Kepolisian El Paso menahan seorang laki-laki yang menembak pengunjung dan pekerja di toko serba ada Walmart di El Paso, Texas, AS, pada Sabtu (3/8/2019) sekitar pukul 12.45. Sebanyak 20 orang tewas dan 26 orang terluka akibat insiden tersebut.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
EL PASO, MINGGU — Kepolisian El Paso menahan seorang laki-laki yang menembak pengunjung dan pekerja di toko serba ada Walmart di El Paso, Texas, Amerika Serikat, pada Sabtu (3/8/2019) sekitar pukul 12.45. Sebanyak 20 orang tewas dan 26 orang terluka akibat insiden tersebut.
Patrick Crusius (21) dengan menggunakan senapan menembak secara membabi buta para pengunjung dan pekerja Walmart. Para pengunjung saat itu sibuk membeli perlengkapan menjelang masuk sekolah.
”Orang-orang panik dan berlari. Ada yang jatuh ke lantai,” kata Kianna Long, pengunjung Walmart, yang menceritakan momen saat pengunjung mendengar suara tembakan.
Kianna saat itu berada di Walmart bersama suaminya, Kendall Long. Ia bersama suaminya kemudian berlari menuju bagian belakang toko untuk berlindung di sebuah kontainer baja dalam area pengiriman.
Stasiun televisi El Paso, KTSM, merilis dua foto tersangka penembakan yang diambil oleh kamera keamanan ketika ia memasuki Walmart. Foto menunjukkan seorang laki-laki mengenakan kaus berwarna gelap dan celana berwarna coklat muda. Ia tampak mengenakan kacamata dan headphone.
Wali Kota El Paso Dee Margo mengatakan, kepolisian merespons insiden itu dalam waktu enam menit. Sejumlah pihak berwenang lainnya juga mendatangi lokasi kejadian, seperti polisi negara bagian, petugas Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS, dan patroli perbatasan.
Detail mengenai penanganan tersangka tidak diketahui. Namun, menurut pihak berwenang, tersangka menyerahkan diri kepada polisi ketika petugas mendekatinya. Ia kemudian diborgol dan dibawa ke tahanan menggunakan kendaraan tanpa insiden.
Kepolisian meyakini bahwa tersangka tidak memiliki rekan untuk membantu melaksanakan aksinya.
Penembakan tersebut membunuh 20 orang dan melukai 26 orang lainnya. University Medical Center menjadi salah satu pusat medis yang menerima 13 korban untuk dirawat, termasuk dua anak. Sejumlah pasien sedang dioperasi dan beberapa berada dalam kondisi yang stabil. Salah satu korban dewasa yang diterima meninggal.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan, tiga warga Meksiko menjadi korban jiwa dari total korban yang ada. Sementara enam warga Meksiko lainnya termasuk dalam daftar korban luka.
Insiden ini menjadi penembakan massal paling mematikan yang kedelapan dalam sejarah modern Amerika Serikat. CNN melaporkan, Biro Investigasi Federal (FBI) telah membuka sebuah investigasi mengenai teror domestik terkait insiden penembakan tersebut.
Presiden AS Donald Trump menyebut insiden penembakan tersebut sebagai aksi pengecut. ”Saya bersama seluruh warga mengecam aksi kebencian yang terjadi. Tidak ada alasan yang dapat menjustifikasi pembunuhan warga yang tidak berdosa,” tuturnya melalui Twitter.
Penembakan di El Paso terjadi hanya dalam waktu enam hari setelah seorang laki-laki menembak warga di Festival Bawang Putih Gilroy, California. Insiden di Gilroy menewaskan tiga orang dan melukai sejumlah warga. Pelaku ditembak polisi dan kemudian membunuh dirinya sendiri.
Dugaan motif
Sebuah platform daring bernama 8cha memublikasikan sebuah pernyataan yang diduga berasal dari tersangka penembakan sepanjang empat halaman. 8cha biasanya digunakan oleh kaum ekstremis untuk bertukar informasi.
Di pernyataan itu tertulis, serangan Walmart merupakan respons atas invasi warga keturunan Hispanik terhadap Texas. Pernyataan itu juga menyampaikan dukungan terhadap penembak masjid di Selandia Baru yang terjadi pada Maret 2019.
”Ada potensi (motif) berhubungan dengan kebencian,” kata Kepala Kepolisian El Paso Greg Allen sembari menyatakan, investigasi masih berlangsung.
El Paso merupakan kota pembentuk kawasan perbatasan metropolitan bersama kota Las Cruces dan kota Ciudad Juarez (New Mexico). Kawasan tersebut menampung sekitar 2,5 juta penduduk yang membuatnya menjadi salah satu populasi dua negara terbesar di negara Barat.
Gubernur Texas Greg Abbott mengatakan, pihak berwenang akan memproses insiden tersebut sebagai tindak kejahatan pembunuhan dan rasial. ”Namun, saya tidak ingin mendahului bukti,” ucapnya.
Bantuan kemanusiaan
Media lokal melaporkan, insiden penembakan tersebut membuat kepolisian menerima donor darah dari warga dalam jumlah yang signifikan. Donor darah diberikan untuk membantu warga yang terluka.
Tampak antrean panjang para donor di depan sejumlah pusat medis. Sejumlah calon donor disarankan untuk kembali pada keesokan harinya saja. Beberapa warga juga membagikan makanan dan minuman kepada calon donor yang masih mengantre. (REUTERS)