Mitigasi Gempa Diintensifkan
Masyarakat dan sejumlah pemerintah daerah berada di kawasan rentan bencana. Kesiapan merespons risiko kebencanaan menentukan masa depan dan keberlanjutan hidup.
JAKARTA, KOMPAS —Rentetan gempa bumi berisiko tsunami akhir-akhir ini turut mendidik warga akan risiko bencana. Demi memperluas pemahaman dan kesadaran warga serta antisipasi pemerintah daerah terkait kebencanaan, sosialisasi digencarkan di wilayah pesisir, dimulai di pesisir selatan Pulau Jawa.
Tahun ini, sosialisasi dimulai dari Banyuwangi, Jawa Timur, hingga Banten. Lalu, berlanjut ke pesisir Sumatera.
Seperti diberitakan, terjadi gempa bermagnitudo 6,9 dengan pusat gempa 164 kilometer di barat daya Pandeglang, Banten, Jumat (2/8/2019) pukul 19.03. Di kawasan sama, gempa berisiko tsunami juga pernah terjadi, kurang dari setahun jedanya. Hal itu menunjukkan bahwa ancaman bencana tersebut nyata dan bisa terjadi kapan saja.
”Masyarakat harus menyesuaikan diri dan siap dievakuasi ketika bencana. Rumah dan bangunan lain harus diperbaiki strukturnya agar tahan gempa,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo, Sabtu (3/8), pada konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta.
Pentingnya antisipasi kerawanan gempa bumi, khususnya di selatan Ujung Kulon, Banten, juga ditegaskan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono. Gempa di sana dinilai wajar terjadi. Titik gempa itu adalah dampak pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia di wilayah Samudra Hindia di Selat Sunda.
”Justru aneh jika titik gempa bukan berasal dari sana karena sekitar Selat Sunda itu memang titik berpotensi gempa,” ujar Triyono. Hal itu, kata dia, tak bisa diingkari, tetapi bisa diantisipasi warga dan pemda dengan pemahaman mitigasi bencana.
Pendataan BNPB, kemarin, lima orang meninggal pascagempa. Tiga orang meninggal karena serangan jantung dan dua orang akibat luka-luka saat evakuasi. Gempa juga merusak 223 rumah dan bangunan di Pandeglang, Lebak (Banten); Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat (Jawa Barat); serta Lampung Selatan (Lampung).
Di Sukabumi, 71 rumah dilaporkan rusak, 6 rumah di antaranya rusak berat. ”Kerusakan tersebar di 26 kecamatan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Asep Suherman.
Korban meninggal di Sukabumi atas nama Ajay (58) karena terpeleset saat mengungsi di rumah kerabat dan Ruyani (35) akibat serangan jantung.
Korban meninggal lain atas nama Sa’in (40), warga Sumur, Banten. Lalu, dua warga Lebak, Banten, yakni Rasinah (48) dan Salam (95).
Pandeglang normal
Sehari pascagempa, aktivitas warga di Kabupaten Pandeglang, Banten, salah satu daerah paling terdampak gempa, kembali normal. Beberapa rumah rusak berat juga langsung diperbaiki.
Camat Sumur Endin Haerudin meninjau kondisi rumah warga pada Sabtu pagi. Di Desa Kerta Mukti, Kecamatan Sumur, sejumlah warga berkumpul dengan saudara dan tetangga di teras-teras rumah. Beberapa toko juga buka seperti biasa.
Beberapa sekolah pun sudah melakukan kegiatan belajar-mengajar, salah satunya Madrasah Tsanawiyah Darul Afkar di Desa Kertamukti, Kecamatan Sumur. Meskipun hanya ada delapan murid yang masuk sekolah, mereka tetap beraktivitas seperti biasa.
Sementara Madrasah Aliyah (MA) Darul Afkar menggunakan waktu untuk persiapan upacara hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sebagian
siswa belum masuk.
”Kalau semua hadir, ada 30 murid. Ada beberapa orangtua yang minta izin anak mereka tidak masuk sekolah atau pulang lebih awal, tetapi ada juga yang tanpa pemberitahuan,” kata Kepala MA Darul Afkar, Ade Rosadi.
