Yosua Januar Kristianto (17), pelajar SMK Negeri 19 Jakarta, tak menyangka untuk mengangkat busur panah perlu tangan yang kuat. “Wah, ternyata berat ya,” ujarnya seusai mencoba alat panahan yang biasa dipakai oleh atlet-atlet panahan nasional. Yosua dan ratusan pelajar beruntung bisa mencoba peralatan itu dalam acara pengenalan cabang-cabang olahraga Olimpiade di Parkir Timur Senayan, kompleks olahraga Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (2/8/2019).
Dalam kegiatan bertajuk Olympic Movement in Action, Yosua tidak hanya diperkenalkan dengan cabang-cabang Olimpiade, seperti panahan, dayung, dan panjat dinding. Mereka juga diperbolehkan mencoba menggunakan peralatan yang tersedia. Saat mencoba alat-alat olahraga itu, ratusan pelajar itu didampingi atlet-atlet Indonesia, seperti pemanah Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunisa.
Bagi Yosua, ini merupakan pengalaman pertama mencoba alat panahan. Pelajar jurusan administrasi perkantoran itu tertarik mencoba cabang panahan karena jarang menjumpai alat itu dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau mencoba main bulu tangkis atau sepak bola kan sudah sering, tetapi kalau panahan baru pertama kali ini lihat,” katanya.
Oleh Riau Ega Agatha, Yosua diajari bagaimana memegang alat panah, membidikkan sasaran, dan melepaskan busur. Saat ada pelajar yang kesulitan memegang alat, Riau Ega dengan cekatan dan ramah membantu. Atlet panahan yang pernah tampil di Olimpiade Rio de janeiro 2016 itu, juga memberi masukan kepada para pelajar itu agar fokus, konsentrasi, dan tenang dalam mencoba alat.
Yosua mengatakan, dirinya sangat bangga bisa mencoba alat panah dengan pendampingan langsung dari atlet-atlet elite nasional. “Saya sudah sering mendengar atlet-atlet di Asian Games 2018. Baru kali ini bertemu,. Rasanya sangat bangga. Saya juga senang karena acaranya tidak membosankan,” ujarnya.
Riau Ega Agatha mengatakan, Olympic Movement in Action mengingatkan dirinya pada pengalaman pertama mengenal cabang olahraga panahan. “Panahan itu olahraga yang cukup rumit karena banyak detail yang harus diperhatikan. Tetapi, untuk mengenalkan kepada anak-anak, saya coba menjelaskan secara sederhana agar mereka senang dulu dengan olahraga ini,” kata Riau.
Pelatih panahan nasional Nurfitriyana mengatakan, mengenalkan cabang olahraga Olimpiade kepada anak-anak sangat penting untuk mendekatkan olahraga kepada generasi muda dan menumbuhkan kecintaan terhadap cabang-cabang Olimpiade. “Tadi, beberapa orang bertanya di mana bisa berlatih panahan. Ini artinya mereka antusias,” kata legenda panahan Indonesia itu.
Nurfitriyana mengatakan, di Indonesia sudah banyak klub-klub panahan. Tetapi, karena kurang sosialisasi, akhirnya masyarakat kesulitan bila ingin bergabung. “Ajang ini menjadi kesempatan untuk mempromosikan tempat-tempat latihan yang bisa dijangkau anak-anak,” katanya.
Kemarin, peserta tidak hanya tertarik mencoba cabang panahan. Di cabang dayung, anak-anak berkerumun untuk mencoba alat ergometer bersama pedayung putri Indonesia, Dewi Yuliawati. Atlet asal DKI Jakarta yang pernah tampil di Olimpiade Rio de Janeiro itu mengajarkan anak-anak menggerakkan tungkai kaki dan tangan seperti sedang mendayung. Anak-anak juga mengantre di cabang panjat dinding. Mereka tertarik uji nyali untuk memanjat dinding setinggi 3 meter.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia Erick Thohir mengatakan, Olympic Movement in Action sengaja dibuat untuk memperkenalkan berbagai cabang olahraga kepada generasi muda. “Di dalam olahraga, ada satu nilai yang paling penting dan harus dijadikan pegangan bagi generasi muda, yaitu fair play atau bersaing secara sehat. Nilai fair playitu bisa dipelajari anak muda melalui olahraga,” tutur Erick.
Erick mengatakan, sebanyak 58 persen komposisi masyarakat Indonesia terdiri atas generasi muda berusia 35 tahun. “Kalau anak muda ini berkolaborasi, kita bisa membangun Indonesia. Kita harus gotong royong membangun negara ini ke depannya. Dengan olahraga, semangat gotong royong dan persatuan itu bisa dibangun,” ujarnya.