secara keseluruhan, terdapat 13 titik yang menjadi fokus penanggulangan.
Di lautan Karawang, OSCT menyewakan oilboom sepanjang 10 kilometer (km) yang berfungsi untuk menghalangi aliran tumpahan minyak. OSCT juga menyewakan dua skimmer berkapasitas 400 ton per jam bernama "giant octopus" yang berfungsi menghisap tumpahan minyak dari laut.
Setelah dihisap, tumpahan minyak itu dibawa ke tempat penampungan sementara yang berada di atas kapal. Adapun kapal penampungan ini bukan fasilitas dari OSCT.
Di sekitar pantai Karawang, OSCT juga memasang oilboom sepanjang 10 km. OSCT juga menyewakan vacuum skimmer yang berfungsi menghisap minyak dari pasir.
Selain itu, OSCT turut menyewakan alat bernama oil absorbent. Fungsi alat ini ialah memisahkan minyak dari air.
Secara keseluruhan, OSCT telah menerjunkan 120 responden yang bersertifikasi. Responden-responden ini bertugas mengoperasikan alat, memantau aliran tumpahan minyak, dan menyimulasikan pergerakan aliran tumpahan minyak.
Untuk penanggulangan tumpahan minyak di wilayah laut Kepulauan Seribu, Bayu mengatakan, alat-alat dan responden yang diterjunkan mesti ditambahkan. Realisasi penambahan bergantung kontrak dengan Pertamina.
Optimalnya, OSCT memiliki tiga skimmer "giant octopus". Responden yang diturunkan dapat mencapai 200 orang dengan jaringan OSCT yang berasal dari India, Thailand, dan Jepang.
Sejauh ini, Bayu berpendapat, penanggulangan tumpahan minyak sudah sesuai prosedur. Hal ini didukung dengan adanya dokumen oil spill contingency plan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan.
Sebelum PHE ONJW, Bayu menuturkan, OSCT Indonesia berkontrak dengan Pertamina untuk menanggulangi tumpahan minyak di wilayah perairan Balikpapan, Kalimantan Timur, pada April 2018. Penanggulangan membutuhkan waktu selama tiga pekan.
Menurut Bayu, penanggulangan tumpahan minyak PHE ONJW lebih menantang. "Tumpahan minyak di Balikpapan berasal dari kebocoran minyak sedangkan PHE ONJW berasal dari kebocoran pada sumur bawah laut minyak bumi," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat.