Ekspor Indonesia ke Chile Dapat Meningkat 65 Persen
›
Ekspor Indonesia ke Chile...
Iklan
Ekspor Indonesia ke Chile Dapat Meningkat 65 Persen
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pemerintah memproyeksikan, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Chile atau IC-CEPA dapat mendongkrak ekspor nasional hingga 65 persen dalam lima tahun ke depan. Peningkatan ini dapat lebih tinggi jika dapat mengefektifkan Chile sebagai hub atau titik hubung perdagangan dengan negara-negara lain di Amerika Selatan.
Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ni Made Ayu Marthini mengatakan, implementasi IC-CEPA akan efektif berlaku pada 10 Agustus 2019 mendatang. Untuk itu, Kemendag berharap, pelaku usaha dapat memanfaatkan IC-CEPA sebagai akses pasar ke Chile serta opsi sumber bahan baku industri.
Nilai ekspor Indonesia ke Chile pada 2017 dan 2018 masing-masing sebesar 158,52 juta dollar Amerika Serikat (AS) dan 159,02 juta dollar AS. "Lima tahun setetelah IC-CEPA diimplementasikan, kami memperkirakan nilai ekspor ke Chile akan bertambah 104 juta dollar AS atau tumbuh sebesar 65 persen dari nilai ekspor pada 2017," kata Made dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Lima tahun setetelah IC-CEPA diimplementasikan, kami memperkirakan nilai ekspor ke Chile akan bertambah 104 juta dollar AS atau tumbuh sebesar 65 persen dari nilai ekspor pada 2017.
Adapun total nilai perdagangan Indonesia-Chile pada lima tahun setelah implementasi IC-CEPA diperkirakan meningkat menjadi 369,2 juta dollar AS. Total perdagangan Indonesia-Chile pada 2018 sebesar 274,13 juta dollar AS.
Menurut Made, jika ditilik dari posisi geografis, Chile menjadi salah satu negara yang berada di paling barat Amerika Selatan. Chile berbatasan langsung dengan Peru, Bolivia, dan Argentina.
Oleh sebab itu, Chile dapat menjadi titik hubung perdagangan di Amerika Selatan. Barang-barang yang diekspor ke Chile berpeluang menembus negara-negara yang berbatasan langsung dengan Chile.
"Produk kertas dan turunannya misalnya. Dengan IC-CEPA, ekspor produk tersebut terdongkrak hingga 200 persen karena ada permintaan dari Peru dan Bolivia," kata dia.
Chile merupakan negara mitra perdagangan terbesar ketiga bagi Indonesia di Amerika Latin. Chile menempati posisi ke-55 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia.
Salah satu fasilitas perdagangan yang ada dalam IC-CEPA ialah pemberlakuan tarif bea masuk nol persen. Chile memberlakukan bea masuk nol persen kepada 7.669 pos tarif produk dari total 8.559 pos tarif, sedangkan Indonesia memberlakukannya kepada 9.308 pos tarif dari total 10.813 pos tarif.
Kemendag mencatat, produk-produk ekspor Indonesia ke Chile yang diperkirakan meningkat dalam lima tahun setelah implementasi IC-CEPA antara lain alas kaki, kendaraan dan komponennya, mesin dan peralatan, serta pakaian rajutan dan aksesoris.
Nilai ekspor alas kaki diperkirakan meningkat dari 40 juta dollar AS pada 2018 menjadi 95,3 juta dollar AS pada 2023; kendaraan dan komponennya dari 13 juta dollar AS menjadi 38,7 juta dollar AS; mesin dan peralatan dari 13 juta dollar AS menjadi 18 juta dollar AS; serta pakaian rajutan dan aksesoris dari 10 juta dollar AS menjadi 22,7 juta dollar AS.
Namun di sisi lain, nilai impor Indonesia dari Chile juga akan meningkat. Misalnya, nilai impor biji mineral meningkat dari 12 juta dollar AS pada 2018 menjadi 82,9 juta dollar AS pada 2023; ikan dan produk boga bahari dari 6 juta dollar AS menjadi 82,9 juta dollar AS, serta buah-buahan dan kacang-kacangan dari 20 juta dollar AS menjadi 82,9 juta dollar AS.
"Untuk peningkatan impor, kami belum memiliki hitungan keseluruhannya," kata Made.
Tantangan logistik
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani mengemukakan, IC-CEPA membuka potensi peningkatan ekspor produk manufaktur Indonesia ke Chile. Hal ini disebabkan basis industri manufaktur di Chile belum kuat.
Di sisi lain, faktor geografis menjadi tantangan perdagangan Indonesia dengan Chile. "Jarak kedua negara yang jauh menyebabkan biaya logistik tinggi. Hal ini perlu diantisipasi dengan promosi daya tarik Chile," kata dia.
Made menyadari, biaya logistik masih menjadi salah satu tantangan bagi pelaku usaha nasional untuk menjalin hubungan bisnis dengan pelaku usaha di Chile. "Biaya logistik yang tinggi dapat diatasi dengan pengiriman barang dengan volume besar," kata dia.