JAKARTA, KOMPAS - Tingkat optimisme pelaku bisnis secara umum dalam menghadapi dinamika ekonomi di sepanjang paruh kedua tahun 2019 terjaga. Pelaku usaha meyakini kondisi ekonomi akan membaik setelah adanya pelambatan ekspor dan investasi di sepanjang semester I-2019.
Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (5/8/2019), merilis data indeks tendensi bisnis (ITB) triwulan II-2019 bernilai sebesar 108,81. Angka ini menunjukkan kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2019 sebesar 102,10.
Setiap triwulan, BPS melakukan survei tendensi bisnis menggunakan 1.700 sampel perusahaan sedang dan besar di seluruh sektor, kecuali sektor pertanian. Indeks yang dihimpun dari hasil survei ini menjadi gambaran tingkat optimisme pelaku bisnis dan kondisi ekonomi Indonesia ke depan.
ITB berkisar antara 0 hingga 200. Bila ITB lebih kecil dari 100, maka bisnis pada triwulan tersebut berjalan lebih buruk dari triwulan sebelumnya. Sementara bila ITB lebih besar dari 100, maka kondisi bisnis pada triwulan yang dimaksud berjalan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya.
Berdasarkan survei tersebut, kondisi ekonomi pada paruh kedua tahun 2019 akan tetap baik, tergambar dari tingkat optimisme pelaku bisnis berdasarkan proyeksi ITB triwulan III-2019 sebesar 105,46.
Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, perbaikan gambaran kondisi bisnis yang diperkirakan terjadi selama triwulan III-2019 disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan dari dalam dan luar negeri, serta harga jual produk.
“Perusahaan sangat menyadari bahwa negara tujuan utama ekspor mengalami pelambatan ekonomi sehingga berharap barangnya lebih banyak dikonsumsi dalam negeri,” ujarnya di Jakarta, Senin.
Pada triwulan II-2019 kinerja ekspor tercatat melambat hingga 1,81 persen bila dibandingkan kinerja ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sejak triwulan I-2019, kinerja ekspor telah mencatatkan pelemahan sebesar 1,87 persen dibandingkan triwulan I-2018.
Keseluruhan investasi pada triwulan II-2019 juga melambat dengan hanya tumbuh 5,01 persen dibandingkan triwulan I-2019 dengan pertumbuhan 5,03 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan triwulan II-2018 yang sebesar 5,85 persen.
Ekspansi tumbuh
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan, kondisi perekonomian global yang lesu pada semester I-2019 membuat para pengusaha memilih menunggu.
“Pengusaha memilih untuk wait and see dalam berinvestasi dan ekspansi. Hal itu berdampak kepada turunnya permintaan kredit perbankan dari dunia usaha pada paruh pertama 2019,” ujarnya.
Namun Johnny optimistis pada semester II-2019 laju investasi dan ekspansi dunia usaha akan kembali tumbuh tinggi. Pasalnya, selain stabilitas ekonomi dan keamanan di dalam negeri telah berangsur membaik, kepastian politik juga telah dicapai dengan terpilihnya presiden petahana untuk melanjutkan pemerintahan.
Di sisi lain, pelaku bisnis memandang bunga kredit perbankan pada paruh pertama 2019 masih terbilang tinggi. Hal itu, lanjut Johnny, berdampak pada kebijakan dunia usaha dalam mengajukan kredit, di tengah besarnya tekanan ekonomi eksternal.
“Stabilitas politik serta pelonggaran kebijakan moneter akan berdampak kepada pulihnya kembali permintaan kredit perbankan oleh dunia usaha pada semester II-2019,” ujarnya.
Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Penurunan ini dapat memicu penurunan suku bunga kredit perbankan di semester II-2019.