Kebakaran lahan dan hutan di wilayah Riau melebar ke areal Taman Nasional Tesso Nilo yang berlokasi di Kabupaten Pelalawan. Pola perambahan sangat jelas dilakukan oleh perambah.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PANGKALAN KERINCI, KOMPAS — Kebakaran lahan dan hutan di wilayah Riau melebar ke areal Taman Nasional Tesso Nilo yang berlokasi di Kabupaten Pelalawan. Pola perambahan sangat jelas dilakukan oleh perambah. Mereka diduga akan memperluas areal perambahan di hutan konservasi gajah sumatera itu.
Kompas yang berada di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) wilayah administrasi Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Pelalawan, pada Jumat (2/8/2019) siang melihat dengan jelas pola perambahan dan pembakaran itu. Kebakaran baru persis berada di lahan perambahan lama.
Pada areal perambahan lahan lama sudah tidak ada lagi kayu besar. Adapun potongan kayu-kayu yang lebih kecil sudah ditumpuk dan disusun dalam jalur yang teratur oleh perambah. Sementara di sebelah areal perambahan lama, pepohonan kayu hutan yang masih tersisa terlihat dalam kondisi bekas terbakar.
Kepala Kepolisian Sektor Ukui Ajun Komisaris Lassarus Sinaga yang ditemui di lokasi mengatakan, lokasi kebakaran memang berada di lokasi inti TNTN. Untuk memadamkan kebakaran, pihaknya berkoordinasi dengan Balai TNTN dan Manggala Agni, serta perusahaan grup PT Riau Andalan Pulp and Paper.
Kebakaran awal berada di timur pada tanggal 30 Juli lalu pada pagi hari dan kemudian menjalar ke barat. Lokasi sangat sulit dijangkau kendaraan. ”Proses pemadaman total baru dapat dilakukan pada Jumat ini karena sumber air sangat minim dan cuaca sangat panas,” kata Lassarus.
Lassarus menambahkan, lahan kebakaran di lokasi TNTN itu sudah diberi garis polisi. Ia berjanji melakukan penyelidikan terhadap orang yang membakar lahan itu.
Meski demikian, Lassarus mengaku sulit untuk mengatasi perambah yang jumlahnya sudah sangat banyak. Pihaknya sudah menyampaikan permasalahan perambahan kepada pihak Balai TNTN untuk diambil tindakan. Namun, sampai saat ini belum ada langkah penyelesaian yang dilakukan di lapangan.
”TNTN sudah berjanji membuat tim terpadu penyelesaian masalah dengan para perambah. Tahapnya masih sampai tahap pemetaan. Penyelesaiannya masih kami tunggu,” kata Lassarus.
Kepala Balai TNTN Halasan Tulus yang dihubungi secara terpisah belum dapat memberikan keterangan rinci. Ia hanya mengatakan, kebakaran di wilayah TNTN sudah berhasil dipadamkan.
Kebakaran bergeser
Di Pekanbaru, pada Jumat pagi, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo memimpin Rapat Koordinasi Penanganan Kebakaran dan Lahan Riau. Rapat dihadiri oleh Gubernur Riau Syamsuar selaku Komandan Satgas Siaga Kebakaran Lahan dan Hutan Riau.
Doni mengatakan, secara umum Riau sesungguhnya mampu melakukan pencegahan kebakaran, tetapi terdapat pergeseran lokasi kebakaran baru yang tidak diduga atau diprediksi.
Setiap tahun kebakaran lahan biasa terjadi di daerah pesisir timur Riau dari wilayah Rokan Hilir, Dumai, sampai ke Bengkalis. Namun, tahun ini, kebakaran paling besar justru terjadi di tengah, yaitu di Pelalawan.
Berdasarkan data pengamatan satelit Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran Riau sudah mencapai 27.000 hektar.
Meski demikian, Doni meminta seluruh kepala daerah rawan kebakaran lahan dan hutan agar bersungguh-sungguh memadamkan api. Selain memadamkan, juga dibutuhkan kerja keras kepala daerah untuk melakukan pencegahan dan menemukan sumber permasalahan di lapangan.
”Kepala daerah harus rajin turun ke desa rawan untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi agar masyarakat meninggalkan pola membuka lahan dengan cara membakar,” kata Doni.
Pada bagian lain, Syamsuar mengungkapkan, kebakaran lahan dan hutan di Riau sejak Januari sampai awal Agustus 2019 sudah membakar lahan seluas 4.300 hektar. Namun, berdasarkan data pengamatan satelit Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran Riau sudah mencapai 27.000 hektar.
Dampak kebakaran lahan tersebut, kata Syamsuar, telah mengakibatkan warga Riau terpapar asap dan mengganggu kesehatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau, setidaknya 7.269 warga yang terkena infeksi saluran pernafasan akut.