TANGERANG, KOMPAS— Sejumlah pelari profesional memanfaatkan ajang Titan Run 2019 untuk melatih diri sebelum tampil di ajang besar yang menjadi target mereka tahun ini. Lomba lari yang rutin digelar menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ini juga sesuai dengan kebutuhan latihan para pelari untuk mencapai target puncak performa masing-masing.
Titan Run 2019 diselenggarakan di kawasan Mal Aeon BSD City, Tangerang, Banten, Sabtu (3/8/2019). Lomba lari ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu 5K, 10K, 17,8K, dan 45K team duo.
Hamdan Sayuti, atlet maraton nasional, memanfaatkan ajang Titan Run 2019 untuk mempersiapkan diri menuju kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020. Ia memilih ikut lari di kategori 17,8K karena jarak lintasan itu mirip dengan jarak latihan rutin yang ia tempuh beberapa bulan belakangan.
”Jarak 17,8K adalah angka yang paling dekat dengan pola latihan harian saya, yakni 20K. Sampai bulan depan, saya masih mempersiapkan stamina dan latihan kecepatan untuk Bali Marathon, ajang lari yang menjadi kualifikasi untuk PON,” ujar Hamdan.
Inge Prasetyo, atlet triatlon, juga memanfaatkan Titan Run untuk melatih stamina jelang Kejuaraan Dunia Ironman 70,3 Mil di Nice, Perancis, pada 7-8 September mendatang. Dalam kejuaraan dunia tiga bidang olahraga itu, Inge mempersiapkan diri untuk lari setengah maraton.
”Kebetulan saya baru pulang dari Phuket, Thailand, setelah menjalani latihan intensif pekan lalu. Mumpung sedang di Indonesia, saya coba selipkan latihan stamina berlari dengan ikut lomba 10K,” ujarnya.
Kemarin, pada kategori 45K team duo, terdapat pasangan Abdul Azis dan Eni Rosita yang menduduki peringkat pertama. Abdul Azis dan Eni Rosita diketahui sebagai pelari maraton ultra pada ajang Lintas Sumbawa tahun 2016.
”Ya, Titan Run 2019 menjadi ajang bagi saya dan suami untuk kembali berlari. Tidak ada tantangan berarti selama menempuh lintasan. Lomba ini pun menjadi ajang pemanasan kami untuk acara yang lebih besar, yakni ITB Ultra Marathon pada Oktober 2019,” kata Eni Rosita saat ditemui seusai acara.
Cedera
Selain diikuti para pelari profesional, Titan Run juga dimeriahkan oleh pelari pemula dan hobi. Sebagian di antara mereka masih ada yang kurang persiapan sehingga mengalami cedera. Tenda medis, kemarin, melayani belasan pelari yang cedera.
Jati (50), peserta lari 10K, merasakan kram jari kaki seusai menuntaskan lari. Ia menduga kaki kram itu karena dirinya tak melakukan gerakan pemanasan dengan sempurna sebelum berlari. ”Tahu-tahu tadi pas selesai, kaki langsung terasa kram,” ujarnya saat menyelonjorkan kaki hampir 30 menit lebih di tenda medis.
Mikael (14), peserta lari 45K team duo, juga singgah di tenda medis karena kakinya kaku. Saat berlari, dia mengaku terbawa ritme pelari lain di lintasan. Seingat dia, sakit kakinya itu terasa sejak memasuki Kilometer 19.
Bertha Gani, race director dari Run Id, mengatakan, kemungkinan cedera dalam setiap lomba lari pasti ada. Pada kategori 5K dan 10K, misalnya, peserta umumnya adalah pelari pemula. Kasus cedera saat lari semestinya dapat dicegah dengan persiapan yang matang.