Kebakaran kawasan hutan dan kawasan terbangun memperparah ancaman kekeringan di Jawa Timur. Sampai dengan Senin (5/8/2019), tim terpadu masih menangani kebakaran di lereng Gunung Arjuno dan Gunung Welirang serta hangusnya dua pabrik di Gresik.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Kebakaran kawasan hutan dan kawasan terbangun memperparah ancaman kekeringan di Jawa Timur. Sampai dengan Senin (5/8/2019), tim terpadu masih menangani kebakaran di lereng Gunung Arjuno dan Gunung Welirang serta hangusnya dua pabrik di Gresik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Subhan Wahyudiono di Surabaya mengatakan, tim terpadu terus menangani kebakaran di Arjuno dan Welirang yang meliputi wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, dan Batu. Pemadaman kebakaran di sana bahkan untuk pertama kali memakai teknik water bombing memakai helikopter MI-8 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Penyiraman dengan water bombing diperlukan karena kepulan asap dan bara api masih terpantau ada,” kata Subhan. Kebakaran kawasan hutan di lereng kedua gunung tadi sudah berlangsung setidaknya dua pekan terakhir. Kebakaran awalnya terjadi sporadis dengan luasan yang kecil dan dipadamkan oleh tim-tim. Namun, angin dan jauhnya sumber air menyulitkan pemadaman secara total.
Penyiraman dengan water bombing diperlukan karena kepulan asap dan bara api masih terpantau ada
Kebakaran kecil di satu lokasi bisa dipadamkan ternyata muncul di tempat lain. Tim-tim dengan sumber tenaga dan air terbatas sulit berpacu dengan waktu dan munculnya lokasi baru kebakaran lahan. “Di saat kering ekstrem, ancaman kebakaran meningkat,” kata Subhan.
Berdasarkan data BNPB, kebakaran hutan dan lahan di Jatim pada 2016 tercatat 6 kasus dari total 406 kejadian bencana. Tahun berikutnya tercatat 46 kasus kebakaran hutan dan lahan dari 434 kasus bencana. Pada 2018, kebakaran hutan dan lahan naik lagi menjadi 106 kali dari 457 kasus bencana.
Hujan abu
Masih terkait dengan kebakaran, hangusnya dua pabrik di Kecamatan Driyorejo, Gresik, mengakibatkan “hujan” debu dan abu di wilayah Gresik, Surabaya, dan Sidoarjo. Kebakaran pertama melanda PT Delta Jaya Mas di Jalan Raya Cangkir Km 21, Minggu (4/8) selepas pukul 13.00 WIB. Saat pemadaman di sana berlangsung, kebakaran muncul di PT Surabaya Mekabox, Jalan Raya Bambe Km 18.
Sejumlah warga Surabaya terkejut ketika Senin pagi, hampir seluruh kendaraan dan lantai serta atap rumah berdebu. "Lumayan terganggu apalagi kendaraan jadi berselimut debu, termasuk tanaman juga banyak debunya," kata Ina Silas yang tinggal di Surabaya barat.
Debu dari kebakaran pabrik kertas di Gresik juga terbang hingga Surabaya timur. "Apa ada gunung meletus, kok debu di kendaraan tebal sekali," kata Yudha, warga Gununganyar, sambil membersihkan debu yang menempel di mobil pribadinya.
Lumayan terganggu apalagi kendaraan jadi berselimut debu, termasuk tanaman juga banyak debunya
Hingga Senin, penyebab kebakaran masih diselidiki. “Belum bisa kami mengumumkan dugaannya sebab masih dalam penyelidikan,” kata Kepala Kepolisian Resor Gresik Ajun Komisaris Besar Wahyu Bintoro saat dikonfirmasi dari Surabaya.
Yang terang, kebakaran di dua pabrik itu tidak sampai meminta korban jiwa. Kerugian masih dihitung tetapi ditaksir lebih dari Rp 5 miliar. Delta Jaya Mas memproduksi selang sedangkan Surabaya Mekabox memproduksi kertas dan kardus.
Adapun dampak kebakaran Surabaya Mekabox terasa hingga di Surabaya. Guguran abu ditemukan di atap dan pekarangan pemukiman warga Surabaya antara lain di Kelurahan Karah, Kecamatan Jambangan. Keberadaan abu sempat disangka merupakan dampak letusan gunung api tetapi ternyata akibat kebakaran pabrik kertas.
Direktur Eksekutif ECOTON Prigi Arisandi meminta tim terpadu mengatasi dampak kebakaran dua pabrik di Gresik itu. Dampak yang merugikan kesehatan masyarakat harus dapat ditangani dengan baik. “Kami sangat khawatir abu akibat kebakaran dapat mengganggu pernapasan masyarakat. Apalagi dampak sampai ke Surabaya dan Sidoarjo,” katanya.