Setelah diguncang gempa bumi M 6,9, aktivitas warga di Kabupaten Pandeglang, Banten, kembali normal. Beberapa rumah yang mengalami kerusakan berat juga langsung diperbaiki.
Oleh
FAJAR RAMADHAN/PRAYOGI DWI SULISTYO
·2 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS — Setelah diguncang gempa bumi M 6,9, aktivitas warga di Kabupaten Pandeglang, Banten, kembali normal. Beberapa rumah yang mengalami kerusakan berat juga langsung diperbaiki.
Camat Sumur Endin Haerudin meninjau langsung kondisi rumah-rumah warga pada Sabtu (3/8/2019) pagi. Ia menilai, aktivitas warga langsung kembali normal seusai mengungsi akibat gempa bumi berkekuatan M 6,9 pada Minggu (2/8/2019) malam.
”Warga sudah beraktivitas seperti biasa,” katanya.
Di Desa Kerta Mukti, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, sejumlah warga terlihat berkumpul dengan saudara dan tetangga di teras-teras rumah. Beberapa toko juga buka seperti biasa.
Beberapa sekolah pun sudah melakukan kegiatan belajar mengajar, salah satunya Madrasah Tsanawiyah Darul Afkar di Desa Kertamukti, Kecamatan Sumur. Meskipun hanya ada delapan murid yang masuk sekolah, mereka tetap beraktivitas seperti biasa.
Sementara Madrasyah Aliyah (MA) Darul Afkar menggunakan waktu mereka untuk persiapan upacara Hari Ulang Tahun RI karena sebagian siswa tidak masuk sekolah.
”Kalau semua hadir ada 30 murid. Ada beberapa orangtua yang minta izin anaknya tidak masuk sekolah atau pulang lebih awal, tetapi ada juga yang tanpa pemberitahuan,” kata Kepala Sekolah MA Darul Afkar Ade Rosadi.
Ade mengatakan tidak dapat memaksa seluruh siswa masuk sekolah karena ada orangtua yang masih ketakutan. Beberapa anak juga ada yang masih kelelahan setelah semalaman mengungsi ke bukit yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari sekolah.
Sementara itu, warga di Kecamatan Labuan juga telah beraktivitas normal. Ketika melihat situasi telah aman, pada pukul 23.00, sebagian besar warga pulang ke rumah masing-masing. Hingga Sabtu pukul 05.0, hanya ada sekitar 30 orang yang mengungsi di aula kecamatan.
Ketua RW 001 Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Tubagus Deni mengatakan, sekitar 200 orang mengungsi ke kantor kecamatan ketika terjadi gempa. Mereka ketakutan saat mendengar kabar akan terjadi tsunami sebab masih trauma dengan bencana pada 22 Desember 2018 lalu.
Berdasarkan laporan yang diterima Endin, setidaknya ada sembilan rumah di Sumur yang mengalami kerusakan. Salah satunya rusak berat, yakni rumah Sukron (40), warga RT 002/004. Hampir separuh bagian depan rumahnya roboh akibat gempa.
Tim gabungan dari Palang Merah Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banten, anggota Polsek Sumur, dan pihak lain membantu membersihkan puing-puing bangunan. Bahkan, sekitar pukul 10.00, bantuan material sudah diterima oleh Sukron.
”Semalam kami langsung mengungsi ke areal sawah belakang rumah. Begitu kembali, rumah sudah dalam keadaan seperti ini,” ungkap Sukron.
Tepat di seberang rumah Sukron, beberapa warga membantu memperbaiki genteng rumah yang rusak. Sejumlah rumah lain mengalami retak ringan, seperti rumah Ikah yang terletak sekitar 50 meter dari rumah Sukron.