Warga di Kecamatan Labuan juga telah beraktivitas normal. Bahkan, Jumat pukul 23.00, sebagian besar warga sudah pulang ke rumah. Hingga Sabtu pukul 05.00, hanya ada sekitar 30 orang yang mengungsi di aula kantor kecamatan.
Ketua RW 001 Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Tubagus Deni mengatakan, sekitar 200 orang mengungsi ke kantor kecamatan saat gempa. Mereka ketakutan saat mendengar kabar akan ada tsunami. Mereka masih trauma bencana 22 Desember 2018.
Setidaknya, sembilan rumah di Sumur rusak, salah satunya rumah Sukron (40). Hampir separuh bagian depan rumahnya roboh. ”Semalam kami langsung mengungsi ke areal sawah belakang rumah. Begitu kembali, rumah sudah seperti ini,” ujar Sukron.
Kemarin, tim gabungan Palang Merah Indonesia, BPBD Banten, Polsek Sumur, dan pihak lain membantu membersihkan puing-puing bangunan. Pukul 10.00, bantuan material diterima Sukron.
Di Lampung, warga di Pesisir Teluk Lampung, yang sempat mengungsi ke Kantor Pemprov Lampung, Jumat malam, sudah kembali ke rumah masing-masing. Para nelayan tetap melaut seperti biasa. Perdagangan ikan juga sudah berjalan normal.
Kemarin, Pasar Ikan Gudang Lelang, Kelurahan Kangkung, Kecamatan Bumiwaras, Bandar Lampung, cukup ramai. Sejumlah nelayan tetap melaut. Nelayan yang pulang melaut juga langsung menjual ikan di pasar lelang tersebut.
Rosyad (45), salah seorang nelayan, menuturkan, sejumlah nelayan tetap melaut karena BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini sudah berakhir, Jumat malam. Meski begitu, nelayan tetap waspada dan memantau informasi dari BMKG.
Wilayah tangkapan ikan nelayan Lampung terletak di perairan Selat Sunda bagian selatan hingga perairan barat Lampung. Nelayan biasanya mencari ikan tiga-tujuh hari.
”Semalam saya mengungsi bersama istri dan anak karena khawatir, tapi sekarang sudah bekerja seperti biasa,” kata Rosyad yang bersiap melaut. Menurut rencana, ia berangkat bersama 13 anak buah kapal mencari ikan di sekitar perairan Gunung Anak Krakatau.
Getaran gempa di Lampung terasa hingga lima detik. Gempa terasa, antara lain, di daerah Bandar Lampung, Lampung Selatan, Tanggamus, Pesisir Barat, Lampung Barat, hingga Way Kanan. Namun, tak ada laporan kerusakan bangunan dan korban jiwa.
Di Jakarta, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Heru Hermawanto memastikan tidak ada bangunan dengan kerusakan serius akibat gempa. ”Dari pengamatan dan informasi yang disampaikan teman-teman dari kecamatan, suku dinas, dan dinas, secara umum belum ada bangunan mengalami kerusakan serius,” kata Heru.
Ada beberapa bangunan yang mengalami keretakan kecil. Namun, hal itu tak berdampak pada struktur bangunan sehingga dianggap tak membahayakan penghuni bangunan ataupun wilayah sekitarnya. ”Secara umum, bangunan besar di wilayah Jakarta masih dalam kondisi cukup aman,” tuturnya.
Zona tumbukan lempeng
Mengenai kerawanan gempa, seperti disampaikan Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono dalam artikelnya, ”Selat Sunda Rawan Tsunami”, secara tektonik wilayah Selat Sunda merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks.
Lokasi itu juga merupakan zona tumbukan lempeng yang disebut megathrust, yakni bidang kontak antarlempeng dan paling berpeluang mengalami gempa kuat.
Terkait penyiapan masyarakat, kata Agus Wibowo, BNPB mengedukasi dan membentuk warga tangguh bencana, di antaranya melalui ”Ekspedisi Desa Tangguh Bencana”. Presiden Joko Widodo juga meminta BNPB membangun hutan pantai di kawasan pesisir guna menahan tsunami dan melindungi struktur bangunan penting.
(FRD/PDS/AYU/DIV/VIO/TAM)