Obsesi Kepunahan Ras Manusia
Tubuh manusia itu rapuh. Diperkirakan tahun 2096 ras manusia akan punah. Oleh karena itu, dibutuhkan cara memperkuat tubuh manusia, salah satunya dengan mencangkokkan teknologi.
Gagasan ini menyelip di antara keseruan laga film Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw yang mulai tayang di bioskop-bioskop nasional 31 Juli 2019. Film sempalan atau spin-off sekuel Fast & Furious ini masih mengandalkan puncak laga beratribusi otomotif meski bukan lagi dengan laga balap-balapan mobil.
Atraksi mobil berlangsung di bagian akhir film, di sebuah pulau di Samoa. Atraksi di Samoa itu pula yang menguatkan narasi penting tentang manusia yang tidak boleh dikalahkan mesin. Ras manusia lebih unggul dibandingkan manusia lain dengan cangkokan teknologi untuk menjadi manusia super. Ini drama menarik dari film ini.
Ketegangan film direduksi dengan percakapan para pemeran utama dengan selera humor. Bobot tema tidak menjadi ringan dan kering.
Ras manusia akan punah. Makhluk lain bisa punah. Manusia tidak menutup kemungkinan bisa punah juga. Gagasan ini muncul di tengah perkelahian seru dua lawan satu, yakni antara Luke Hobbs (Dwayne Johnson) dan Deckard Shaw (Jason Statham) melawan Brixton (Idris Elba). Brixton membuka percakapan seputar ras manusia yang akan punah di tahun 2096 itu.
Tokoh Hobbs dan Shaw digambarkan sebagai sosok manusia kuat yang ingin melindungi Hattie Shaw (Vanessa Kirby) dari tangan Brixton. Brixton lebih kuat. Ia menyebut dirinya sebagai Superman Berkulit Hitam, menjadi manusia dengan cangkokan teknologi yang ingin melawan kepunahan ras manusia pada tahun 2096 mendatang.
Brixton ketika itu ingin merebut Hattie hidup-hidup dari perlindungan Hobbs dan Shaw. Hobbs dan Shaw tidak mudah mengalahkan Brixton. Namun, Brixton dengan kekuatan supernya juga selalu gagal menekuk Hobbs dan Shaw.
Pertarungan mematikan di antara mereka terjadi di kompleks laboratorium Eteon, Ukraina. Laboratorium itu satu- satunya peluang untuk mengeluarkan atau mengekstrasi virus yang ada di dalam tubuh Hattie.
Begitu berharganya Hattie, adik kandung Shaw ini, untuk diperebutkan. Di awal film dikisahkan Hattie sebagai agen M16 berhasil menyelamatkan virus C17 yang ingin dirampok Brixton.
Hattie kewalahan menahan gempuran kekuatan super Brixton. Virus itu disimpan di dalam sebuah mobil boks yang sudah dikuasai Hattie. Tak ayal, demi menyelamatkan virus itu Hattie menyuntikkannya ke dalam tubuhnya. Ia kemudian kabur, menghindari Brixton yang tahan pukul, tahan peluru, dan memiliki pukulan mematikan itu.
Berita bohong
Chris Morgan, penulis naskah film ini, lihai menciptakan drama kontekstual kekinian, misalnya dari merebaknya berita bohong. Dari peristiwa gagalnya perampokan virus C17, dikisahkan Brixton segera menghubungi media untuk menyebar berita bohong bahwa agen M16 Hattie telah berkhianat dan membunuh semua rekannya pada saat mengawal virus tersebut.
Hattie pun harus bersembunyi. Ia diburu Brixton, juga diburu agen M16. Sementara itu, virus yang berjangkit di tubuh Hattie terus bekerja. Dalam rentang 42 jam, virus itu akan melelehkan tubuh Hattie. Tubuh itu lalu akan menyublim ke udara dan menyebar ke tubuh orang lain dengan cepat. Ras manusia seketika akan terancam kepunahan.
Virus C17 selain mampu memunahkan ras manusia ternyata juga memberi kegunaan penting bagi Brixton. Setidaknya, ini terkait untuk mendukung obsesi melawan ancaman kepunahan ras manusia dengan cara menciptakan manusia super seperti Brixton.
Dari situasi seperti inilah, karakter Hobbs dan Shaw dimunculkan. Hobbs di Los Angeles, Amerika Serikat. Shaw di London, Inggris.
Keduanya dikisahkan dalam film Fast & Furious sebelumnya sebagai dua tokoh yang bermusuhan. Agen CIA menghubungi dan mempertemukan keduanya untuk melacak Hattie. Perseteruan lama Hobbs dan Shaw kembali memicu percekcokan di antara mereka.
Keluarga
Sutradara David Leitch berhasil mengendurkan racikan film menegangkan itu dengan nilai-nilai kehidupan yang sederhana. Salah satunya, pentingnya kembali ke rumah, kembali kepada keluarga, pada saat-saat menemukan puncak kesulitan dalam hidup ini.
Hobbs dan Shaw sudah kehabisan cara untuk menyelamatkan Hattie dari dua hal. Pertama, dari kejaran Brixton yang tak terkalahkan. Kedua, dari ancaman mematikan virus C17 di tubuh Hattie yang makin tergerus waktu.
Hobbs sudah meninggalkan keluarganya di pulau terpencil, Samoa, selama 25 tahun. Ia pernah menimbulkan kemarahan besar, dan karena itu meninggalkan keluarganya.
Kini ia melihat satu-satunya jalan untuk menyelesaikan persoalannya adalah dengan cara kembali ke keluarga. Meski demikian, keluarganya di Samoa tidak serta-merta menerimanya.
Di sisi lain, Brixton mampu melacak dan memburu mereka. Di Samoa, Hobbs tidak lagi menjumpai persenjataan mesin yang pernah ia simpan untuk menghadapi Brixton. Ia dan Shaw harus memutar otak.
Petualangan laga tanpa mengandalkan persenjataan mutakhir pun dimulai. Manusia melawan manusia.
Hobbs dan Shaw didukung warga Samoa berperang melawan pasukan Brixton. Mereka saling pukul.
”Tak ada yang bisa mengalahkan manusia,” teriak Hobbs seraya menghajar musuh-musuhnya.
Di sinilah pesan moral film ini. Manusia seharusnya lebih unggul dari teknologi apa pun yang diciptakannya. Manusia juga tak bisa sepenuhnya mengandalkan teknologi untuk masa depannya. Manusia harus mengandalkan nilai kemanusiaannya untuk memelihara hidup dan kehidupan.